PART 17

3.9K 209 6
                                    

29072022

🎶 Muse-Neutron Star Collision


Bab ini baru lagi... beneran baru ya. Jadi, silakan dibaca ulang. Dan jangan lupa VOTE dan COMMENT nya...makasih 😚😚😚😚

HAPPY READING 📖📖📖

🐻🐻🐻🐻🐻

Pagi ini Tania akan berkunjung ke Panti. Dengan diantar oleh sopir, Tania berangkat seusai sarapan bersama kedua orang tuanya. Sebenarnya tadi Adrian hendak mengantar tetapi tiba-tiba dia dapat telepon dari kantor, dia diminta untuk segera ke bandara. Atasannya meminta Adrian untuk berangkat ke Singapore menggantikan dirinya yang batal berangkat. Jadilah Dara pontang-panting menyiapkan segala kebutuhan suaminya dan meminta sopir mengantar Tania.

Setelah sampai di panti, Tania pun turun dari mobil sambil menenteng empat box donat yang tadi sempat ia beli di toko langgananya. Kedatangan Tania disambut oleh adik-adiknya -para penghuni panti.

"Ini bawa ke belakang ya. Kakak mau menemui Bu Astuti dulu di ruangannya." Perintah Tania sambil menyerahkan bawaannya kepada dua orang remaja yang menyambut kedatangannya.

Tania melangkah menaiki anak tangga menuju ke kantor Bu Astuti. Melihat pintu ruangan beliau yang terbuka, Tania tanpa mengetuk pintu langsung masuk begitu saja.

"Assalamu'alaikum."

Bu Astuti yang sedang berjongkok di depan rak buku dengan posisi membelakangi Tania pun menoleh kaget.

"Wa'alaikumsalam. Eh? Mashaa Allah, anakku yang cantik datang." Girang Bu Astuti sambil beranjak berdiri lalu menghambur memeluk Tania.

"Sehat Bu As?"

"Alhamdulillah sehat, Nak. Baru datang?" Tanya Bu As sambil menggiring tubuh Tania menuju sofa panjang dan mendudukkannya di sana.

Tania mengangguk. "Iya Bu, baru saja. Bu As sedang apa?"

"Oh. Ini, sedang bersih-bersih saja. Kayaknya rak buku itu kok penuh banget. Jadi ibu bongkar isinya, ternyata memang banyak kertas-kertas tidak terpakai yang masih tersimpan." Tunjuk Bu As ke arah lemari.

"Sudah selesai? Ayo Nia bantu."

Bu Astuti tersenyum. Meski sikap Tania berubah seratus delapan puluh derajat, tapi tidak dengan yang satu ini. Sifat ringan tangannya masih melekat pada sosok gadis berparas blasteran Indo ini. Entah ayah atau ibunya yang menurunkan gen itu, yang jelas berkat gen itu Tania berparas cantik.

"Ini ditaruh di mana Bu As?" tanya Tania sambil mengangkat sebuah kardus yang berisi kertas-kertas tak terpakai.

Bu Astuti menghentikan kegiatan mengemas kertas-kertas yang berserakan di lantai kantornya. "Kamu taruh saja di dekat tempat biasanya kita membuang sampah, nanti biar Dio yang bakar." kata beliau sambil menutup kardus yang sudah penuh dengan kertas lalu merekatkannya dengan lakban. Bu Astuti mengangkat kardus tersebut dan menggabungkannya dengan kardus-kardus lain karena yang ini tidak dibakar melainkan untuk dijual ke tukang rongsok bersama dengan barang-barang tak layak pakai lainnya. Lumayan uang hasil penjualannya bisa untuk membeli bahan makan anak-anak panti.

Tania berjalan keluar dari kantor Bu Astuti sambil mengangkat kardus besar menuju ke tempat pembuangan sampah. Setelah meletakkan kardus di sana, ia berjalan kembali menuju ke kantor Bu Astuti. Namun baru beberapa langkah, mata Tania malah melirik pada sebuah ayunan yang dipasang di sebuah dahan pohon mangga. Ayunan yang dulu sering ia gunakan bermain bergantian dengan saudara-saudara Pantinya. Tania pun berjalan menuju ke sana.

BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang