Bab 58 'The War 1"

15 1 0
                                    

"Sir Hawys!"

Teriak Irina dari kejauhan. Hawys menoleh dan segera berlari menghampiri Irina.

"Ada apa Nona?"

"Ana . . . Ana menghilang." tangisnya kembali pecah.

"APA?"

Irina hanya bisa menangis sesenggukan tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Hawys mengerutkan keningnya. Dari kejauhan nampak Roxa, Rouf, Dax, Lif dan Wellix berlarian menghampiri mereka berdua.

"Tuan kami sudah memastikan bahwa semua orang-orang telah mengosongi gedung perayaan," Wellix melaporkan.

"Ada apa dengan Nona Irina?" Roxa membuka pertanyaan.

Wajah Hawys dipenuhi amarah, ia bahkan tak menggubris pertanyaan Roxa. Tangannya mengepal dan ia berlari begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Irina membuka pembicaraan sesaat setelah Hawys menghilang dari hadapan mereka. "Anastasia menghilang, aku tak tahu ia berada dimana. Ini salahku, seharusnya aku tak membiarkannya sendirian pulang."

Irina masih menutupi wajahnya yang penuh dengan air mata.

"APA?!" Teriak mereka serempak.

"Nona, kami mohon kembali lah ke asrama anda. Kami akan segera mencari Nona Anastasia. Anda butuh istirahat, ini sudah terlalu malam," bujuk Dax.

"Tidak! Bagaimana aku bisa tenang. Sedangkan ini semua salahku!" Irina terisak lagi.

"Nona, percayalah pada kami. Kami akan segera menemukan Nona Anastasia. Kami tidak akan menyerah sampai kami menemukannya." Lif mencoba membujuk lagi.

Irina sedikit melemah, ia mengangguk setuju. Roxa kemudian mengawalnya untuk kembali ke Asrama.

Rouf, Dax, Lif dan Wellix segera berpencar. Tak lupa mereka segera mengambil kuda mereka dan beberapa persenjataan.

Irina memutuskan untuk menunggu di kamar Anastasia. Roxa ikut mengawasi dari dalam kamar.

"Aku tak tahu harus seperti apa Roxa. Aku tak mawaspadai siapapun. Aku siap disalahkan karna kejadian ini."

"Anda tidak perlu menyalahkan diri anda sendiri, Nona. Kita cukup berdoa agar Nona Anastasia dapat ditemukan," Roxa mencoba menenangkan.

"Maaf Nona," Roxa menyodorkan sebotol air untuk membantu Irina menenangkan dirinya.

Irina meraihnya dan segera menegak air itu. Ditengah kegelisahan itu, suara derap kaki yang terdengar samar dan menggema, menyelimuti seisi ruangan.

Roxa mempersiapkan pedangnya, berjaga-jaga apabila sesuatu yang buruk terjadi. Suara dorongan pintu terdengar dari balik lemari.

Roxa bersiap di depan lemari itu dengan pedang di depannya. Begitu pintu itu berhasil terbuka, Roxa yang baru saja ingin melayangkan pedangnya, langsung menahannya.

"Tu..Yaa...Yang Mulia?"

Roxa menarik pedangnya dan menundukkan kepalanya untuk memberi hormat. Irina segera bangkit dari duduknya dan ikut membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat.

"Pangeran Alymer," sapa Irina.

Alymer segera maju dan menyusuri kamar itu. Ia tak langsung menghiraukan sapaan Irina.

Roxa sama bingungnya dengan Irina. Mereka saling menatap satu sama lain dan membuat pertanyaan dengan mata mereka. Roxa teringat sesuatu, ia baru menyadari bahwa Pangeran Alymer sedang mencari kekasihnya.

"Maafkan kami Pangeran Alymer. Nona Anastasia menghilang saat penyerangan berlangsung. Para pengawal sudah menyebar, kami akan segera menemukannya," jelas Roxa.

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang