Maaf lamaaaa banget gak update, HP rusak bestie 😥😥😥
HAPPY READING 📖📖📖
Setelah hampir enam jam berjuang di dalam ruang operasi, Tania segera dipindahkan ke ruang ICU. Dengan kondisi masih belum sadar tetapi sudah melewati masa kritis.
Karena dirawat di ruang ICU, maka pembesuk tidak boleh seenaknya sendiri keluar masuk ruangan. Hanya diperbolehkan satu orang saja yang menemani pasien di dalam sana. Sehingga kali ini Rendy mempersilakan orang tua Tania untuk terlebih dahulu menemui putri kesayangan mereka secara bergantian. Sementara dirinya terduduk lemas di kursi yang memang disediakan di sepanjang koridor. Kepalanya mendongak dan bersandar pada sandaran bangku yang sebenarnya sangat tidak memungkinkan untuk menopang tubuh bongsornya. Sandaran itu hanya mampu mengcover separoh punggungnya. Alhasil dengan sedikit melorotlah Rendy memposisikan tubuhnya yang memang tinggi menjulang. Dia sama sekali belum melihat Tania. Karena saat dipindahkan tadi kebetulan ia sedang berada di musholla rumah sakit untuk menjalankan kewajiban beribadahnya.
Dengan mata terpejam, Rendy berusaha untuk selalu berpikir positif mengenai keadaan Tania. Ia bahkan lupa bahwa masih ada entah papa atau mama Tania yang menunggu giliran besuk, beliau duduk di bangku tepat di samping pintu tempat Tania dirawat.
Saat Rendy ingin istirahat sejenak, otaknya malah teringat akan pesan dari Erga. Kemarahan Erga.
Ya Tuhan! Apa kecelakaan ini gara-gara gue?
Rendy belum membalas satupun pesan masuk semenjak pagi tadi. Dia terlalu panik dan kondisi pasca donor darah juga yang membuatnya sedikit tak fokus dengan semuanya.
Rendy merogoh saku celana untuk mengambil handphone nya. Barulah ia sadar kalau ternyata Papa Tania tengah duduk tak jauh dari tempatnya, hanya berjeda tiga bangku. Melihat Adrian memejamkan mata, Rendy urung berbasa-basi dengan mengajak beliau mengobrol. Rendy memilih untuk kembali menekuri ponselnya.
Lagi. Ada beberapa notifikasi pesan masuk dan panggilan tak terjawab namun Rendy masih mengabaikannya.
Rendy mengetik sebuah pesan ke adiknya. Memintanya untuk mengirimkan baju ganti ke rumah sakit karena seharian mengenakan satu pakaian yang melekat di tubuhnya semenjak pagi bukanlah seorang Rendy. Apalagi tadi pagi ia sudah dibuat mandi keringat. Ia adalah tipikal cowok bersih. Jadi ia merasa risih dengan bajunya meskipun sekarang tentu saja sudah kering. Selanjutnya, Rendy kembali duduk tegak sambil membuka satu per satu pesan yang masuk. Hampir kebanyakan adalah pesan dari rekan kerjanya dan ada satu pesan dari Dinda.
(Dinda_Regina)
Ren, aku barusan dapat kabar kl Tania kecelakaan. Gimana kondisinya? Secepatnya aku ke rumah sakit setelah kerjaan aku selesai. Kamu yang kuat ya..big hug 🤗Rendy berulang kali menghela napas panjang sambil menekuri ponselnya yang masih memendarkan cahaya itu.
Dinda.
Dinda.
Dinda.
Selama ini Rendy selalu dibuat nyaman dan baper oleh perhatian-perhatian kecil Dinda padanya. Yang mungkin saja Dinda juga lakukan pada teman-tan Dinda yang lain. Mungkin karena Rendy masih memandang Dinda sebagai sosok istimewa yang tak bisa dimilikinya. Meskipun dia sudah punya Tania sebagai kekasihnya. Namun, nyatanya ada yang belum selesai antara dia dan Dinda. Bagaimana Rendy bisa menyelesaikan kalau nyatanya dia tidak pernah memulainya? Dan sekarang, dan mungkin juga kemarin-kemarin... Tania kembali menjadi korban. Korban akan rasa yang tak usainya pada Dinda.
Ponsel Rendy berdering. Ada nama Erga di sana. Kembali menghela napas, Rendy lalu menggeser tombol hijau hingga suara sapaan Erga yang jauh dari adab itu terdengar sampai dahi Rendy mengrenyit, menahan diri untuk tidak membalas semua sumpah serapah yang diucapkan Erga untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMAT
RomanceRendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...