Bisa dibilang ini sudah satu minggu setelah pertengkaran antara Kimmy dan Thomas. Walaupun begitu, keduanya tetap tidur satu kamar, Thomas juga tetap melakukan kebiasaannya sebelum tidur, misalnya mengecup kening istrinya, memberikan ciuman selamat malam yang cukup memabukkan. Semuanya memang berjalan semestinya, tapi sikap Kimmy yang agak sedikit berubah. Bukan tanpa alasan, karena Thomas melarangnya untuk pergi ke kampus dan menggantinya dengan bimbingan secara daring di rumah.
“Sayang, saya pergi dulu ya. Kamu di rumah, jangan kemana-mana! Kalau kamu butuh apapun, kamu bisa telepon saya atau minta Bibi beliin ya.”
Kimmy hanya mengangguk mengerti seperti biasa, tapi kali ini tanpa ekspresi. Thomas mendekat dan mengecup keningnya lumayan lama dan berpamitan.
Gadis itu mengiring kepergian suaminya dengan tatapan datar, tapi tidak beranjak pergi walau mobil sudah menghilang di depan pagar. Kalau boleh jujur, Thomas sangat mencintainya, bisa dibilang tak ada orang dalam hidupnya yang begitu mencintainya dan menginginkannya. Intinya, kalau soal cinta, Thomas adalah pilihan nomor satu yang akan memberikan segala hal untuknya.
Thomas adalah suami yang sangat peka akan keinginannya. Pria itu sangat sabar menuruti kemauan Kimmy yang terkadang tidak jelas, bahkan ia juga tidak masalah dengan sikap labil yang ditunjukkan gadis itu.
Masalah pernikahan pun, ia memilih menunggu Kimmy lulus SMA, sama sekali tidak memaksa untuk menerimanya sebagai suami. Tak ada yang kurang dalam diri pria itu, tapi sikapnya yang terlalu posesif membuat Kimmy ingin lepas. Ibarat burung yang terlalu dikekang, ia akan mencari cara untuk bisa kabur dari sangkarnya. Sama halnya dengan Kimmy, setidaknya ia ingin hidup tenang dengan berteman dengan siapa pun. Namun, Thomas menutup akses itu, mengekang, bahkan seolah-olah mengikat dirinya agar tak bisa lepas darinya.
“Halo,” sapanya ketika menerima telepon.
“Kimmy, kamu gapapa kan?” tanya Ananda.
“Hhhmm, aku gapapa kok, Da...” balasnya.
“Apa kamu sakit? Kok gak ikut bimbingan skripsi?” tanya Ananda.
“Aku bimbingan kok, tapi via daring sih...”
“Oh, jadi kamu sakit apa?”
“Uhm, cuman pusing aja...jadi gak dibolehin berangkat kuliah sama suami.”
Ananda tertawa, “Iya deh yang udah punya suami, apa aja harus nurut tuh kayaknya.”
“Ya gitu deh, aku udah kayak ratu aja nih...”
Ananda diam sebentar, “Kim, aku boleh tanya gak sama kamu, tapi ya agak gimana gitu. Tapi kalau kamu gak mau jawab, gak usah dijawab gapapa kok.”
“Tanya apa Da?” tanya Kimmy.
“Sekarang, apa kamu bahagia?” tanyanya.
Kimmy terdiam, “Da, kapan-kapan aku ceritain ya. Aku belum siap cerita semuanya, karena kisahnya terlalu panjang dan gak bisa diomongin lewat telepon.”
“Iya, Kim. Aku akan dengar cerita kamu kapan aja...”
^_^
Thomas membaca setiap informasi yang ia temukan di mejanya pagi ini. Sejak menyusun penculikan yang ia ciptakan, ia memang sudah menyiapkan semua dokumen identitas baru untuk Kimmy, dari Kimmy Prescoot menjadi Kimmy Bernardo. Namun, selama ini ia tetap mencari tahu tentang keluarga Prescoot melalui orangnya.
“Bodoh! Kalian membuang berlian demi sampah!” sinisnya.
Thomas meremas koran yang menampilkan desas desus kakak dari Kimmy yang kepergok mengencani suami orang. Ia tersenyum sinis, tangan yang sebelumnya ia gunakan untuk meremas sebelumnya kini sedang ia lakukan untuk mengusap sayang bingkai foto gadis berseragam SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSESSIVE MAN (END) ☑️
RomansaKisah kehidupan pernikahan Kimmy dan Thomas yang didasarkan oleh penculikan, mulai dari sisi romantis Thomas sampai dengan sisi gelap pria itu yang terlalu posesif pada Kimmy. Ini lah yang justru menjadi boomerang bagi keduanya, karena Kimmy akhirny...