#76 Cinta Sejati

60 3 0
                                    

Ranju melirik setumpukan hadiah di atas kursi yang sudah ia siapkan. Ia sengaja membeli banyak kado di Sydney spesial untuk Kimmy.

Diusapnya sayang foto Kimmy bersama Thomas, lalu ia tersenyum. “Kamu kelihatan sangat bahagia, Kim,” katanya.

Ranju membaca portal berita online dan menemukan banyak sekali berita tentang Kimmy dan Thomas. Pernikahan impian bagi semua orang, katanya. Karena tahu bagaimana kisah cinta keduanya, ia tersenyum.

“Untungnya aku tidak mengambil keputusan yang salah ya, Kim. Benar apa katamu, Thomas memang sangat mencintaimu, bahkan setelah beberapa tahun telah berlalu,” katanya lagi.

Bila mengingat ke belakang, ia memang agak sedikit menyesal. Tapi setelah tinggal lama di Sydney, ia sadar bila tidak sepenuhnya salah. Karena dengan begitu, ia bisa menguji rasa cinta Thomas untuk Kimmy.

Kalau ditanya, apakah perasaannya untuk Kimmy sudah tuntas. Maka jawabannya adalah belum, karena ia masih dalam proses melupakan perasaan yang ia miliki untuk Kimmy. Tapi sejujurnya, ia belum bisa mencintai wanita lain.

Pagi tadi, ia baru saja menghubungi Kimmy, sekadar untuk saling bertegur sapa. Setidaknya itu yang bisa ia lakukan dalam beberapa tahun ini. Thomas, pria itu juga sering bertukar kabar dengannya, apalagi perusahaan papinya dengan Thomas masih menjalin kerja sama.

“Apa mereka menyukai hadiah dariku ya?” tanyanya.

Acara kemarin, sebenarnya Thomas dan Kimmy mengundangnya. Tapi memang ia tidak bisa datang, karena ia masih harus mengurus pekerjaan di Sydney.

“Maaf Pak Ranju, ada yang ingin bertemu,” kata sekertarisnya yang memang asli Indonesia.

“Siapa?” tanya Ranju.

Ia tersenyum, “Dia model asli Indonesia, dan sepertinya dia sangat tertarik dengan peluncuran produk kita,” jelasnya.

Ranju menganguk. Tak lama pintunya kembali terbuka dan menampilkan seorang wanita cantik khas selebritas. Lelaki itu hanya meliriknya sebentar, lalu kembali menyibukan diri.

“Selamat siang Pak Ranju,” sapanya sambil mengulurkan tangannya.

Ranju menerima uluran tangan itu, “Siang,” jawabnya.

Wanita itu tampak menarik napas gugup, “Saya agak ketakutan tadi karena saya pikir Bapak tidak bisa berbahasa Indonesia, tapi syukurnya bisa.”

Ranju menganguk, “Saya dengar Nona ini sangat tertarik dengan peluncuran produk terbaru kami ya? Kalau boleh tahu apa yang membuat kamu tertarik?” tanyanya.

Wanita itu menganguk, “Karena saya mencintai budaya Indonesia dan produk terbaru kali ini ada unsur budaya nya,” jawabnya.

“Saya baru tahu kalau ada wanita berusia muda yang menyukai budaya lokal, karena kebanyakan tak jauh dari budaya barat atau asia. Apakah Nona tidak terlalu naif?” tanyanya, nadanya terdengar menyindir.

Wanita itu tersenyum, “Maaf, tapi sepertinya Bapak harus berpikir positif untuk masalah ini. Jangan hanya karena kebanyakan anak muda jaman sekarang lebih menyukai budaya barat atau asia, Bapak menyamaratakan semua orang. Lagipula, mengapa Bapak menganggap seseorang yang mencintai budaya lokal itu naif, apakah semuanya begitu? Rasanya kurang enak didengar dan juga aneh kalau CEO perusahaan yang mencetuskan produk cinta budaya lokal mengatakan itu...” jawabnya.

Ranju akhirnya tertawa, agak sedikit de javu, “Mendengar kamu, membuat saya mengingat seseorang. Kalian berdua sangat mirip, sangat kritis untuk banyak hal. Baiklah, saya tidak akan berpendapat tentang seseorang yang mencintai budaya lokal itu naif, saya minta maaf.”

MY POSESSIVE MAN (END) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang