#1 PROLOG

1.3K 64 6
                                    

NEWS :

TERJADI PENCULIKAN DI DAERAH PANGLIMA. PELAKUNYA MENJADIKAN KORBAN SEBAGAI SANDERA. KINI TERHITUNG SUDAH SATU MINGGU BERLANGSUNG, DAN POLISI SEDANG MELANCARKAN AKSI UNTUK MELAKUKAN PENANGKAPAN DENGAN MEMBLOKADE DAERAH PANGLIMA DAN SEKITARNYA.

KORBANNYA ADALAH SEORANG GADIS BERUSIA 17 TAHUN. HINGGA SAAT INI MOTIFNYA MASIH DALAM PROSES PENYELIDIKAN. KELUARGA DARI KORBAN SAAT INI TERUS MEMINTA ANAKNYA UNTUK DIBEBASKAN SECEPATNYA.

Seorang pria berjalan masuk ke salah satu ruangan tertutup yang berada disana. Dibukanya pintu itu dengan gerakan yang amat pelan, dan ia kembali menutupnya rapat. Kakinya berjalan mendekat ke arah sanderanya yang kini sedang tertidur dengan kepala yang ia sandarkan ke dinding belakangnya.

"Hei..." panggilnya dengan suara yang lumayan keras.

Gadis itu perlahan membuka netranya yang terasa agak berat. Netranya memperhatikan pria dewasa di hadapannya dengan tatapan bingung. Belum lagi dengan senyuman yang ditunjukkan oleh pria di depannya yang lumayan membuatnya bingung.

Netranya terasa awas ketika menatap kaki pria itu yang berjalan mendekat ke arahnya. Dengan sisa tenaganya, ia membawa tubuhnya untuk mundur-menempel pada dinding dengan gaya yang tampak sangat tidak elegan. Saat pria itu tepat berada di hadapannya, dengan posisi berlutut.

"Kamu mau makan apa?" tanya pria itu dengan nada yang amat ramah. Gadis itu bahkan sampai terkejut mendengar nada suara pria itu.

Ikatan demi ikatan dilepaskan olehnya, mulai dari kaki hingga tangan. Lalu, ia langsung merengkuh tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Walaupun terkejut, gadis itu diam saja dan tidak melakukan apapun. Dia masih ketakutan dan mungkin trauma karena disekap selama dua hari.

"Kamu makan dulu ya sebelum pergi dari sini," katanya.

Gadis itu menggeleng. Pria berkulit hitam manis itu akhirnya mengangsurkan piring yang dibawanya tadi kepada gadis itu. Dia bahkan sampai repot menyuapi gadis itu dengan tangannya sendiri, hingga makanan di dalam piring bersih tak tersisa.

"Anak pintar!" ujarnya sambil mengusap kepala gadis itu dengan sayang.

Pria itu menepuk kedua bahunya tiga kali, lalu menyuruh gadis itu merangkul lehernya dengan sangat erat. Dan dengan satu kali percobaan, pria itu berhasil menggendong tubuh gadis itu, lalu membawanya pergi meninggalkan tempat itu.

Satu bulan telah berlalu, tapi polisi kehilangan jejak pelaku. Tanpa mereka tahu, pelaku jauh lebih handal daripada polisi. Pelaku dan sandera sudah menghilang entah kemana. Keluarga gadis itu pun akhirnya menyiapkan acara pemakaman secara tertutup, karena bagi mereka anak gadisnya sudah tiada.

Di lain tempat, gadis itu sedang menatap ruangan di hadapannya dengan pandangan kosong. Tak ada yang tahu bagaimana perasaannya, hatinya mulai bertanya-tanya tentang keluarganya yang mungkin saja kelimpungan mencarinya. Dan ia pun juga hanya bisa pasrah ketika dibawa pergi menggunakan penerbangan tertutup menuju luar negeri, bersama orang yang sangat asing menurutnya.

Beruntungnya, orang yang menyanderanya tidak menganiaya seperti film yang selama ini ia tonton. Justru, pria itu seringkali tersenyum padanya. Dan mau tidak mau, gadis itu harus menerima keadaannya yang dengan terpaksa menjadi sandera. Sekali lagi ia melirik ke luar jendela dan kembali menunduk. Satu bulan bukan waktu yang singkat, tapi mengapa keluarganya belum juga menemukan keberadaannya?

"Hei, saya dengar kamu tidak ingin makan? Kenapa? Apa kamu demam?" tanya pria dari arah belakang. Kini, pria itu menyentuh dahi gadis itu dengan tatapan khawatir.

Gadis itu menggeleng, "Saya gapapa kok, cuman lagi malas makan aja."

Pria itu memutar tubuhnya dengan gerakan posesif, "Kimmy, kamu mau sakit lagi seperti kemarin?" tanyanya.

Gadis bernama Kimmy itu menggeleng, "Maunya sih gak sakit, tapi rasanya malas makan."

Pria bertubuh tegap itu meletakan tangannya di atas kepala Kimmy, "Katakan apa yang kamu mau, saya akan mengabulkan semuanya asalkan kamu mau makan."

Kimmy tersenyum, "Benar apa saja, Om? Apapun yang aku mau, Om akan kabulkan?" tanya Kimmy dengan wajah yang berbinar. Pria yang dipanggil Om itu mengangguk seraya menunjukkan senyuman di bibirnya.

"Kalau gitu, Kimmy mau pulang. Kimmy ingin bertemu Mama, Papa, dan Kakak Kimmy. Apa Om akan mengabulkan?" ujarnya sambil tersenyum.

Senyum pria itu langsung luntur seketika. Ia sama sekali tidak menduga Kimmy akan mengatakan itu untuk menukarnya dengan nafsu makan. Pria itu terdiam sebentar, ia mulai memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan segalanya. Dia tidak ingin Kimmy sakit karena tidak makan, tapi dia juga tidak akan melepaskan Kimmy begitu saja setelah melakukan banyak hal yang begitu menguras emosi.

"Tidak!" katanya tegas.

Wajah Kimmy berubah kecut, "Kenapa, Om? Om bilang akan mengabulkan semua yang Kimmy mau, tapi kenapa permintaan ini tidak boleh?" tanyanya cemberut.

"Saya bilang tidak, maka tidak! Jangan buat saya mengulangi kata-kata ini lagi!"

Kimmy tampak terkejut dengan sentakan pria itu. Ia langsung menunduk dan mengunci bibirnya rapat. Lantas ia mundur beberapa langkah dan kembali menatap jendela yang menampilkan pemandangan alam yang selama ini tidak pernah dilihatnya secara langsung.

Pria itu kembali mendekat ke arah Kimmy, lalu tangannya mengeluarkan benda pipih yang selama ini ia bawa kemana-mana. Mengutak-atiknya sebentar, kemudian menyodorkannya kepada gadis di sampingnya itu. Sebuah helaan napas terdengar dari keduanya, dan mereka sama-sama terdiam.

"Kamu sudah dianggap tidak ada oleh mereka, lalu mengapa kamu harus merindu pada mereka? Dan apa kamu tidak suka tinggal disini? Apa ada yang menyakitimu disini? Katakanlah, biar saya urus mereka!" kata pria itu.

Pipinya membasah ketika membaca portal berita online tentang keluarganya yang memutuskan untuk menggelar acara pemakaman khusus untuk dirinya. Mereka sudah menganggapnya tiada. Yah, mau dia tiada atau pun masih hidup, memang tidak ada bedanya.

Ditariknya ujung jaket pria yang kini sedang memasukkan ponsel ke dalam sakunya jaket. "Om Thomas, Kimmy suka kok ada disini. Tapi, Kimmy baru tahu tentang berita tadi, kan Om baru kasih tahu. Gak ada yang jahat kok, nakal juga gak ada, mereka yang ada disini semuanya takut sama Om. Soalnya, Om itu galak!"

Thomas tertawa, "Jadi, sekarang kamu sudah mau makan?" tanyanya.

"Iya, Kimmy makan kok. Om jangan marah terus, nanti gantengnya luntur loh!" goda Kimmy.

Thomas menarik tubuh Kimmy menuju meja makan yang sudah tersedia makanan di atas meja. Dengan gerakan matanya, pria itu meminta Kimmy untuk makan. Selama gadis itu makan, Thomas memperhatikannya dari arah depan-tepat pada bagian wajah gadis di hadapannya.

"Kamu cantik banget sih," puji Thomas.

Kimmy mengerjapkan kedua netranya beberapa kali, bahkan ia sampai tersedak makanannya sendiri. "Om apaan sih? Gak jelas banget!" omelnya sambil meminum air yang berada di samping kirinya.

Thomas tertawa, "Apa yang salah dari ucapan saya? Kamu seorang gadis ya jelas cantik dong," ujarnya membela diri.

"Ohhh," kata Kimmy dan dengan yang cepat ia langsung kembali menikmati makanannya.

Pria itu berdehem beberapa kali, "Pokoknya, di masa depan, kamu harus jadi pengantin saya!"

Deghhh....

To be continue...

(Jangan lupa kasih ❤, masukin ke reading list, sekalian follow author ya di wattpad biar tetap update, heheheh 😍)

MY POSESSIVE MAN (END) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang