#14 Kebohongan (2) • 21 +

414 15 0
                                    

“Bukan karena masalah Buck Chan?” tanya Kimmy sekali lagi.

Thomas tampak terdiam beberapa saat, raut wajahnya terlihat siap marah saat itu juga. Kimmy yang melihat itu hanya tersenyum.

“Aku bercanda, gak tahu tadi kekikiran aja sama nama itu.”

Thomas memeluk tubuh istrinya erat. “Aneh, kenapa tiba-tiba kekikiran sama nama itu? Kamu...” katanya seraya mengangkat sebelah alisnya.

“Aku kenapa? Gapapa kok. Tapi kenapa Mas aneh gitu, terjadi sesuatu ya?” seldiknya.

“Gak ada apa-apa, Sayang...” tegas Thomas.

Kimmy menganguk, “One kalau gitu. Oh ya, aku barusan abis bimbingan sama dosen pembimbing. Bentar lagi aku mau seminar proposal, jadi boleh kan aku ke kampus?” tanyanya.

Thomas menganguk dengan yakin, “Kalau itu boleh dong, nanti saya yang bilang ke dekan untuk urus semuanya.”

Kimmy terrawa, “Kalau aku ke rumah Ananda boleh? Dia juga mau daftar seminar juga kayak aku...”

Thomas menggeleng tak suka, dia masih mengingat dengan jelas apa yang terjadi pada istrinya karena anak ingusan itu.

“Ingat! Karena dia dan laki-laki itu, kamu masuk rumah sakit.”

“Itu kan musibah, Mas...”

“Memang, semua itu musibah. Tapi dia tidak menjaga kamu dengan baik hingga kamu masuk rumah sakit.”

“Mas...”

“Sekali tidak ya tidak! Kalau kamu mau ke kampus untuk urusan administrasi, saya yang akan menemani kamu!” bentaknya.

“Tapi Mas...” rengeknya.

“Cukup sekali saya kehilangan kewaspadaan, dan saya tidak ingin itu terulang kembali!” tegasnya.

^_^

Kimmy merapikan berkas di atas meja belajarnya. Ia baru saja menge-print proposal untuk seminarnya besok. Tadi siang ia baru saja berkomunikasi via zoom dengan dosen pembimbing yang ditemani langsung oleh suaminya.

“Sayang, tidur yuk! Ini udah malam loh, kamu kan perlu istirahat untuk persiapan seminar.” Thomas mengingatkan sambil menepuk sisi tempat tidur.

Kimmy medekat dan langsung memeluk tubuh suaminya. Menghirup aroma pria itu dalam-dalam yang dibalas pelukan yang tak kalah eratnya.

“Capek banget ya?” tanya suaminya.

“Lumayan sih, gak terlalu capek banget sih.”

Thomas mengecup pelipis istrinya, turun ke kedua mata, pipi, hidung, lalu bibir merah dengan memberikan lumatan-lumatan kecil yang menggairahkan. Tangannya mengelus tubuh mungil istrinya dengan sensual membuat pemiliknya itu mengeluarkan desahan.

Thomas sangat senang mendengarnya, bahkan saking senang nya ia tak hentinya ia memberikan sentuhan demi sentuhan, bahkan sengaja menggoda istrinya dengan memberikan sentuhan tepat pada intinya.

You drive me crazy, baby...” bisik pria itu tepat di telinga Kimny.

“Mas...aku...” kata Kimmy dengan mata terpejam.

Thomas mengecup kedua mata istrinya, lalu membawa tubuh mungil itu ke dalam pangkuannya, lalu menaik turunkan pinggang istrinya hingga sampai pada pelepasan yang sempurna.

Kimmy turun dari tubuh suaminya dan langsung tidur menelungkupkan tubuhnya lelah. Thomas bangun dari tidurnya, membisikkan kata-kata mesra di telinga istrinya.

“Saya ingin lagi,” katanya lembut.

“Capek aku, Mas...” suara Kimmt terdengar samar-samar.

Thomas menindih tubuh istrinya yang menelungkup. Sentuhan demi sentuhan ia berikan membuat wanita itu kembali bergairah dan mau tak mau ia menyetujui keinginan suaminya. Tapi ia lelah untuk bergerak, makanya Thomas melakukannya dalam posisi yang berbeda.

Setelah pelepasan, pria itu berbisik, “Thank you, baby.”. Setelahnya ia terlelap di samping istrinya. Dipeluknya tubuh polos istrinya dan mendekapnya di dada.

^_^

Kimmy menuju ruang kemahasiswaan untuk mengumpulkan berkas seminar. Sebelumnya ia sudah melakukan pendaftaran melalui portal online, dan sisanya ia harus mengumpulkannya ke kampus.

Selesai urusan, Kimmy melirik suaminya yang duduk di lobby kampus. Beberapa mahasiswi menatap suaminya terang-terangan memerlukan api cemburu di matanya. Jelas itu tidak suka kalau suaminya dijadikan konsumsi publik seperti itu, karena dia hanya miliknya seorang.

“Sudah selesai semua?” tanya suaminya yang langsung berdiri ketika melihat Kimmy sampai sana.

Kimmy menghentakan kakinya kesal sambil meninggalkan tempat itu. Thomas mengejarnya segera dan syukurnya ia berhasil meraih tangan wanita itu.

“Sayang...” panggilnya lembut.

Teriakan di di lobby membuat keduanya menoleh. Mood Kimmy semakin buruk, pasti setelah ini dia akan menjadi bahan pembicaraan karena merupakan pasangan dari laki-laki yang nyaris sempurna.

“Sebel!” teriaknya.

Thomas menarik istrinya masuk ke ruangan pribadinya yang tampak kosong. Tak banyak yang tahu bila Thomas memiliki ruangan pribadi sebagai pemilik Perguruan Tinggi.

Setelah menutup pintu, ia langsung menyerbu bibir istrinya dengan ciuman-ciuman mesra. Bibir pria itu tersenyum, “Ciuman di ruangan gak buruk juga ya,” bisiknya.

Kimmy mengangkat alisnya bingung, ia hendak bicara, tapi suaminya itu sudah membungkamnya dengan ciuman yang sedikit menuntut.

Setelah mengunci pintu ruangan nya dan mengantongi kunci ke saku celananya, Thomas lebih dulu menuju parkiran, sedangkan Kimmy harus ke ruang mahasiswa lagi karena ada berkas yang kurang.

“Sudah lengkap semua ya, Pak...”

“Iya Mba, tinggal seminar proposal, terus lanjut bab berikutnya, dan sidang deh...”

“Ah Si Bapak bisa aja...”

Kimmy meninggalkan ruangan kemahasiswaan dan menyusul suaminya di parkiran. Tapi, sebuah tarikan tangan membawanya ke belakang sekolah.

“Kim, aku mau ngomong sama kamu...”

Ananda menatap Kimmy tak enak, tatapannya menyiratkan rasa bersalah karena masalah yang kemarin.

“Aku mau minta maaf sama kamu,” ujarnya.

“Gak perlu minta maaf, Da. Kamu sama Kak Ranju gak salah kok...itu musibah.”

“Pasti karena itu, Pak Thomas gak kasih ijin kamu ketemu sama aku kan?” tanyanya.

Kimmy hendak menganguk, tapi ia urungkan. “Mas Thomas kan memang se-posesif itu, Da.”

“Maaf ya. Oh ya, Kak Ranju nanyain kondisi kamu terus tuh, dia kayaknya khawatir sama kamu. Tapi kayaknya dia gak enak sama kamu, soalnya kemarin kamu kan nolak dia. Jadi, dia agak segan hubungin kamu.”

Kimmy menganguk, “Gapapa kok, Da, aku ngerti kok.”

“Bentar, ada sesuatu yang mau aku kasih ke kamu...”

Ananda mengeluarkan sebuah amplop berwarna cokelat dari dalam tas nya, lalu menyerahkan nya kepada Kimny.

“Ini dari Kak Ranju, katanya kamu harus tahu ini.” Ananda mengatakan itu sambil menatap Kimmy serius.

“Oke, bilangin makasih ya sama Kak Ranju,” pintanya.

Ananda menganguk. “Kim, kamu gak mau mempertimbangkan perasaan Kak Ranju? Gak ada salahnya loh berpikiran terbuka, lagipula banyak sekali cerita negatif tentang Pak Thomas, dia maria juga pernah membunuh. Apa kamu gak memikirkannya?”

Kimmy menatap Ananda bingung, “Membunuh? Mas Thomas? Gak mungkin!” katanya setengah berteriak.

Ananda mencoba menenangkan temannya itu, “Kamu tenang dulu, Kim. Kamu bisa menilainya setelah melihat semua buktinya.”

Kimmy tersenyum licik, “Bukti? Kamu bilang tadi Kak Ranju, tapi kamu sudah baca semua bukti ini?” tanyanya dengan ekspresi menyelidiki.

Ananda tampak kebingungan, “Ya kan...Kak Ranju cerita sama aku sebelumnya,” jawabnya agak tergagap.

“Sebenarnya apa sih tujuan kamu kasih semua bukti tentang Mas Thomas? Kamu benci sama dia, kenapa?” pertanyaan Kimmy membuat Ananda terkejut.

To be continue...

MY POSESSIVE MAN (END) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang