30102024Ucapkan sayonara pada pasangan yang hm...mmmmm ini yuk karena ini adalah part terakhir dari lapak Rendy dan Tania.
Alkhamdulillah...akhirnya aku bisa selesaikan juga. Dari kesemua cerita yang aku tulis, karya ini yang paling berat deh kayaknya 🤭🤭
Terima kasih untuk teman-teman pembaca yang masih setia membaca karya aku ini. Mohon maaf karena apa yang aku tulis mungkin sangat jauh dari ekspektasi kalian...masih banyak typo di sana-sini, dan banyak kekurangan yang lain. Aku sangat menyadari itu.
Ok...selamat membaca..sampai bertemu di karyaku yang lain 💕💕💕
🐻🐻🐻🐻🐻
Suara deru mesin mobil membuat Tania beranjak dan berjalan menuju jendela kamar yang menghadap ke arah luar. Ia sibak tirai putih yang menutupi jendela itu demi melihat siapa yang kira-kira datang. Di bawah, ia melihat dokter Steve baru saja turun dari mobilnya. Yang tampak kerepotan membawa barang bawaannya.
"Bian, gue tutup dulu teleponnya ya. Dokter Steve baru pulang."
"..."
"Ok."
Tania meletakkan ponselnya ke atas meja, lalu dia keluar kamar dan bertenu Steve di ruang makan.
"Malam Bri--" Sapa Steve sambil menyerahkan semua yang dibawanya kepada seorang asisten rumah tangga. Lalu dia menarik sebuah kursi dan duduk di sana.
"Malam." Tania ikut menarik kursi lain dan duduk berhadapan dengan Steve. "Gue harus pulang Steve." Ucapnya to the point.
Kedua alis Steve terangkat "Pulang? Kemana?"
Tania mendengkus. Bukan kali ini saja dia meminta Steve untuk memulangkannya, tapi tanggapan Steve selalu sama. "Ke apartemen."
Steve menggeleng. "Nggak. Sesuai--"
"Sesuai perintah Om Bram, lo harus tinggal di sini sampai Om Bram yang ngijinin lo pulang!" Tania membeo, mengulangi kalimat yang selalu diucapkan Steve apabila Tania merengek minta pulang ke apartemen Rendy. "Gue sampai hapal jawaban lo ya!"
"Nah itu tahu. Gue hanya menjalankan perintah Bri."
"Steve, please. Gue gak bisa gini terus. Gue harus selesaikan masalah gue sama Rendy. Gue tahu dia kemarin kayak gitu karena emosi. Gue gak mau dia kenapa-kenapa Steve... Dia pasti cariin gue--"
Ganti Steve yang mendengkus. Kesal sekali dia menghadapi kebucinan Tania. "Lo itu yang harusnya dikhawatirkan. Lo gak ingat minggu kemarin lo sekarat?"
"Yang penting sekarang kan gue sudah sehat."
"Britania... Mau lo memohon sampai sujud sembah pun, gue gak bakal ijinin lo kembali ke sana. Kecuali lo minta ke Om Bram sendiri. Lo telpon ayah lo, dan bilang kalau lo mau balik ke apartemennya Rendy."
Tangan Tania terulur ke arah Steve dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas. "Mana ponsel lo? Pinjam! Ponsel gue di kamar."
Steve merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya lalu meletakkannya ke atas telapak tangan Tania.
Sambil menunggu panggilan teleponnya tersambung, Tania yang malam ini memakai dress sepanjang lutut dengan motif bunga itu tampak mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke meja.
"Halo... Ayah?"
"..."
"Boleh aku minta sesuatu Yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMAT
RomanceRendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...