Warning: Area 21++ !!!
Jangan lupa vote dan comment nya 😍
Jangan lupa bacanya di dalam ruang ber AC atau di ngadep kipas biar gak sumuk 😝😝😝
HAPPY READING 📖📖📖
🐻🐻🐻🐻🐻
Merencanakan pembangunan sebuah gedung yang nanti akan menjadi iconik perusahaan tempat Rendy bekerja memang membutuhkan perhatian lebih. Om Farhan selaku CEO telah memberi mandat langsung ke Rendy untuk menangani proyek yang bisa dikatakan adalah mega proyeknya. Kepercayaan Oom Farhan yang begitu besar kepadanya, membuat Rendy sedikit terbebani mengingat ia juga mempunyai tanggung jawab besar juga di perusahaan.
Sebagai seorang COO atau Chief Operating Oficcer tentu saja bukan pekerjaan sepele. Rendy bertanggung jawab atas segala macam masalah yang terkait dengan operasional di internal perusahaan. Seperti mengatur perusahaan, menjadi jembatan antara karyawan dan CEO serta mengatur dan mengelola bisnis inti. Di usianya yang tergolong masih muda, didaulat sebagai COO oleh Om Farhan tentu saja membuatnya kalang kabut. Saat itu ia baru lulus kuliah, pangalaman kerja belum ada bahkan bisa dikatakan nol besar. Tetapi mau gak mau Rendy harus sudah bisa menjalankan posisinya itu dalam waktu singkat. Alhasil di awal ia bekerja, Rendy sering lembur atau bahkan menginap di rumah Om Farhan untuk berguru ilmu bisnis.
Dan di sinilah ia sekarang. Bersama dengan Dinda dan dua orang asisten Dinda. Rendy sedang merencanakan mega proyek tersebut. Tak ada obrolan layaknya teman di dalam ruang meeting saat ini, pembicaraannya sangat formal khas rekanan bisnis. Rendy memaparkan seperti apa keinginan perusahaannya sementara Dinda memperhatikan dengan sangat detail bahkan sesekali ia menyela apabila dirasa ada hal yang ia kurang paham.
Jam menunjukkan pukul dua belas siang. Yang artinya Rendy dan Dinda hampir tiga jam berdiskusi. Namun Rendy masih harus membahas sedikit lagi mengenai proyeknya dengan mengambil sedikit jam istirahat, hingga suara ketukan pintu menginterupsi diskusi mereka.
"Ya, silakan masuk!" Sila Dinda sambil menutup map di hadapannya.
Pak Rudi sang atasan Dinda pun muncul dari balik pintu dan berjalan mendekati Rendy dan Dinda. Membuat Rendy refleks membenahi posisi duduknya.
"Selamat siang Pak Rudi." Rendy pun berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan sang pemilik perusahaan rekanannya itu.
"Selamat Siang." jawab Pak Rudi sambil menjabat tangan Rendy. Kemudian beliau belarih ke Dinda yang juga ikut berdiri. "Lancar kan Din?"
"Iya Pak, sudah clear. Tinggal menunggu tanda tangan dari bapak saja."
"Oke. Kamu minta asisten kamu bawa berkasnya ke ruangan saya, nanti saya tanda tangani." Perintah Pak Rudi sambil melirik jam dinding. "Sudah masuk jam istirahat, kamu jamu client kita karena saya gak bisa menemani, ada keperluan mendadak. Maaf sekali karena saya tidak bisa menemani Pak Rendy makan siang. "
"Tidak apa-apa Pak Rudi. Terima kasih sebelumnya untuk makan siangnya." jawab Rendy.
"Aaahhh... Biasa saja. Din, ajak sopir buat ngantar ke resto langganan ya!"
"Siap Pak." Jawab Dinda.
"Kalau begitu saya duluan ya. Tempat janjiannya agak jauh soalnya, takut ngaret." Pamit Pak Rudi.
"Silakan Pak. Saya sekalian berpamitan kalau begitu." ucap Rendy sembari berjabat tangan kembali dengan Pak Rudi.
Sepeninggal Pak Rudi, Dinda yang masih sibuk dengan berkas-berkas di hadapannya pun mengangkat kepala dan menatap Rendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMAT
RomanceRendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...