Keesokan harinya …
Geisya mendapatkan tamu tak diundang yaitu seorang perempuan yang sejak dulu mengejar-ngejar suami orang. Tentu kalian tahu siapa orang tersebut. Geisya sendiri tidak habis pikir sepagi ini ia kedatangan seseorang, lalu tanpa merasa malu atau apa pun perempuan itu bertanya di mana keberadaan Indra, menantunya.
"Apakah tidak ada laki-laki lain lagi selain menantu saya yang kamu dekati, ya?"
Satu-satunya kalimat pertanyaan yang terucap dari mulutnya tatkala perempuan itu mencari-cari keberadaan Indra, di rumahnya. Nafsu makan Geisya seketika menghilang, tetapi berbeda dengan suaminya yang mana pria berkacamata itu tampaknya sangat lahap sekali.
"Kalau iya. Memangnya kenapa? Salah kalau saya mengharapkan dia balik lagi, lagian dulu kami putus gara-gara kalian, kan? Kalian yang mendadal jodohin Indra dengan anak kalian?" balas perempuan itu, Jessica.
Geisya menaruh sendok dan garpu, kemudian ia berdiri dari tempat duduknya bermaksud mendekati Jessica. Namun, sang suami mencegahnya. William meminta Geisya melanjutkan sarapannya tanpa memedulikan omongan orang lain.
"Nggak bisa. Mami harus samperin dia dan beri dia pelajaran supaya nggak lagi ganggu menantu kita, Pi. Karena dia pula anak kita sering ngambek dan pulang ke sini tanpa sepengetahuan suaminya." Geisya melepaskan tangan suaminya, lalu ia melangkah mendekati perempuan itu. "Anak gadis! Buka matamu lebar-lebar, buka hati dan pikiranmu. Bisa, gak? Tolong jauhi menantu saya dan jangan sekali-sekali membuat kegaduhan di antara rumah tang—-"
"Bodo amat." Jessica memotong ucapannya dengan sangat cepat, " … rasa cinta saya dengan Indra sampai mati pun nggak akan pernah tergantikan. Indra hanya pantas menjadi milik saya. Paham, gak? Oh nggak, ya? Apa perlu saya jelasin lebih detail lagi?" tanya Jessica, kemudian gadis itu menatap tajam orang tua di depannya. "Anda! Tidak seharusnya menikahkan pacar saya dengan perempuan manja seperti anak Anda itu. Nggak pantas!"
Di tengah-tengah adu cekcok antara Geisya dan Jeesica. Di belakang sana—di meja makan Geisya mendengar suara piring seperti sengaja di lempar. Spontan ia membalikkan badannya, sedangkan Jessica melipat kedua tangan di depan dadanya.
"Papi. Apa Papi yang tadi pecahin piring?" tanya Geisya sembari melihat kondisi suaminya.
William tak merespons. Pria itu pun rupanya membalas setiap kalimat yang telah diucapkan oleh Jessica tentang ananknya.
"Memangnya kamu pantas mendapatkan pemuda seperti Indra? Apa kamu pantas, iya?" Kembali William mengambil piring yang berisi roti bakar milik istrinya dan sengaja di lemparkan ke samping Jessica. "Pergilah jauh-jauh gadis sombong! Sebelum amarah saya meledak-ledak di sini. Kamu … masih bocil, bukan tandingan kami untuk berdebat. Di manapun Indra dan anak saya. Sampai kapan pun nggak akan pernah beritahu kamu!"
Tampak kedua tangan Jessica mengepal. Tatapannya semakin sinis dan perlahan perempuan itu pun meninggalkan rumah Geisya. Bukan keluar pulang kembali ke rumah. Melainkan perempuan itu mencari-cari di mana keberadaan anak dan menantunya.
"Papi! Papi! Kayaknya anak itu masih nggak mau pulang sebelum bisa menemukan Indra. Apa yang harus kita lakukan, Pi?"
"Mami tenang saja. Biar Papi seret dia keluar, nggak akan biarkan perempuan itu ada di rumah kita. Tenang," sahut William.
Benar saja. Pagi di hari weekend ini seorang pria suami dari Geisya ini benar-benar menepati ucapannya. William menyeret Jessica hingga keluar tanpa peduli dengan teriakan atau yang lainnya.
"Pergi sekarang juga dan jangan lagi datang ke rumah ini!"
William dan Geisya menutup pintu.
***
Terkadang rasa cinta yang terlalu berlebihan dapat membuat seseorang buta akan segalanya. Sampai-sampai melupakan kehidupannya sendiri yang semestinya ada sesuatu yang harus digapainya dan lebih penting daripada mengejar seseorang yang bahkan orang itu tak akan mengejar kita mupun memedulikannya. Terlebih orang itu sudah menjalin hubungan pernikahan dengan gadis pilihan papanya.
Jessica yang mendapatkan perlakuan tidak baik dari kedua orang tua Keisya pun saat ini ia tengah berada di dalam mobil. Mengumpat bahkan sesekali tangannya memukul stir mobil.
"Nyokap sama bokapnya si manja bener-bener bikin emosi, sumpah demi apa pun rasanya pengen bales mereka dengan bikin anaknya menderita. Tapi gimana cara balesnya, sedangkan aku sama sekali nggak tahu di mana keberadaan anaknya."
Berdiam seorang diri di dalam mobil sembari memperhatikan rumah Keisya. Beberapa lama setelah Jessica merasa bosan dan hendak pulang. Jessica menemukan sepasang suami istri yang tadi menyeretnya keluar dari rumah sangat buru-buru sekali.
"Mereka mau ke mana, ya?" tanyanya seorang diri, " … masa iya mau ke kantor di hari minggu kayak gini. Kan nggak mungkin juga. Duh, penasaran mereka mau ke mana, ya? Apa susul aja?"
Tanpa banyak basa-basi lagi. Begitu kendaraan milik kedua orang tua Keisya telah melewati mobilnya. Jessica mulai menyalakan mesin dan mengikuti mobil itu dari belakang.
'Semoga dengan mengikuti mobil mereka, aku bisa tahu di mana keberadaannya Indra. Aku gak bisa lagi nahan rasa kangen sama dia. Aku … seumur hidupku, hati ini cuma buar Indra. Dia harus bisa kembali bersamaku lagi,' batinnya.
Kendaraan milik orang tua Keisya sudah memasuki tol. Bersyukur melihat kondisi jalanan sepi. Jessica bisa bebas leluasa menggunakan jalan tersebut.
"Kok mobilnya belok ke kiri, sih? Itu, bukannya perumahab elit yang ada di daerah Jakarta Selatan? Aku ikuti aja kali, ya?"
Kala mobilnya akan berbelok. Dering panggilan berbunyi. Mau tak mau Jessica menghentikan mobilnya demi menjawab siapa menelepon.
"Mama harap sekarang juga kamu bisa segera pulang, ya, Nak! Ada yang Mama perlu bicarakan mengenai masa depanmu. Mama tunggu di rumah dan kalau tidak pulang, mama akan jemput paksa sekarang!"
Jelas Jessica menolak permohonan mamanya. Kata-kata 'demi masa depanmu' sudah seringkali ia dengar bahkan jauh sebelum berhubungan dengan Indra. Di saat dirinya tengah melakukan rencana kotor. Seperti tahu saja apa yang dilakukan Jessica. Pasti mamanya menghubungi langsung.
"Maaf kayaknya nggak bisa. Jessica lagi ada urusan, Ma! Ini juga sama pentingnya dan demi masa depan Jessica sendiri. Sebaiknya tunda saja ucapan mama barusan karena Jessica nggak akan pernah percaya!"
Jessica mematikan sambungan telepon. Ia murka kala sudah tak lagi bisa menemukan ke mana arah laju mobil kedua orang tuanya Keisya. Akan tetapi, Jessica tetap melanjutkan kembali mengemudi. 'Ini semua gara-gara Mama. Dia nggak bisa lihat anaknya bahagia. Selalu apa-apa diganggu!' erangnya.
Waktu terus berlalu. Hingga azan duhur Jessica tak menemukan ke mana laju kendaraan orang tua Keisya. Jessica berhenti di salah satu rumah makan. Kala ia keluar dari dalam mobil. Tiba-tiba saja pandangan matanya mengarah ke pintu masuk.
"Itu, kan, mereka. Tapi apa iya mereka di depan sana. Bener gak, ya?'
Mereka yang dimaksud Jessica siapa, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding [ Revisi ]
RomancePernikahan adalah hal yang menakutkan menurut Keisya. Dengan alasan itulah, ia selalu menolak untuk berpacaran. Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, bisnis keluarganya mengalami kebangkrutan. Tidak ada pilihan, kedua orang tua Keisya berniat menj...