Bab 57 Permulaan

33 1 0
                                    

"Kita berdua sepertinya berasal dari daerah yang sama Nona," ucapnya.

"Pardon me. Aku tak mengerti maksudmu?" Anastasia mengerutkan keningnya.

"Wajah kita. Kau tak merasa familiar denganku?" tanyanya.

Anastasia menelan salivanya. Sembari mengikuti langkah kakinya yang bergerak maju mundur, menyesuaikan lantunan musik dansa.

Pria itu mencium punggung tangan Anastasia. Sedangkan ia masih bergeming dengan tatapan penasaran.

"Bisa dibilang aku sepupu terdekatmu dan juga Austin," ucapnya.

Lantunan musik berhenti dengan gemuruh tepuk tangan yang mengiringinya. Pria itu masih menatap lekat Anastasia. Sorot matanya terlihat sendu, takut dan cemas. Ia memberikan hormat dan berlalu begitu saja.

Anastasia menepi dari kerumunan yang memenuhi lantai dansa. Ia mengatur nafasnya yang berat. Entah mengapa ingatannya tentang orang tuanya menguak kembali.

Anastasia hanya tak siap harus berhadapan langsung dengan keluarga ibunya. Dendam, kecewa bahkan ketakutan mulai menyelimutinya. Ia bahkan merasa mual jika mengingatnya kembali.

"Hei Ana, apa kau baik baik saja?"

Irina menyusul Anastasia yang sedang tidak baik-baik saja. Anastasia meraih segelas minuman dan menegaknya sekali.

"Aku tak pernah segelisah ini Irina. Aku....aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada ibu dan ayahku saat itu," ucap Anastasia dengan nada gemetar.

"Hei, hei Ana, dengarkan aku!"

"Tenangkan pikiranmu. Kau hanya merasa panik saat ini. Kendalikan emosimu." Irina mengelus pundak Anastasia.

Anastasia sedikit lega dan nafasnya tidak begitu berat lagi.

"Aku melihatnya berdansa denganmu. Maka dari itu aku menghampirimu kesini," jelas Irina.

"Aku tak ingin bertemu dengannya lagi Irina. Aku terlalu takut untuk menghadapi mereka semua."

Irina memeluk Anastasia. Ia tak ingin kenangan buruk itu merasuki Anastasia kembali. Baginya, hidup menjadi seorang Anastasia tidaklah mudah. Terasingkan dari kerajaannya sendiri dan hidup menjadi pelayan selama beberapa tahun.

Tak hanya itu, bahkan kedua orangtuanya juga meninggalkannya. Siapa yang sanggup menopang tubuhnya hingga berdiri kokoh hingga saat ini. Dan Anastasia berhasil melakukannya meski harus tertatih-tatih.

Setelah sejenak merasa tenang. Anastasia memutuskan untuk keluar dari Aula. Irina ingin mengikutinya, tetapi ia menolak. Ia tak ingin mengganggu Irina yang sedang menikmati pesta.

Pesta ini adalah yang dimimpikan setiap bangsawan di seluruh tujuh negara. Melewatkannya sama saja membuang emas di rawa-rawa.

Setelah berhasil keluar, Anastasia segera menyapukan kakinya menuju asrama.

Tak lama berjalan, ia merasakan bulu kuduknya berdiri. Entah mengapa, ia memiliki firasat bahwa seseorang sedang menguntitnya. Ia memalingkan wajahnya ke arah punggungnya. 

Tak seorang pun ada disana. Merasa bahwa itu semua hanyalah ilusinya, ia segera mempercepat langkahnya.

Tiba-tiba ia mendengar derap langkah yang semakin dekat. Ia memutar tubuhnya dan seketika pandangannya menjadi gelap.

***

Anastasia membuka kelopak matanya perlahan, menampilkan mata birunya. Saat ini ia seperti berada di sebuah peti. Terasa begitu sesak dan hawa panas menyelimutinya.

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang