- Selamat Membaca -
Bagaimana rasanya ketika dia yang tidak ingin kamu temui justru malah benar-benar bertemu dan kamu dengannya berada pada satu kampus yang sama? Dulu kamu memberikan ungkapan jika kelak keduanya kembali dipertemukan, itu artinya kamu dan dia berjodoh. Lantas, ketika semesta benar-benar mengabulkan untaian kalimatmu sendiri, apa yang ingin kamu lakukan?
Selama menjadi mahasiswi di Starlite University. Gadis cantik berambut panjang itu tak pernah tahu jika ada satu manusia menyebalkan di muka bumi ini menjadi bagian dari perguruan tinggi itu. Dia bertemu dengan orang tersebut tatkala dirinya dipanggil oleh dosen untuk ke ruangannya, tetapi di belokan hendak ke ruangan dosen tiba-tiba seseorang menjegal kakinya sampai membuat gadis cantik berparas ayu dan memiliki hidung mancung itu nyusruk di lantai.
Bruk …
“Oh em ji. Anjay … sakit bener ini lutut gue,” keluhnya sembari mengaduh, mengusap-usap lembut lututnya.
“Gue sumpahin yang sembarang jegal kaki gue kena karmanya. Tahu rasa lo,” dumelnya, kemudian dia mencoba berdiri dan saat mendongak menatap sekitar beberapa mahasiswi memerhatikannya bahkan entah dari kapan mereka ada di sana, menontonnya.
Seseorang dari arah belakang menepuk pundak kanan gadis cantik yang mengenakan kaos putih bergambar sepatu dilengkapi dengan jaket jeans berwarna biru dan bawahan rok selutut serta sepatu sneaker putih andalannya. Gadis cantik itu menoleh ke arah kanan, tapi tak menemukan siapa-siapa, yang ada dia mendapatkan ejekan berupa tawa yang tertahan dari beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang menontonnya.
Dia bersumpah kalau sampai menemukan orang itu dia akan membalas rasa kesalnya dengan berkali-kali lipat tidak peduli meski di depan orang sekali pun berakhir dia dipanggil dosen atau siapa pun. Lagi, untuk kedua kalinya dia mendapatkan tepukan pada bahu kirinya, sama halnya seperti tadi dia menoleh ke kiri pun tidak menemukan siapa pun.
Pada akhirnya gadis cantik bernama Keisya Jasmine memutuskan untuk tak merespons manusia menyebalkan yang mencoba mengganggunya. Keisya memilih menyeret kakinya melanjutkam lagi langkahnya yang tertunda untuk sampai di ruang dosen. Akan tetapi, suara seseorang terdengar menyapa gendang telinganya.
“Keisya Jasmine Putri Angkasa!”
Deg …
Tidak mungkin untuk Keisya si cantik bermata sipit, berhidung mancung itu lupa akan suara serak-serak basah milik orang ini. Keisya yakin kalau pemikirannya kali ini tidak salah.
“Ppppppftttt ….”
“Keisya Jasmine Putri Angkasa. Kita kembali bertemu lagi,” ucap si pemilik suara.
“Trimo Indra Gunawan. Iya, dia.”
Keisya membalikkan tubuhnya untuk memastikan tebakannya bahwa tidak salah. Si pemilik suara itu memang tak lain dan tidak bukan adalah Trimo Indra Gunawan. Sosok kakak kelas yang selalu sejak dulu Keisya hindari dan bertemu pun rasanya enggan. Entah bagaimana ceritanya hingga Keisya benar-benar membenci sosok Indra ini.
Bola mata Keisya membelalak tatkala dia menemukan pemuda jangkung berparas, lumayan tampan itu melangkahkan kakinya ke arah Keisya. Indra dengan pakaiannya yang mengenakan kaos putih dilengkapi dengan kemeja pendek motif salur juga bawahan berupa celana hitam, sepatu snaeker putih menarik kedua sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman yang sulit sekali diartikan.
Tangan pemuda jangkung itu terangkat membelai wajah cantik Keisya membuat Keisya mendadak memejamkan matanya seolah membiarkan Indra menyentuh kulit putih mulus yang bersih tak bernoda itu, tapi jangan lupakan bagaimana respons kedua tangan Keisya yang mengepal kuat-kuat di bawah sana. Hatinya berkata, kalau perlakuan Indra ini di luar nulur kadang terlihat baik di awal tapi membuatnya malu di akhir.
“Masih sama seperti dulu. Cantik, tidak ada yang berubah,” ucapnya tepat pada telinga kanan Keisya.
“Apa kabarnya jodoh?” tanyanya, masih menunjukkan senyum menyebalkan andalan Indra.
“Jodoh-jodoh, palamu peang. Ogah banget berjodoh sama modelan cowok sok kegantengan kayak kamu. Hiks,” sahut Keisya sambil wajahnya menoleh ke arah lain, sebab rasanya dia tidak tahan karena Keisya bisa merasakan napas Indra menyapu wajah cantiknya. Aroma mint yang dihasilkan dari mulut sang kakak tingkatnya berhasil membuat jantung Keisya kebat-kebit.
Tidak! Sungguh sangat tidak mungkin kalau Keisya menaruh rasa terhadap seorang Indra yang jauh dari kriteria jodoh idamannya.
Terlalu asyik melamun membayangkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi itu, teman-teman Keisya menghampirinya. “Weh, Kei. Kok bisa ada di sini? Bukannya tadi bilang disuruh sama Bu Emi ke ruangannya, ya?” tanya salah satu sahabat Keisya yang memiliki rambut pirang itu.
Yang lainnya menatap kagum pada sosok yang ada di hadapan sahabatnya, Keisya. Bagaimana bisa mereka sudah mau semester dua tapi sahabat-sahabat Keisya baru menemukan sosok tampan yang menjadi pujaan kaum hawa. Kedua sahabat Keisya yang lainnya bahkan sampai tak berkedip melihatnya. Lain halnya dengan Indra. Pusat perhatiannya hanya tertuju pada Keisya—-si cantik yang semoga saja bisa berjodoh agar Indra memiliki alasan untuk membuat Keisya berada dalam jangkauannya.
Indra membungkukkan badannya berusaha mensejajarkan pandangannya dengan wajah Keisya, lalu dia mengatakan sesuatu tepat pada telinga gadis cantik itu. “Sampai bertemu di lain waktu, jodoh. Gue yakin sesuai yang lo ucap dulu, gue dan lo bakal berjodoh, hem? See?” Seulas senyum terbit di bibir pemuda itu, kemudian dia kembali menegakkan tubuhnya dan berlalu dari hadapan Keisya serta ketiga sahabatnya itu.
Melihat kepergian Indra. Napas Keisya mendadak jadi teratur tak seperti sebelumnya yang sesak bahkan seakan kehilangan satu tarikan napasnya.
Keisya menghentak-hentakkan kakinya, mengangkat kedua tangannya ke udara membentuk sebuah kepalan. Melihat tingkah Keisya yang demikian membuat ketiga sahabatnya bertanya-tanya.
“Ada apa, Kei? Lo kenapa sampai sekesel itu sama cowok ganteng, idaman para cewek-cewek di kampus kita, sih?”
Yang lainnya pun menambabkan. “Huum. Btw, dia bisikin apaan coba? Kenapa sampai lo pengen ninju orang itu?”
“Nggak ada,” kilah Keisya.
Dia tidak mungkin kalau harus membeberkan ucapan dari Indra tadi bisa-bisa membuat mereka sawan yang ada. “Um … gue ketemu Bu Emi dulu, ya. Takutnya dia nunggu gue dan gue malah lama nemuinnya, yang ada Bu Emi malah ngamuk.” Keisya hendak berlari tapi salah satu dari ketiga sahabatnya menahan pergerakan tangan Keisya menjadikan gadis cantik itu mau tak mau berdiri membersamai ketiganya.
“Apa, sih?” protes Keisya menepis tangan sahabatnya yang berambut pirang itu.
Di antara Keisya dan ketiga sahabatnya hanya Keisya lah yang memiliki rambut hitam panjang. Yang lainnya berwarna. Yang satu pirang, yang satu berwarna hijau dan satunya lagi berwarna pelangi. Ketiganya sudah diperingatkan tapi malah tetap sesuka hati mengecat rambutnya gonta-ganti warna.
“Jawab dulu ngapa. Baru lo minggat,” jawab si rambut hijau.
Si rambut ungu menambahkan. “Kita-kita penasaran tahu. Lo ada hubungan apa? Kek yang udah kenal lama.”
- Bersambung -
Halo semua? After wedding proses revisi, yaw. Akan di post di wattpad hanya sampai sekitar 40 bab saja, sisanya? Akan ada nanti di buku, tentu berbeda versi.
Jadi, bagaimana respons kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding [ Revisi ]
Lãng mạnPernikahan adalah hal yang menakutkan menurut Keisya. Dengan alasan itulah, ia selalu menolak untuk berpacaran. Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, bisnis keluarganya mengalami kebangkrutan. Tidak ada pilihan, kedua orang tua Keisya berniat menj...