PART 62-1

2.4K 171 9
                                    

15062024

HAPPY READING 📖📖📖

🐻🐻🐻🐻🐻

Tania berjalan cepat menuju ke kantin rumah sakit. Apa-apaan sih Dio? Seenak jidatnya membuat janji ketemuan yang dadakan seperti ini. Mana area publik lagi! Tania mendengkus kesal sambil melebarkan langkahnya. Beruntung ini jam istirahat makan siang, sehingga ia tak perlu repot meminta ijin kepada konsulennya.

Tania mengedarkan pandangan, mencari sosok mencolok diantara kerumunan orang. Maklum jam makan siang, pasti kantin ramai.

"Mbak Nia!"

Tepukan dari belakang punggung Tania membuat Tania berjengit lalu berbalik. Ardio berdiri di belakangnya sambil mengembangkan senyumnya. Tania menatap lekat dari ujung kepala sampai ujung kaki. Menilai fashion Dio yang terkadang menurut Tania salah tempat atau salah kostum. Bagaimana tidak? Siang ini Jakarta panas banget dan Ardio malah memakai jaket seperti orang sedang masuk angin.

"Ayo mbak!" Ardio meraih tangan Tania dan bermaksud mengajaknya pergi.

Tania sontak menarik tangannya, sedikit panik karena sepertinya mereka tengah jadi pusat perhatian. Dua orang dengan wajah blesteran sedang pamer kemesraan di tempat umum, di rumah sakit pula!

"Eh Dio, mau kemana?"

"Ditunggu ayah di mobil."

"Bukan makan siang di sini?"

"Mbak mau semakin jadi pusat perhatian? Bukan tidak mungkin kan, pacar mbak itu punya orang dalam yang tanpa mbak sadari selalu memantau mbak?"

Tania termenung mendengar ucapan Ardio. Jangan-jangan? Ucapan Ardio benar.

"Mbak!"

Ardio berjalan di belakang Tania, seperti tengah menjaga wanita di depannya itu dari serangan musuh. Saat di persimpangan menuju lorong keluar rumah sakit, Tania berpapasan dengan dokter Steve yang sepertinya juga hendak keluar.

"Selamat siang dok." sapa Tania, selalu harus menyapa para kasta atas selama menjadi koas. Itu adalah aturannya.

"Siang Bri." Jawab dokter Steve. "Mau keluar?"

"Eh... Itu -iya. Ada urusan, sebelum jam istirahat selesai saya akan kembali." jawan Tania gugup. "Dokter juga mau keluar?"

"Iya, ada kerabat yang menunggu saya di luar. Hai Dio-"

Langkah Tania terhenti. Telinganya tak salah dengar kan? Dokter Steve menyapa Dio? Ardio? Atau ada pegawai yang kebetulan namanya sama? Kepala Tania menoleh ke arah kanan dan kiri, tidak ada seseorang yang tampak menyambut sapaan dokter Steve. Kemudian ia pun berbalik, hanya ada Dio saudaranya di panti. Dahi Tania berkerut dalam seraya menatap tajam Ardio.

"Kalian saling kenal?" tanya Tania curiga.

Ardio tersenyum, lalu mengangguk. "Iya mbak, dia keponakan Ayah. Anak dari Kakak kandung Pak Bram."

DEMI APA?

Tania refleks berbalik dan menatap horor ke arah dokter Steve. Tania sedikit terhuyung hingga ia melangkah mundur dan Ardio langsung memegang tubuhnya. Tania menggelengkan kepalanya, berkali-kali hingga ia merasa sedikit pusing. Permainan macam apalagi ini?

BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang