Keesokan harinya...
Saat hari semakin siang, Kim Soeun yang masih berbaring di tempat tidurnya dengan kedua mata terpejam, tampaknya belum menunjukkan tanda akan bangun.
Wajah cantiknya sangat pucat. Seluruh tubuhnya tertutupi selimut saat dia tidur begitu tenang tanpa bergerak sedikitpun. Jika tidak melihat pergerakan dadanya dari jarak dekat saat dia bernafas dengan sangat halus, orang yang tidak tau mungkin mengira jika dia hanya tubuh yang tidak bernyawa.
Setelah beberapa saat, diantara alisnya yang semula tenang mulai sedikit berkerut. Itu menunjukkan tanda akan bangun. Sampai kemudian, matanya yang terpejam perlahan mulai terbuka, dan langit-langit kamarnya yang cerah pertama kali memasuki pandangannya.
Kim Soeun tidak langsung bangun. Dia tetap berbaring dan hanya mengangkat satu tangannya, mengelus keningnya yang sedikit pusing. Wajah pucatnya tampak lesu dan lemah. Dia menghela nafas panjang.
Baru saja dalam tidurnya, dia sepertinya memiliki mimpi yang sangat panjang.
Dia tidak tau apakah mimpinya itu bisa dikatakan sesuatu yang indah atau bukan. Tapi baginya semua mimpinya itu juga sangat aneh. Terasa seperti kenangan nyata tapi juga asing baginya. Karena bagaimanapun dia mencoba mengingatnya, dia sama sekali tidak memiliki kesan dan ingatan apapun tentang mimpi itu.
Ini bukan pertama kalinya dia memiliki mimpi seperti ini.
Sejak dulu, tepatnya setiap kali dia jatuh sakit, dia juga sering kali bermimpi dan hampir di semua mimpinya adalah hal yang sama. Tapi, seiring bertambahnya usia dan karena kesibukannya, mimpi ini sudah jarang sekali muncul.
Dia tidak tau mengapa saat ini, mimpinya itu datang kembali, dan membuatnya merasakan kerinduan yang bahkan dia sendiri tidak tau kepada siapa.
Dalam mimpinya itu dia seperti kembali di usia sangat muda. Sekitar tiga atau empat tahun. Tapi dia tidaklah sendiri. Selalu ada anak laki-laki yang berusia lebih tua yang selalu muncul di setiap adegan mimpinya.
Kim Soeun kecil selalu sangat menyedihkan dan selalu merindukan kasih sayang. Ditambah dengan perlakukan dingin ibu tirinya, dan ayahnya yang acuh tak acuh, dia sering kali menyendiri dan diam-diam menangis. Disaat itulah, seperti sinar matahari yang penuh kelembutan, anak laki-laki itu akan muncul dan menghiburnya.
(Hiks...hiks...)
Kim Soeun kecil duduk dibawah pohon dengan kepala terkubur di lututnya saat dia menangis tersedu-sedu.
"Kim Soeun!"
Kim Soeun yang menangis seketika terhenti dan dia mengangkat kepalanya, saat pemandangan yang memasuki matanya adalah sosok seorang anak laki-laki menjulang tinggi berdiri didepannya.
Dia tidak tau siapa anak itu, karena disetiap mimpinya, wajahnya selalu samar dan dia kesulitan untuk mengingatnya apalagi menebaknya siapa. Tapi, Kim Soeun kecil jelas sangat akrab dengannya dan dia selalu akan memanggilnya...
"Oppa..."
"Mengapa kau menangis disini?" suara anak laki-laki itu jelas masih kekanak-kanakan, tapi aura dinginnya sudah terasa yang membuat siapapun takut, tidak terkecuali Kim Soeun kecil yang tertunduk takut.
Melihat Kim Soeun kecil tidak mengatakan apa-apa dan seperti menghindari tatapannya, anak laki-laki itu pun menghela nafas tak berdaya, lalu menurunkan tubuh tingginya dan berjongkok sejajar didepannya.
Anak itu mengulurkan tangan ke wajah kecil Kim Soeun, dan menghapus air mata diwajahnya dengan gerakan canggung.
Dia kemudian berkata, "Jangan menangis! Katakanlah, apa yang terjadi? Mengapa kau menangis disini? Apa wanita tua itu memarahimu lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny (ONGOING)
Hayran KurguBagi yang suka romansa penuh drama, yuk silahkan mampir di cerita ini. --- Tepat dihari pernikahan, saudaranya menghilang tanpa kabar. Karena tidak ingin pernikahan ini dibatalkan demi keuntungan bisnis, ayahnya memaksa Kim Soeun agar menjadi penga...