#20 Tak Saling Sapa

151 8 0
                                    

Kimmy menata berkas seminarnya di atas meja. Dia sudah siap dengan catatan dan garis besar proposal skiripsinya. Hah, rasanya ia ingin cepat lulus dari perguruan tinggi, dan mulai bekerja. Ia bahkan sudah mulai melingkari perusahaan impiannya, yah walaupun kecil kemungkinannya mendapat ijin dari suaminya.

“Sayang, kamu siap untuk seminar hari ini?” tanya Thomas.

Kimmy mengangkat bahunya acuh, ia melewati suaminya begitu saja. Sengaja ia menyenggol bahu suaminya begitu saja tanpa mengatakan apapun.

“Sayang...” panggil Thomas lagi.

Kimmy menghampiri Bibi Ana di dapur. Masih dengan pakaian hitam putih, ia menyiapkan kotak bekal untuknya, padahal biasanya ini adalah pekerjaan rutin Thomas.

“Bi, tolong bantu Mas Thomas sarapan ya, karena saya harus ke kampus untuk seminar.”

Bibi Ana menganguk, “Baik Nyonya,”

Thomas menyusul ke dapur, “Saya bisa urus semuanya sendiri,” kata pria itu.

“Itu tugas aku, jadi Mas harus mau...” kata Kimmy memandang suaminya.

“Biasanya kan saya yang nyiapin kamu,” ujar Thomas.

Kimmy medekat dan mengambil tangan suaminya, lalu mengecup punggung tangannya. “Aku berangkat ya,” pamitnya.

Thomas menganguk, “Sukses ya untuk seminarnya!” katanya menyemangati istrinya. Di usapnya kepala istrinya lembut, “You are the best!” semangatinya seraya memberikan ciuman di bibir.

Kimmy mengusap bibirnya kesal, “Kan lagi ngambek, ngapain sih pakai cium bibir segala?” tanyanya.

“Itu kewajiban loh...”

^_^

Kimmy mempersiapkan laptop nya di depan, beberapa temannya yang juga akan melakukan seminar juga melakukan hal yang sama. Wanita itu menarik napas sebentar, lalu membuangnya perlahan, ia gugup luar biasa. Biasanya selalu ada Thomas yang menenangkannya, tapi kali ini karena tidak akur, ia tidak ingin melakukan itu.

“Kimmy sudag siap?” tanya para dosen penguji.

Kimmy menganguk dengan mantap. Dua orang temannya juga ikut ditanyai pertanyaan yang sama, dan mereka menjawab tak jauh beda darinya.

Sesi seminar proposal diawali dengan presentasi bab satu sampai dengan tiga yang dilakukan oleh Kimmy. Sebelum berdiri, ia kembali menarik napas dan sedikit mengupas wajahnya yang tampak kepanasan. Ia menggenakan pointer yang sudah disediakan untuk menjelaskan tentang skripsinya.

Beberapa pertanyaan datang dari para dosen penguji, dimulai dengan latar belakang masalah hingga hal lainnya yang berkaitan dengan judul skripsi nya. Syukunya, Kimmy dapat menjawab pertanyaan dosen penguji tanpa ragu sekalipun.

Tanpa Kimmy sadar, Thomas memantaunya melalui proyektor di hadapannya, tak lupa dengan earphone di telinganya untuk mendengar suara percakapan mereka selama proses seminar berlangsung.

“Apakah proses nya sesuai dengan yang anda harapkan?” tanya Rektor yang duduk di samping Thomas.

Thomas menganguk, “Saya tidak tahu kalau istri saya begitu pintar, hhhmmm...apakah saya harus bangga?” tanyanya tersenyum.

Rektor menganguk, “Kimmy memang mahasiswi yang cerdas,” komentarnya.

Thomas tersenyum meremehkan, “Kalau begitu, mengapa tidak direkomendasikan untuk beberapa kegiatan nasional?” sindirnya.

Lelaki tua itu menggaruk kepalanya yang tanpa rambut, “Yah waktu itu kami belum tahu kalau dia adalah istri Tuan Thomas,” jawabnya.

Thomas melirik tak suka, “Jadi, anda lebih suka pada status dan jabatan ya? Saya tidak menduga anda adalah orang yang seperti itu!” katanya yang langsung beranjak.

Lelaki itu ikut beranjak, mengejar pemilik Perguruan Tinggi. “Tunggu Tuan, saya salah bicara. Kedepannya saya akan lebih memerhatikan hal ini, akan saya catat baik-baik.”

Thomas tersenyum licik, “Sayang sekali, padahal saya akan membubarkan Perguruan Tinggi ini setelah istri saya lulus, karena memang bangunan ini hanya untuk istri saya.”

Lelaki itu memohon, menundukkan kepalanya dengan sangat rendah. “Saya mohon jangan, Tuan. Masih ada mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan, kasihan mereka.”

Thomas menggeleng, “Baru sekarang anda mengatakan atas nama mahasiswa, sebelumnya kemana saja? Anda hanya melihat jabatan dan kekuasaan saja!” tanyanya sarkasme.

“Jangan Tuan Thomas, saya mohon...”

Thomas tersenyum, “Semua itu tergantung keputusan istri saya,” balasnya singkat.

^_^

Kimmy keluar dari ruangan seminar setelah mengucapkan terimakasih kepada dosen penguji, juga salam perpisahan dengan teman yang satu ruangan dengannya. Thomas memerhatikan istrinya dari jauh dengan senyuman yang lebar, lalu ia berjalan mendekati istrinya.

“Sayang, i am proud with you...” bisiknya seraya memberikan pelukan yang hangat.

Kimmy menganguk, tapi ekspresi wajahnya tidak biasa, seolah ia tampak menahan kesal. Thomas mengurai pelukannya dan langsung mengecupi pipi istrinya.

“Udah, banyak yang lihatin!” cegah istrinya, membuat Thomas tersenyum.

“Selamat atas seminarnya, Nyonya...” ucap lelaki yang berdiri tak jauh dari Thomas.

Kimmy mengerjap beberapa kali, “Hah?” tanyanya bingung.

Lelaki itu menunduk, “Maaf, saya tidak tahu kalau Nyonya ini istri dari Tuan Thomas sehingga kami kurang peduli.”

Kimmy melihat sekeliling, karena kini semua orang memandangnya. Ia melihat suaminya yang hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh.

“Maaf, maksudnya bagaimana ya?” tanya Kimmy.

Lelaki itu yang ia kenal sebagai rektor di kampus itu langsung berlutut, bahkan ia sampai memegangi kaki Kimmy. “Jangan tutup Perguruan Tinggi ini, karena masih ada mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikannya disini. Jadi saya mohon dengan sangat untuk tidak menutup Perguruan Tinggi ini.”

Kimmy menggoyangkan kakinya yang terasa kebas, lalu meminta bantuan suaminya untuk menyelesaikan masalah ini.

“Saya mengatakan padanya kalau semua keputusan ada di tangan kamu. Jadi, katakan keputusan kamu...”

Kimmy memejamkan matanya lelah, “Hhhmmm, kenapa aku yang harus ambil keputusan?” desisnya.

“Karena kamu istri saya,” jawab Thomas.

Kimmy melepaskan kakinya dengan sedikit paksaan. “Oke, kita bahas ini di rumah. Sekarang aku mau pulang...”

Niat hati ingin tak ingin bicara dengan Thomas, tapi ia justru berbicara cukup banyak dengan pria itu. Ia menghentakkan kakinya beberapa kali, lalu meninggalkan tempat itu begitu saja.

Kimmy menggeleng tepat ketika hendak masuk ke dalam mobil. “Aku tuh bingung sama Mas ya, kan aku udah bilang gak usah ke kampus. Tapi apa, Mas justru datang kesini dan buat keributan!” omelnya.

Thomas tersenyum, “Saya gak mau kamu diem begitu! Saya benci kalau kamu gak bicara sama saya! Udah ya, kita baikan aja ya...”

Kimmy menggeleng, “Enggak mau, sebelum Mas jawab semua pertanyaan aku!”

“Sayang... saya belum bisa jawab pertanyaan itu, maaf...”

Kimmy tak menjawab, ia masuk ke mobil begitu saja. Thomas menggelengkan kepalanya, lalu ikut masuk ke kursi pengemudi. Di sepanjang perjalanan, istrinya diam saja, bahkan setelah Thomas membuka pembicaraan.

“Aku lagi malas ngomong sama Mas...” katanya singkat.

“Jangan gitu dong...jadi Mas bisa rindu loh,” kata pria itu sambik tetap fokus menyetir.

“Biarin aja! Dan Mas juga gak usah sok lembut gitu deh, aneh dengarnya.” Kimmy mengatajan itu sambil menata menahan geli di telinganya.

Sesampainya di halaman rumah, Thomas dengan cepat keluar dari mobil. Memutari setengah mobil hanya untuk membukakan pintu untuk Sang Istri. Tapi, ia dengan sengaja mengecup bibir istrinya, membuat empunya semakin ngambek di buatnya.

Kira2 Kimmy bakalan luluh gak ya abos dicium sama suami? Yuk komen!

MY POSESSIVE MAN (END) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang