08112023
Sepertinya bab ke depan bisa lebih cepat upload nya, setelah aku baca isinya sudah lebih baik daripada bab-bab sebelumnya jadi aku gak perlu edit banyaaakkk dan makan waktu. Udah kebelet lempar lapaknya Erga🥰🥰🥰
HAPPY READING 📖📖📖
🐻🐻🐻🐻🐻
Semenjak kepulangannya dari rumah sakit, Tania mulai harus beradaptasi dengan kondisinya yang sangat bergantung dengan orang lain. Dia yang sementara waktu hanya bisa duduk di atas kursi roda, harus terbiasa untuk mengucapkan satu kata yang sangat jarang ia sampaikan, yaitu -tolong-. Untung orang tuanya mengontrak satu perawat untuk membantu aktivitas dan keperluan Tania sehari-hari. Bahkan untuk mempermudah aktivitas Tania, untuk sementara kamarnya dipindah ke kamar tamu di lantai bawah.
Hari ini, setelah satu minggu Tania beristirahat di rumah, dia akan memulai rutinitasnya kembali sebagai koas di Rumah Sakit Medika Husada. Setelah kemarin dia berdiskusi dengan dokter David -dokter konsulen di stase bedah untuk meminta keringanan selama kondisinya masih belum normal, akhirnya ia dipindahkan ke stase "santai" yaitu stase gigi dan mulut.
Jadi, selama Tania menjalani perawatan sampai recovery kemarin itu dianggap ijin oleh pihak rumah sakit. Dan sehari saat ia berada di stase penyakit dalam pun akhirnya dianulir.
Dengan dibantu suster Ana, Tania yang sudah duduk di atas kursi roda tengah menyiapkan segala keperluannya menjadi Koas, yaitu tas berisi stetoskop dan alat tulis serta snelli yang ia letakkan di atas pahanya. Lalu suster Ana mendorong kursi roda keluar kamar menuju ke ruang makan.
"Selamat pagi." Sapa Tania saat ia melihat kedua orang tua dan kakaknya sudah bersiap untuk sarapan. Suster Ana pun mendorong kursi roda dan memposisikannya menghadap ke meja makan.
Adrian menatap putri kesayangannya itu. "Pagi Sayang, sudah siap memulai aktivitas?"
Tania mengangguk yakin. "Siap dong Pa. Mama masak apa? Aromanya seperti sup ikan. Benar gak tebakan Tania?"
"Hidung kamu itu memang super kalau masalah mengendus aroma masakan, kalah hidung kucing--" ledek Dara seraya berdiri dan mengambil piring di depan Tania lalu mengisinya dengan nasi dan sup ikan. "Makan bareng saja sus Ana, gak usah sungkan sama kami. Duduk saja di situ" tunjuk Dara ke sebuah kursi makan di sebelah Kenzo yang kosong sehingga suster Ana pun kembali berbalik.
"Baik Bu." suster Ana segera menuju kursi yang dimaksud. Mengucap kata permisi ke Kenzo yang terlihat sibuk dengan sendok dan garpunya, suster Ana menarik kursi dengan pelan lalu duduk di sana tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
"Ken, sudah kamu siapkan semua keperluan kamu sebelum kamu balik lagi ke Aussie?" tanya Dara.
Tania mendongak menatap Kenzo. Kakaknya itu tengah memisahkan daging ikan dari bagian duri lalu menyuapkan ke mulutnya. Baru kemudian Kenzo menoleh ke arah Dara.
"Sudah Ma, tinggal berangkat."
Kedua alis Tania menukik. Jadi, Kakaknya sudah akan kembali lagi ke "pengasingan"? Beruntung Tania selama ia di rumah, lelaki itu seperti sangat menjaga jarak dengannya. Bahkan seminggu ini ia hampir tidak pernah bertemu Kenzo di rumah atau sekedar bertegur sapa layaknya saudara. Ada apa dengan Kenzo? Tapi apapun itu, Tania sangat bersyukur.
Tania yang kembali menunduk itupun melirik takut-takut ke arah Kenzo. Sial! Tania berjengit karena rupanya Kenzo tengah menatapnya. Entah lelaki itu menyadari atau tidak, Tania kembali menekuri piring di hadapannya. Menikmati menu sarapan dengan khidmat dan tak mau lagi-lagi mencuri pandang ke arah kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMAT
RomanceRendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...