PDS 60

3.7K 174 0
                                    

Hai...

Jangan lupa buat VOTE KOMEN dan SHARE banyak-banyak yah.

Dilarang memplagiat ya.

Sekian dulu, terimakasih.

Selamat membaca.

***

Elin baru saja ingin menyalakan mesin motornya namun ponsel disaku jaketnya menghentikan pergerakan Elin. Gadis itu mengambil ponselnya yang berdering dan mengangkat nya ke telinga setelah menjawab telpon dari Xillo.

"Lin, Adrian Vanesha dan juga Riana mereka berusaha kabur, kita lagi berusaha untuk menahan mereka Adrian dan Vanesha berhasil di tahan tapi Riana cukup sulit Lo tau kan gimana dia."

Dari suara suara yang Elin dengar Xillo sedang berkelahi sambil memegangi ponselnya seperti nya mereka memang sudah menyusun rencana ini dan sialnya Elin kurang teliti akan hal ini.

"Gue kesana, terus berusaha tahan mereka terutama Riana sampe gue datang"

TUT.

Panggilan berakhir sepihak Elin menutup telponnya dan memasang helm full face miliknya melajukan motor dan bergegas menuju markas dengan kecepatan yang tinggi.

Elin terus menambah kecepatan dengan umpatan yang terus dia keluar kan untuk Riana dan juga Bernando. Orang-orang itu akan segera dia habisi benar-benar mati ditangan nya tanpa tersisa satu pun.

CCIIT.

Suara decitan ban motor yang beradu dengan aspal itu adalah suara dari motor Elin yang meninggalkan jejak hitam dan berasap di aspal hitam di depan markas mereka.

Gadis itu turun dari motor nya diparkiran nya motor besar berwarna tosca itu di depan gerbang markas. Sebab tepat di depan markas sudah banyak motor anggota Aslan yang tersusun tanpa beraturan seperti nya lelaki itu memanggil mereka untuk bala bantuan.

Perlahan namun pasti Elin membuka baju bagian belakang nya di pinggang bagian belakang Elin terselip pistol yang dia bawa kemana-mana untuk jaga-jaga. Keadaan di depan markas benar-benar sepi seperti nya mereka sibuk berkelahi didalam.

Para penyusup masuk dengan seenaknya,
tapi itu tidak masalah bagi Elin dia sudah sangat lama tidak berkelahi yang sesungguhnya jadi mari kali ini kita lenyapkan mereka semua secara bersamaan.

Elin melangkah dengan tenang tak ada raut ketakutan di wajah cantik namun mematikan nya hanya ada raut datar dan juga aura dingin yang mencekam yang di keluarkan Elin.

Gadis itu sampai di depan pintu markas yang tertutup di tendang nya pintu utama itu dan ternyata didalam sana sudah banyak orang yang berkelahi.

Sudah ada yang tumbang dan cukup banyak wajah-wajah asing ada disana benar-benar ini hari nya. Bernando lelaki brengsek itu sudah menunjukkan tanduknya, kemarahan Bernando sudah di dapatkan Elin.

Dia tak sekali pun ikut berkelahi bersama karna tujuan nya bukan membuang-buang waktu dengan para bedebah ini anak buahnya juga anggota geng Aslan bisa melawan mereka yang tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuatan mereka semua.

Tak ada yang bisa menyentuh Elin karna gadis itu di lindungi oleh banyak sekali lelaki bertubuh besar mereka membuat sebuah lingkaran dimana ditengah lingkaran itu ada Elin yang berjalan menuju lantai dua markas.

Sesampainya di markas Elin bergegas masuk keruang rahasia didalam sana Elin berjalan ke arah lemari kecil tempat penyimpanan earphone miliki nya berwarna maroon di pasang nya benda kecil itu ke kedua telinganya.

"Xillo, Aslan, Lusiana dan juga Lino datang ke ruangan sekarang juga mereka bisa menghadapi para bedebah itu, dan satu lagi" Elin menjeda kalimat nya dan itu di dengarkan dengan baik oleh keempat orang tadi.

"Lino lepaskan para predator yang belum gue berikan makan dari beberapa hari lalu lepaskan mereka dan perintah kan para bodyguard dan juga anggota lain menyingkir dari sana SEKARANG!"

Setelah itu Elin bergegas membuka lemari yang lebih besar lagi tempatnya menyimpan semua senjata berapi milik tuan besar.

Diambilnya salah satu senapan yang lebih pendek dari semua senapan yang ada disana di taruh nya di atas meja didekat lemari besar itu Elin bergegas ke lemari lainnya untuk berganti seragam yang lebih baik dari hoddie dan juga Jeansnya.

Tak lama ke empat teman itu datang mereka memiliki lebam di masing-masing wajah, Elin mengkode untuk mengambil senjata masing-masing lewat tatapan matanya mereka bergerak dengan cepat untuk mengambil senjata itu.
Mereka membuat sebuah lingkaran dan saling tatap satu sama lainnya.

"Gimana Riana?" tanya Elin sambil memakai sarung tangannya tanpa melihat teman-teman nya.

"Kabur" jawab Xillo.

Elin diam sejenak, di perhatikan nya satu persatu orang di depan nya dengan wajah datarnya tanpa sepatah kata pun.

"Lusiana sudah mengamankan adik dan mama ku?"

"Sudah"

"Papa?"

"Aman Lin, tapi gimana sama Adrian dan juga Vanesha?" tanya balik Lusiana.

"Bawa mereka masukkan kedalam kotak besar yang sudah gue siapkan untuk mereka" perintah Elin. Lusiana mengangguk perempuan mengerti.

"Tugas kalian, Aslan pergi ke bandara kosong kan tempat itu cek semua orang bersama dengan Jordan. Lo Xillo cari di tempat tempat yang nggak pernah di jangkau orang orang salah satunya jalan pintas dimanapun itu"

"Lino pantau semua akses bersama dengan beberapa rekan lain di markas lain karna tempat ini sudah di taruh bom waktu dalam waktu lima menit kita harus keluar dari sini"

Keempat orang itu terdiam mendengar penuturan Elin barusan memang tidak perlu diragukan lagi mengapa tuan besar menjadikan nya seorang pemimpin dari pasukan terbaik milik nya.

"Pergilah dan tetap harus waspada dan berhati-hati kita tau seberapa berbahaya dan licik nya Bernando itu." Perintah Elin.

Mereka menunduk sebentar lalu melangkah dari sana Xillo berhenti di ambang pintu menatap kearah Elin yang ingin mengambil kotak gitar berwarna hitam di atas lemari senjata.

"Lo bakal pergi kemana Lin?"

"Pelabuhan" ujar gadis itu singkat.

"Tetap berhati-hati Scorpio sampai jumpa nanti." Setelah itu Xillo menghilang dari sana pergi keluar dari markas sedang kan Elin di bukanya kotak gitar itu dan didalamnya adalah....

Ya senjata, kotak itu Elin sendiri yang membuat nya tak ada yang tau jika Elin memiliki banyak keahlian salah satunya ini membuat kotak gitar yang isinya senjata api berbahaya.

Ditutupnya kotak itu lalu di selempang kan nya kotak besar itu ke punggung nya dan berlalu pergi dari sana secepatnya karna waktu nya keluar sisa satu menit lagi sedang jarak tempuh ke luar markas memakan waktu kurang dari dua menit.

Tepat ketika Elin sampai di motor nya ledakkan besar terjadi disana markas besar dan megah itu hancur dan terbakar habis akibat ledakan yang terjadi tak raut kaget di wajah pisikopat cantik itu senyum miring yang terukir di sana.

Pertempuran sesungguhnya sudah dimulai.

Batin Elin menggebu-gebu.

Dipasang nya helm full face nya dan berlalu dari markas yang penuh dengan kobaran api itu tanpa ada perasaan sedih sama sekali padahal didalam kobaran api itu ada ratusan nyawa yang terbakar hangus meminta pertolongan.

***

Menit-menit menuju ending...

See u next ch.

👋👋👋

🖤🤍

By: A2W.

PRETTY.DANGEROUS.SAVAGE {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang