BAB 13

129 18 3
                                    

10072022

Ya Allah, beneran hampir 3 minggu ini gak pernah kebagian HP. Dipake sama anakku terus. Mumpung dia libur sekolah jadi main HP terrooosss 😞😞

Baru bisa edit part ini kalau anakku tidur. Jadi, maafkan kalau revisinya lamaaaaaa kayak nulis baru 😇

Eh tapi bab ini sebagian adalah baru ya, jadi baiknya baca ulang saja. Selamat membaca 💕💕

🐻🐻🐻🐻🐻

Semburat jingga langit sore memanjakan mata Tania yang tengah duduk di anakan tangga bangunan kantor Panti Asuhan Kasih Ibu, tempat ia dulu dibesarkan sebelum di adopsi oleh keluarga Adrian. Di depannya, beberapa anak panti tampak asyik bermain, berlarian ke sana kemari mengejar dan menendang bola. Beberapa yang lain tampak bermain pasir, ada pula anak yang sudah dewasa sedang menyapu dedaunan yang kering atau tengah menyiram tanaman. Sesekali mereka melambaikan tangan untuk menyapa Tania dan Tania membalas dengan lambaian tangan juga.

Beberapa hari yang lalu ia memang sudah ijin ke mamanya untuk berkunjung ke sini. Dan sepulang sekolah, dengan diantar oleh sopir-- Tania berangkat dan langsung ditinggal oleh sopir sesampainya di panti karena sopirnya mesti menjemput Dara yang sedang ke klinik kecantikan.

Kondisi lingkungan panti sudah sangat berubah. Di sisi kiri kanan panti yang dulu adalah lahan kosong yang banyak ditumbuhi ilalang kini sudah berubah menjadi bangunan ruko dan sebuah minimarket. Bahkan jalan raya di depan panti yang dulu hanya cukup untuk berpapasan mobil kini sudah jauh lebih lebar. Jadi jangan ditanya bagaimana ramainya daerah sini sekarang.

Tania menunduk menatap benda yang daritadi dipegangnya, kemudian mendongak lalu membuang pandangan ke depan.

"Nia--"

Tania menoleh. Bu Astuti, sang pemilik panti tengah berjalan ke arahnya. "Iya, Bu." Jawabnya sambil berdiri. Tangan Tania menepuk-nepuk bagian belakang tubuhnya untuk membersihkan debu atau kotoran yang mungkin menempel di celananya saat ia duduk.

"Masih nunggu anak itu lewat?" Tanya Bu Astuti karena beliau melihat tangan Tania yang sedang menggenggam gantungan kunci pemberian dari seseorang beberapa tahun silam.

Tania mengulas senyum. Malu.

"Sudah bertahun-tahun, memang kamu masih ingat rupanya? Kamu saja sekarang berubah jadi cantik begini. Bagaimana dengan dia?"

Tania mengangguk. "Iya juga ya Bu."

"Masuk yuk." Ajak Bu Astuti sambil merangkul bahu Tania.

Tania akan selalu begitu. Ia akan duduk di depan kantor Panti Asuhan untuk beberapa saat, berharap sebuah keajaiban datang yang akan membuatnya bertemu dengan sosok anak laki-laki yang dulu pernah menolongnya. Si pemilik gantungan kunci teddy bear yang kini selalu menemaninya kemanapun Tania berada.

Bu Asturi menggiring Tania masuk ke kantor Panti Asuhan dan berbelok menuju ke ruangan Bu Astuti. Tania duduk di salah satu sofa single sedangkan Bu Astuti duduk di kursinya-- di belakang meja kerjanya.

"Nia."

"Iya Bu?"

Bu Astuti menghela napas. Satu tangannya bergerak memperbaiki posisi kacamatanya lalu kemudian kedua tangannya terlipat di atas meja. "Ibu sebenarnya gak ingin ikut campur. Tapi, beberapa kali mama kamu meminta tolong ke ibu. Awalnya ibu menolak. Tapi kali ini sepertinya ibu akan melakukannya."

BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang