#50 Ranju Berbeda

60 3 0
                                    

“Kamu harus ikut aku! Ingat, kamu itu calon istriku!”

Ketika mendengar perkataan Ranju, mata Kimmy membulat sempurna. Bahkan, Ananda juga menunjukkan respon yang tak jauh beda.

“Ingat, aku sudah membuat perjanjian dengan keluargamu dan tunggu saja...sebentar lagi kamu akan menjadi Nyonya Salvador,” katanya lagi.

Kimmy menatap lelaki itu marah, “Jangan harap!” teriaknya.

Cengkeraman tangan itu semakin kuat, “Dengar Kim, kalau aku gak bisa miliki kamu, lelaki lain juga gak boleh miliki kami!” tegasnya.

Ananda menarik cengkeraman itu, “Kakak apa-apaan sih? Kenapa Kakak berubah kayak gini sih?” tanyanya tampak sedih.

Ranju menatap Ananda dengan emosi, “Kakak? Kakak yang kenal sama kamu udah mati! Sekarang keinginanku cuman satu, miliki Kimmy!” jawabnya.

“Kak Ranju yang aku kenal dia itu selalu berkorban untuk orang lain, tapi kenapa sekarang egois? Sejak awal aku memang dukung Kakak, tapi bukannya Kakak mau mundur setelah lihat Kimmy bahagia?” tanyanya.

Ranju menggeleng, “Dia gak bahagia sekarang, makanya aku mau bantu dia keluar dari rumah itu!”

“Kak,” panggil Kimmy.

“Kenapa Sayang?” jawabnya lembut.

“Jangan panggip aku kayak gitu! Dan satu hal yang perlu Kakak ingat, aku milik diriku sendiri, bukan siapapun. Silahkan minta pertanggungjawaban sama keluargaku, bukan sama aku, karena dia yang buat janji sama Kakak.”

^_^

Kimmy mencoba menenangkan diri. Ternyata inilah yang Thomas takutkan, takut kalau saja Ranju melakukan segala cara untuk mendapatkan yang ia inginkan.

“Kamu gapapa, Kim?” tanya Ananda.

Kimmy menganguk lalu tersenyum. Dia tidak boleh tampak lemah, agar tidak mudah ditindas. Thomas mungkin akan melalukan segala cara untuk melindunginya, tapi ia tetap harus bisa menjaga diri.

“Kim, mending kamu kasih tahu ke Pak Thomas,” usul Ananda.

Kimmy menggeleng, “Jangan! Aku gak mau menambah masalah lagi, kasihan Mas Thomas...”

Ananda menatap Kimmy, “Kim, aku minta maaf ya. Gara-gara aku ngenalin Kak Ranju ke kamu. Kalau aja aku tahu sifat asli dia, aku gak akan ngenalin ke kamu.”

Kimmy menatap Ananda yang terlihat menyesal. Ditepuknya bahu wanita itu lalu menggeleng.

“Kamu gak salah kok. Kita gak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan,” kata Kimmy.

“Sekali lagi aku minta maaf ya,” kata Ananda masih terlihat menyesal.

“Iya, aku gapapa kok. Untuk saat ini aku mau lihat dulu, nanti kalau ada apa-apa aku akan bilang ke Mas Thomas,” kata Kimmy.

Ananda menganguk, “Kim, aku boleh tanya sesuatu gak ke kamu?” tanyanya kikuk.

“Hmm, mau tanya apa?” tanya Kimmy seraya menganguk.

“Waktu itu aku lihat kamu bertengkar sama seorang laki-laki paruh baya, apa benar dia papa kamu?” tanya Ananda.

Kimmy menganguk, “Iya, dia Papaku, tapi udah lama juga gak tinggal sama dia.”

“Maaf Kim,” kata Ananda tak enak.

“Gapapa. Kamu tahu kan dulu aku pernah cerita kalau Mas Thomas culik aku?” tanyanya.

Ananda menganguk, ia bahkan tak hanya tahu soal itu. Karena Ananda juga mencari tahu tentang Thomas.

“Mas Thomas memamg penculikku, tapi dia jauh lebih sayang aku daripada keluargaku sendiri. Dulu, aku dan kakakku selalu dibandingkan, karena dia cantik dan nyaris sempurna. Orang-orang mencemooh aku bahkan sampai membenciku, ditambah lagi dengan sikap keluargaku yang tidak peduli padaku. Waktu itu aku ingin kabur dari rumah, sampai akhirnya Mas Thomas culik aku.” Kimmy menceritakan sedikit demi sedikit.

“Kim,” lirih Ananda.

Kimmy menghapus air matanya, “Waktu diculik, aku pikir akan mati. Tapi nyatanya, Mas Thomas beri aku kasih sayang layaknya ratu. Dia menghormatiku sebagai seorang wanita, makanya ketika ia memintaku untuk menikahinya...aku setuju asal dilakukan setelah lulus SMA.”

Ananda menggengam tangan Kimmy, “Aku baru tahu soal ini dan benar, Pak Thomas memang amat mencintaimu...” katanya.

“Walaupun posesif, dia sayang padaku. Kalau orang lain berpikir aku gila karena mau tinggal dengan orang yang punya masalah mental, aku gak peduli...karena hanya aku yang tahu sifat dia sebenarnya.”

“Benar, orang lain gak akan tahu secinta apa Pak Thomas sama kamu. Mereka hanya tahu kamu gak bahagia, karena sifat keposesifannya.”

“Dia memamg misterius, karena itu aku ingin dia membuka dirinya perlahan padaku, tapi itu membutuhkan waktu yang banyak.”

“Tapi Kim, apa kamu tidak ingin kembali dengan keluargamu?” tanya Ananda.

“Sulit rasanya hidup satu atap dengan orang yang sudah membuangku. Belum lagi masalah yang terjadi akhir-akhir ini, kakakku yang menggoda Mas Thomas.”

Ananda menutup mulutnya tak percaya, “Aku tidak tahu harus mengatakan apa,” katanya.

Kimmy tersenyum, “Nda, kamu adalah orang yang kupercaya. Maka dari itu, kamu jangan pernah mengecewakanku ya...”

^_^

Thomas menganguk-angukan kepala ketika membaca laporan di tab nya, sedangkan Brenda sendiri memilih menunggu di depan pria itu persis.

“Oke, saya rasa laporan ini sudah cukup...” katanya.

Brenda menerima tab yang sudah dibaca oleh bosnya, lalu menutupnya. Ia menganguk dan pamit pergi.

Thomas mengusap wajahnya yang terlihat lelah. Dasinya sedikit ia longgarkan, setelah itu ia mengutak-atik ponselnya.

“Hallo El,” panggilnya.

“Hhhmmm, mau ngasih uang jajan ya?” tanya Ella dari seberang telepon.

“Kamu bisa bantu Kakak gak?” tanyanya.

Ella tertawa sebentar, “Ada uangnya gak nih? Soalnya lagi butuh buat beli make up,”

“Ada, mau berapa?” katanya tak masalah.

“Oke, nanti aku kirim link nya, terus Kakak transfer ya,” ucapnya setuju.

Thomas menganguk di tempatnya, “Kakak mau kamu temenin Kimmy kemana pun. Kalau ada apa-apa, kamu bisa langsung hubungin Kakak...”

“Ya elah kakak kedua. Ella pikir tugas apaan, kalau itu mah gak usah diminta juga aku bakal lakuin.”

“Ya udah kalau gak mau uangnya,”

“Eh jangan dong! Kakak kedua tetap kasih sebagai wujud sayang aku sebagai adik,” katanya tertawa.

“Aneh, kan tiap bulan Kakak juga kasih kamu uang,” kata Thomas.

“Masih kurang, Kakak kedua, soalnya harga make up ini tuh mahal...” jawabnya.

“Ya udah kalau gitu, tapi kamu jangan lupa sama janji kamu ya. Udah dulu ya, Kakak mau telepon Kimmy dulu, udah kangen nih...”

Thomas memutus panggilan, lalu beralih menghubungi Kimmy. Tak lama menunggunya sampai panggilannya diangkat.

“Mas Thomas Sayang,” sapa istrinya yang membuat hatinya menghangat.

“Iya Sayang, tumben panggilnya gitu...pasti ada maunya ya?” tebak Thomas.

“Iya nih, aku lagi pengen sesuatu...” kata Kimmy di seberang telepon.

“Minta apa Sayang?” tanya Thomas.

“Hhhhmm, aku boleh minta ijin ketemu sama Mama dan Kak Aylina?” tanyanya terdengar takut.

Thomas menarik napas dengan cepat. Ia terlihat sangat tidak suka.

“Mas...” panggil Kimmy.

“Buat apa kamu ketemu sama dia?” tanya Thomas dengan nada yang tegas.

“Mama sama Kak Aylina katanya mau ngomongin sesuatu. Boleh ya?” katanya memelas.

“Jangan, Sayang, kamu gak boleh ketemu sama mereka!” kata Thomas sambil memutus panggilan.

To be continue...

MY POSESSIVE MAN (END) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang