20122023
Selamat membaca 📖📖📖📖
🐻🐻🐻🐻🐻
Rendy kembali ke rutinitasnya. Seperti pagi ini, ia sudah siap menunggu Tania di teras rumahnya. Setelah lepas gips, Tania kini hanya harus mengikuti sesi terapi berjalan. Kalau melihat secara kasat mata, tak ada yang mengira kalau Tania adalah gadis korban kecelakaan yang kemarin sempat kritis. Tania selalu tampil sempurna tanpa cacat. Hanya saja yang membuat orang langsung mengubah pemikirannya adalah Tania yang masih duduk di atas kursi roda.
Hari ini Tania mengenakan kemeja sifon warna sage dipadu rok panjang warna hitam. Dengan dibantu oleh suster Ana, Tania didorong menuju teras di mana Rendy sudah menunggunya.
"Selamat pagi bu dokter cantik." sapa Rendy masih dengan kejahilannya.
"Sudah kebal!" jawab Tania sambil mengerucutkan bibirnya.
Rendy melangkah menuju Tania dan menggantikan suster Ana yang segera membukakan pintu mobil. "Sudah kebal tapi pipinya kok masih bersemu merah--" goda Rendy sambil menyolek pipi Tania.
Tania menepis tangan Rendy "Iiisshhh, gak usah colek-colek. Dikira sabun cuci kali ya!"
"Gak mau dicolek-colek maunya disentuh-sentuh kayak kemarin, gitu?" Bisik Rendy tepat di telinga Tania.
Tania menoleh cepat ke arah Rendy sambil memelototi pacarnya itu. Pagi-pagi mesum, sarapan apa sih?
Rendy menahan senyum karena lagi-lagi Tania salah tingkah dibuatnya.
Rendy mendorong kursi roda hingga di depan mobil kemudian mengangkat Tania dan mendudukannya di dalam. Suster Ana menarik kursi roda itu lalu melipat dan memasukannya ke dalam mobil.
"Terima kasih sus."
"Sama-sama Mas. Permisi."
Rendy pun segera melajukan mobilnya.
"Sekarang di stase mana Tan?" tanya Rendy sambil mengoper persneleng.
"Stase Mata. Masih stase santai yang gak butuh banyak gerak dan pulang malam." jawab Tania sambil membaca buku tebal yang tadi ia bawa.
"Empat minggu juga di situ?"
"Iya, masing-masing stase sekitar empat minggu terus ada test. Kalau di stase mayor bisa sampai delapan Minggu sih. Kalau lulus ya bisa ke stase berikutnya. Kalau gagal ya ngulang lagi di stase yang sama."
"Oh iya, nanti sore ada jadwal terapi?"
"Ada, abis magang."
"Udah ada progress? Maaf ya gue gak bisa nemenin. Lagi hectic di kantor." ucap Rendy meraih tangan Tania dan menggenggamnya.
"Gapapa. Ada suster Maya yang bantuin. Oh iya, kaki gue udah bisa gerak nih, lihat deh!" pamer Tania sambil menggerakkan kakinya ke depan dan ke belakang.
Beruntung mobil yang mereka tumpangi sedang berhenti karena terjebak macet. Sehingga Rendy tak perlu khawatir mobilnya akan nabrak karena dia saat ini benar-benar menoleh dan melihat kaki Tania yang digoyang-goyang.
"Alkhamdulillah." Rendy mengucap syukur sambil membelai puncak kepala Tania.
"Tapi belum bisa jalan. Belum kuat nopang badan gue yang kayaknya jadi gemukan nih."
"Gemuk dari mana? Orang badan kecil gini kok gemuk." sanggah Rendy sambil kembali mengoper persneleng karena mobil di depannya mulai berjalan.
Sesampainya di rumah sakit, seperti biasa suster Maya sudah menunggu di depan UGD. Saat melihat mobil Rendy mendekat dan berhenti di depannya, dengan sigap suster Maya langsung berlari ke belakang untuk mengambil kursi roda. Sedangkan Rendy berlari menuju pintu samping, membuka pintu lalu mengangkat tubuh Tania dan mendudukkannya ke atas kursi roda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMAT
RomanceRendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...