20052024
HAPPY READING 📖📖📖
🐻🐻🐻🐻🐻
Tania menguap berkali-kali. Jam di dinding menunjukkan pukul satu dini hari. Ini adalah dua hari terakhirnya Koas di ruang bersalin. Dan beruntungnya, di hari-hari terakhir sepertinya ibu-ibu sedang tidak ada yang mengeluh hendak melahirkan sehingga Tania menjaga beberapa pasien pasca lahiran saja. Mungkin bukan tanggal cantik!
Ponsel Tania bergetar di atas meja, iapun meraih dan mengangkatnya.
"Iya Ren?" sapa Tania sambil tersenyum. Meskipun si penelepon tak melihat senyumannya.
"Sibuk?"
"Nggak. Sepi ibu-ibu lahiran." Tania menggeser posisi duduknya lalu meregangkan otot dan meluruskan kakinya.
"Akhirnya... bisa istirahat juga. Sendiri?"
"Ada dokter residen sama suster dan bidan jaga. Lo kok belum tidur?"
"Ehem!"
Astaga! Tania terlonjak kaget. Ia menoleh ke arah pintu. Di sana ia melihat sosok lelaki menjulang yang berdiri di ambang pintu.
"D-dokter? Kok? Ada CITO?" Tania kelabakan melihat isi map di depannya. Mungkin dia melewatkan data pasien yang perlu pantauan khusus.
"Nggak. Tadi ada urusan di luar terus kepingin mampir aja. Di rumah juga lagi sepi."
"Halo, ada pasien gawat Tan?"
"Nggg... Nggak sih Ren, ada dokter Steve. Nanti gue telepon lagi." Tania mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Tania mengantongi ponselnya. Netranya melirik dokter Steve yang tidak masuk ke ruang bersalin tetapi malah duduk di bangku panjang untuk keluarga pasien yang letaknya di luar ruangan. Dari pintu kaca ia bisa melihat Dokter Steve tengah menunduk menatap layar ponsel, Tania masih berada di tempatnya di belakang meja jaga.
"Em...mmm maaf Dok, saya cek tidak ada pasien CITO atau--" Tania akhirnya beranjak dan duduk di sebelah dokter Steve.
"Panggil aja Steve, Bri. Aku sedang bebas tugas."
"Ya tapi ini di lingkungan rumah sakit juga Pak dokter. Meskipun sedang bebas tugas tapi seluruh penghuni sini tahu siapa anda." jawab Tania sambil menoleh ke kanan dan kiri, melihat keadaan sekitar yang sunyi.
"Tadi habis nganter dokter Fikri, terus mampir saja ke sini. Gimana pasien?"
"Aman Dok."
"Steve saja Bri."
"Aduh... jangan ya Dok. Nanti bakal makin-makin saja gosip yang beredar. Saya gak enak sama dokter."
"Lho? Biarin saja, gak usah diambil pusing. Sudah biasa kayak gitu, apalagi sama dokter-dokter lajang. Besok masuk malam lagi?"
Tania mengangguk. "Hari terakhir saya di VK."
Dokter Steve menggumam. "Besok pagi dijemput?"
Lagi, Tania mengangguk. Kedua tangannya mengerat jas putihnya karena hembusan angin malam yang dingin menerpa tubuhnya.
"Di sini dingin Bri, masuk saja. Kemana dokter residen dan perawat? Kok kamu sendirian?"
"Minta ijin makan Dok. Kalau perawat sedang ke ruangan, tadi ada ibu-ibu yang lapor kalau cairan infusnya hampir habis."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMAT
RomanceRendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...