PART - 70

50 16 10
                                    

15102024

Kalau dilihat tanggalnya...ini part lagi anget-angetnya gaess..fresh from the oven 🤭🤭🤭

Part ini belum ada di naskah sebelumnya, ini tambahan dan gubahan dari bab yang lama. Kalau yang kemarin sudah baca sampai tamat, mungkin masih ingat setelah part kemarin itu harusnya seperti apa. Jadi...ramaikan ya gaess 💕💕

🐻🐻🐻🐻🐻

Terlihat sangat tidak wajar memang apa yang dilakukan oleh Rendy, mengingat sekarang sudah hampir tengah malam. Memarkir mobilnya di depan kediaman orang tua Tania sejak sejam yang lalu. Sudah mirip dengan maling yang sedang memantau kondisi lingkungan targetnya, bukan? Dari balik kemudi, ia menatap kamar di lantai dua yang terlihat gelap gulita. Bertanya dalam hati apakah Tania nya ada di sana. Rendy hanya ingin memastikan gadisnya itu baik-baik saja. Dan esok secepatnya ia akan menemui Tania untuk meminta maaf dan menjelaskan kemana ia pergi selama ini. Ditunggunya lagi sekitar sepuluh menit, berharap ada tanda kehidupan di kamar Tania. Sekedar lampu menyala sebentar atau sekelebat siluet gadis itu yang mungkin hendak menuju kamar mandi. Namun ditunggu beberapa lama pun hasilnya nihil. Rendy mendesah.

Perlahan ia pacu lagi mobilnya, tidak untuk kembali pulang ke apartemen tentunya. Ia pergi ke sebuah tempat yang masih berisik dan ramai di jam-jam manusia terlelap begini. Ia pergi ke Alpha-Beta.

Setelah menyerahkan kunci mobil ke petugas valet, Rendy menyapa salah satu penjaga yang ia kenal akrab baru kemudian ia masuk ke dalam gedung yang ramai luar biasa itu. Berjalan dengan sedikit susah sembari membelah lautan manusia yang berjoget, Rendy sampai di meja bar dan duduk di salah satu stool yang kosong.

"Thomas ada?" Tanya Rendy ke salah satu bartender.

"Ada di ruangannya Pak."

Rendy mengangguk-angguk. Netranya bergerak melihat sekeliling ruangan luas itu. Meski remang-remang, namun lampu disco yang memancarkan lampu warna-warni itu mampu memberikan visual jelas saat menyorot manusia-manusia yang beraktivitas di sana. Entah, berjoget, entah berdansa, bercengkerama, berciuman, atau melakukan aktivitas yang lebih intim. Padahal di sana ada yang namanya ruang VIP dan VVIP. Pengunjung bisa memesan ruangan-ruangan itu apabila mereka ingin aktivitasnya tidak menjadi konsumsi umum.

"Gue mau Chardonnay."

Bartender itu mengangguk lalu pergi menyiapkan pesanan Rendy. Sesaat kemudian, bartender itu meletakkan sebuah gelas berkaki tinggi berisi cairan bening berwarna kuning pucat.

Rendy menyesap sedikit isinya. Menikmati minuman beralkohol dengan cita rasa asam seperti rasa lemon atau apel dengan sedikit aroma vanilla yang membuatnya mengrenyit namun kemudian ia teguk lagi sedikit. Rendy meletakkan minumann ke atas meja. Lalu dengan melipat kedua tangannya di sana, ia duduk diam sambil menikmati dentuman musik yang mengalun.

Sebuah tepukan menyadarkan Rendy dari lamunan. Bisa-bisanya ia melamun di tempat seramai itu. Lalu ia melihat Thomas sudah duduk di sampingnya.

"Club gue kayaknya spesialisasi tempat kabur disaat sedang patah hati ya?"

Rendy berdecak.

"Kenapa lo? Berantem sama Tania?"

Alih-alih menjawab, Rendy malah meraih gelas minumannya dan menegak isinya hingga tandas.

Dengan isyarat, Thomas meminta pegawainya untuk mengisi lagi gelas Rendy dengan jenis minuman yang tadi dipesannya.

"Gimana caranya minta maaf setelah lo melakukan kebodohan?" Tanya Rendy.

BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang