#16 Dijebak

194 10 0
                                    

Thomas berjalan menuju kamar mandi masih dengan tubuh polosnya, tanpa menjawab pertanyaan istrinya. Kehangatan di kamar itu langsung lenyap seketika digantikan dengan ekspresi aneh yang ditunjukkan pria itu.

Pria itu membasuh wajahnya dengan air mengalir, lalu mengelapnya dengan handuk samping kaca. Ia menatap dirinya di depan cermin, bayangannya itu tampak mencemoohnya.

“Pengecut!” katanya dalam hati.

Ia lantas keluar dari kamar mandi, tapi ia tidak menemukan istrinya di atas tempat tidur. Padahal pakaian mereka masih berserakan di lantai, bahkan tempat tidur mereka juga masih berantakan.

“Sayang...” panggilnya.

Kimmy yang ternyata berada di balkon kamar melambaikan tangannya. Thomas segera menghampiri istrinya dan langsung melempar selimut ke tubuh polos istrinya.

“Sengaja kamu?” sindirnya.

Kimmy meliriknya, “Panas, aku mau cari angin...” jawabnya.

“Kalau kepanasan kan kamu bisa nyatakan AC, kenapa harus keluar kesini tanpa menggunakan pakaian apapun?” tanyanya gemas.

Kimmy tertawa, “Biar seru aja,” jawabnya.

“Sayang...”

Kimmy tertawa, “Udahlah. Aku juga gapapa kok kalau memang Mas Thomas gak mau jawab pertanyaan aku. Nah mungkin jawabannya susah, aku gapapa kok, gak maksa juga...” katanya memberi tahu.

Thomas duduk di kursi yang berada di hadapan istrinya. “Kamu tahu dari mana soal itu?” tanyanya, sebisa mungkin menggunakan nada yang lembut.

Kimmy menggeleng, “Bukan dari siapa-siapa, aku hanya menebak saja.”

Thomas memicingkan matanya, “Enggak, pasti ada seseorang yang kasih tahu kamu. Atau kamu menyelediki saya?” tanyanya sambil menayap istrinya tajam.

Kimmy sedikit tersenyum, “Aku udah nanya hal ini dari kemarin, tapi Mas gak bisa menjelaskan apapun sama aku, bahkan kamu gak bisa jujur sama aku yang istri kamu sendiri.”

“Sayang,” lirihnya.

Kimmy menoleh, “Apa salahnya sih Mas jawab pertanyaan aku? Apa kamu pernah bunuh? Tidak! Apa kamu lagi ada masalah sama Buck? Iya! Apa kamu menggelapkan uang? Tidak! Se simpel itu, Mas! Tapi kamu gak bisa jawab satu pun pertanyaan aku.”

Thomas meraup wajahnya frustasi. Dia tampak kebingungan dan resah, sikap itu lah yang membuat Kimmy semakin yakin kalau suaminya itu seperti yang dituduhkan. Tapi apa yang harus ia lakukan? Membawanya ke penjara? Meninggalkannya? Atau diam saja?

Thomas menggenggam kedua tangan istrinya, “Kim, memangnya kamu gak bisa terima semuanya dengan tenang. Tidak usah bertanya atau mencari tahu apapun tentang saya atau kehidupan saya! Satu hal yang perlu kamu tahu, saya mencintai kamu dengan tulus, just it!”

“Enggak, aku gak bisa terima semua itu dengan tenang. Kita suami istri, Mas...tapi kamu menutupi segalanya dariku! Kamu tahu segalanya tentangku, tapi kenapa aku tidak tahu apapun tentang kamu?” tanyanya.

Thomas mengelus pipi istrinya lembut, “Saya akan mengatakan apapun yang kamu ingin tahu, tapi jangan sekarang. Karena saya harus mengurus semuanya, kita lanjutkan pembicaraan ini kapan-kapan.”

Kimmy memandang punggung suaminya, ada setetes air mata yang turun ke pipinya. Ia menghela napas panjang dan kembali ke kamar, merebahkan tubuhnya meringkuk di atas tempat tidur. Dan Thomas telah pergi entah kemana tanpa pamit dengannya.

“Nyonya, Tuan meminta saya untuk memanggil Nyonya makan...” suara Bibi Ana membuatnya menoleh.

Wajahnya tampak sembab. Bibi Ana mendekat, duduk di pinggiran tempat tidur dan menepuk-nepuk lengan nyonyanya itu.

“Nyonya baik-baik saja?” tanyanya dengan suara yang lembut.

“Bi, kata Bibi...Mas Thomas itu baik, tapi kenapa dia begitu pada saya? Bukannya saya ini istrinya?” tanyanya lirih.

Usapan di tangannya semakin terasa, Bibi Ana mencoba menenangkannya. Wanita itu jelas tahu sikap Thomas kepada istrinya itu, tapi ia juga yakin bila yang dilakukan pria itu untuk kepentingan bersama. Sayangnya, pria itu bukanlah orang yang gampang terbuka dengan orang lain, sekalipun dengan wanita yang sangat ia cintai.

“Tuan sangat mencintai Nyonya...” kata Bibi Ana singkat.

Kimmy menganguk, “Saya tahu itu, Bi. Saya juga mencintai Mas Thomas. Tapi, sikapnya yang seperti itu membuat saya bingung, sekaligus ragu...apakah dia benar-benar mencintai saya atau hanya rasa obsesi belaka?” tanyanya.

“Beri waktu kepada Tuan untuk menjelaskan semuanya. Bibi yakin, akan ada saatnya Tuan membuka dirinya.” Bibi Ana memberikan nasihat yang setidaknya mampu menenangkan wanita itu.

Kimmy kembali membungkus dirinya dengan selimut. “Bi, letakan makanannya di meja saja, nanti saya akan makan.”

Bibi Ana menganguk dan langsung pamit meninggalkan Kimmy di kamar. Setelah menutup pintu dan sedikit berjalan, ia mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi Tuan nya.

“Hallo Bi, gimana? Apa Kimmy sudah mau makan?” tanya pria itu dengan nada cemas.

“Nyonya belum mau makan, Tuan. Nyonya habis menangis dan bersedih.” Ana menjelaskan kondisi Nyonyanya.

“Tolong bujuk terus ya, Bi. Saya takut dia lupa makan dan malah jatuh sakit.” Thomas mengingatkan dengan suara yang sedih.

“Apa tidak sebaiknya Tuan mengatakan kebenarannya? Kalian dua orang yang paling mencintai, jadi tak ada salahnya untuk saling jujur sebelum semua nya menjadi semakin rumit. Nyonya hanya ingin Tuan sedikit membuka diri saja.” Bibi Ana mengutarakan pemikirannya.

Thomas diam sebentar, lalu menarik napas. “Terima kasih Bi. Kalau begitu saya tutup teleponnya ya, saya titip Kimmy.”

^_^

Kimmy baru menghabiskan makanannya ketika hatinya sudah terasa lebih baik. Ia baru saja kembali dari dapur setelah meletakan piring. Bibi Ana tidak ada disana, mungkin ada di halamana depan bersama pelayan lainnya. Memang dari semua pelayan, Kimmy paling dekat dengan Bibi Ana, begitu juga dengan Thomas, karena katanya ia sudah bekerja sejak Thomas masih kecil.

Sampai di kamar, ia ingin memoles wajahnya agar sisa air matanya tak terlihat. Namun, suara chat masuk membuatnya meletakan kembali lipstik ke atas meja rias.

+62 822 xxx

Hei, apakah kamu penasaran dengan pria itu? Pria yang memiliki sejuta misteri, kehidupan yang aneh, dan sudah jelas gila. Kalau kamu benar-benar ingin tahu, balas pesan ini ya.

Kimmy mengernyitkan alisnya bingung. Kalau boleh jujur, ia ingin tahu informasi tentang suaminya. Keluarganya bagaimana, kehidupannya bagaimana, juga siapa teman-temannya. Tapi, siapa yang tahu kalau ia sedang mencari tahu tentang pria itu? Apakah dia berniat jahat, sama seperti orang yang kemarin hampir menyelakainya?

Kimmy menyelesaikan riasan bibirnya. Kemudian ia pindah ke tepi tempat tidur. Ia menimang-nimang untuk membalas chat itu atau tidak. Ia sangat penasaran, tapi apakah keputusannya ini sudah tepat?

Ya, saya ingin tahu segalanya...

Baguslah. Kalau begitu datanglah ke Jalan Santarium No. 11, Jakarta Selatan. Saya tunggu kedatangan kamu ya, yah itu pun kalau kamu mau tahu semua kebenaran tentang Thomas Ale Kwang, your husband.

Kimmy bergegas memasukan semua barangnya ke dalam tas. Ia menatap jendela sebentar, melihat pergerakan para pengawal yang masih berjaga di depan rumah. Ia harus melakukan sesuatu agar bisa leluasa keluar dari rumah tanpa ketahuan siapapun.

Dikeluarkannya tali yang cukup panjang, ia membuka ikatannya tanpa sisa. Diturunkannya tali itu pelan-pelan melalui jendela, lalu mengikat ujungnya ke pegangan balkon. Setelah dirasa kuat, wanita itu mulai menuruni tali.

To be continue...

MY POSESSIVE MAN (END) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang