PART 59-1

2.9K 205 17
                                    

16052024

VOTE...

COMMENT...

VOTE...

COMMENT...

Terima kasih ❤️❤️❤️

HAPPY READING 📖📖📖

🐻🐻🐻🐻🐻

Tania baru saja menjejakkan kaki di depan IGD ketika Langit menyeretnya menjauh dari bangunan bercat putih itu. Tentu saja Langit tidak bersentuhan langsung dengan bagian tubuh Tania, ia menarik tali tas selempang yang menggantung di bahu Tania.

"Langit!"

"Ss...ssst! Sebentar, kita masih punya waktu." Langit menjawab masih dengan terus menarik tas Tania hingga sampai di ruang Koass. "Ayo masuk." Sila Langit sambil membuka pintu ruangan.

Tania bergeming, namun ia lantas mengikuti permintaan Langit. Ia melangkah masuk ke ruangan yang masih sepi itu.

"Tan?"

"Ya?"

"Lo sebenarnya kenapa? Lo harus jujur sama gue karena lo punya utang budi sama gue!" Langit bersandar pada meja besar sambil melipat tangannya di depan dada.

"Apa sih Ngit? Gue gak paham--"

"Saat lo dibawa ke IGD, gue yang tanganin lo. Sumpah ya Tan, gue hampir saja nonjok pacar lo karena gue kira semua itu karena ulahnya."

Tania terkesiap. "Lo?"

Langit mengangguk. "Demi Allah Tan, gue sampai gemetaran lihat kondisi lo. Beruntung ya lo dua kali masuk IGD dan pas gue yang dapat giliran jaga."

"Ngit, bisa gak kalau bahasnya nanti saja? Sebentar lagi anak-anak pasti mulai berdatangan." Pinta Tania.

Langit menggeleng. "Kondisi lo gak baik-baik saja kan, Tan?"

Tania kembali bergeming. Ia memilih berbalik dan berjalan ke lemari loker lalu membuka lokernya untuk memasukkan tas dan bawaannya.

"Lo bisa minta visum lo ke gue-"

Tania langsung berbalik dan menatap tajam Langit.

"Hanya buat jaga-jaga. Gue melakukan semua meski keluarga lo gak minta."

"Gak perlu--"

"Tania?"

"Langit gue berterima kasih karena lo sudah selamatin gue. Tapi jangan masuk terlalu jauh Ngit, --"

"Tan gue pernah suka sama lo. Sampai sekarang sebenarnya gue masih memendam rasa itu. Tapi gue sadar perasaan gue gak berbalas, tapi gue masih bisa ngungkapin rasa gue dengan care sama lo."

"Langit?"

"Gue bisa menjadi orang yang lo percaya buat cerita. Sama seperti lo percayain map merah lo waktu itu."

Tania menggeleng. Daritadi dia bertahan dengan berdiri di dekat lemari loker, sengaja mencipta jarak. Perlahan ia melangkah maju ke arah Langit.

"Lo beruntung karena keberadaan lo di sini sebagai pasien ditutupi. Anak-anak hanya tahu kalau lo ijin sakit."

BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang