Part 58. || Honeymoon--2

37 1 0
                                    

~ Selamat Membaca ~

Perjalanan paling menyenangkan bukanlah ke mana seseorang perginya dan bagaimana tempat yang akan dituju. Namun, bersama siapa dia pergi dan setiap detik, menit ketika bersama pasangan halal kita semua jauh terasa lebih indah meski hari-hari lalu pasangan muda—Keisya Shakira Jasmine dan Trimo Indra Gunawan telah menghadapi begitu banyak terpaan, sehingga di hari selasa kemarin Keisya mengusulkan untuk keduanya refreshing ke Bandung—Jawa Barat.

"Kei pengen menjelajahi Kota Bandung. Ya siapa tahu dengan kita menyempatkan waktu pergi ke sana, jalan-jalan selama beberapa hari, setidaknya bisa menghilangkan beban-beban pikiran di kepala kita. Bagaimana suamiku?"

Begitulah permintaan Keisya pada sang suami kemarin lusa sebelum memutuskan untuk berangkat. Tentu kepergiannya ini atas izin penuh dari Samuel selaku mertua dan Papa angkat Indra. 

Saat ini Keisya dan Indra menginap di sebuah hotel mewah yang berada di bangunan bergaya Renaisans Italia yang megah ini berjarak 1,8 km dari Villa Isola yang bergaya art deco, dan 11 km dari pusat perbelanjaan di Jalan Braga. Kamar modern dilengkapi dengan kamar mandi marmer dan dekorasi mewah, serta TV layar datar dan Wi-Fi gratis. Beberapa kamar memiliki balkon pribadi, lampu gantung, tempat tidur berkanopi, dan sandaran kepala dengan ornamen pahatan. Room service tersedia.

Fasilitas hotel ini meliputi toko kue, restoran Kanton yang mewah, dan bistro di atap dengan pemandangan kota, serta kolam renang outdoor, spa, dan pusat kebugaran—bernama GH Universal Hotel. 

Tempat yang super nyaman dan bahkan Keisya menyukainya. Terbukti beberapa kali dia memuji-muji pelayanan di restoran tersebut rupanya sangatlah ramah. 

"Kamu pinter banget milih tempatnya sih?" 

Indra menoleh ke arah sang istri sambil mencubit pipinya gemas. "Kamu suka, Sayang?" tanyanya, kemudian diikuti anggukan penuh semangat dari Keisya, "bentar kamu yakin cuma mau jalan-jalan doang? Nggak ada niatan gitu bikin lagi dan siapa tahu kali ini kembar?"

Tiba-tiba Keisya berteriak setelah Indra menyelesaikan kalimatnya, membuat sebagian pengunjung hotel menoleh ke arah mereka. 

"Ngapain mesti teriak Keisya Shakira Jasmine?" 

"Kei kaget. Suami Kei tiba-tiba bilang, 'nggak ada niatan bikin lagi, siapa tahu kali ini kembar.' Kan bikin pikiran Kei jadi travelling," sahut perempuan itu.

Indra mengembuskan napasnya kasar saat tahu sang istri tidak juga peka terhadap permintaannya. Lantaran merasa gemas dengan tingkahnya. Alhasil, Indra pun memberitahukan secara langsung sambil berbisik pelan. 

"Bikin anak lagi alias sambil honeymoon, Sayangku! Paham sekarang?" 

Keisya tersenyum. Raut wajahnya seketika memerah setelah kata tersebut berhasil terucap, dia melepaskan rangkulannya dan berjalan mendahului Indra sembari sesekali menutup wajahnya dengan kedua tangannya tatkala Indra memanggilnya. 

'Ih dia mah ada-ada aja. Masa iya di tempat ramai begini masih bisa bilang kayak gitu, ya ampun kok Kei geli sendiri, sih,' gumam Keisya dalam hati. 

Tangan Keisya berhasil digenggam oleh Indra tatkala keduanya sudah berada di luar Hotel. Perjalanan di hari pertama mereka ini, Keisya semalam sempat ingin meminta untuk mengunjungi toko kain di daerah Cigondewah. Entah apa yang membuat perempuan itu ingin sekali berkunjung ke sana. Dari Lembang ke Cigondewah harus menghabiskan waktu cukup lama.

"Cepet amat sih jalannya?" tanya Indra.

"Hem … nggak apa-apa. Kei cuma pengen cepet-cepet aja ke sana, cepet pulang udah gitu cepet malem deh biar bisa—-" 

"Cieee … yang udah nggak sabar kayaknya pengen segera bikin …." Kalimat Indra terhenti seiring dengan Keisya yang memotongnya. 

"Apaan sih? Geli ah jangan bahas itu di sini, malu tahu. Gimana kalau mereka tahu?" 

"Ya nggak apa-apa. Toh kita udah halal juga, lagian pembuatan yang pertama itu kan karena sebuah paksaan dan nggak tulus dari hati. Dulu awal-awal kita masih saling jutek, tapi anehnya kok bisa sampai kamu jadi, ya? Tiga bulan," balas Indra lagi. 

Keisya menepuk pundak suaminya. "Sssttt! Udah, jangan dilanjut lagi. Ayo mending kita jalan-jalan dulu, Kei nggak sabar pengen ke toko kain. Siapa tahu ada kain yang cocok, bagus terus kita bikin seragam couple-an. Bagus, kan?" 

"Iya-iya, Tuan Putri. Istri manja Indra, mari kita berangkat." 

Sepanjang jalan menuju ke Cigondewah—sebuah tempat yang menjadi pusat perbelanjaan kain, Keisya benar-benar sangat antusias. Terlebih Keisya diam-diam memperhatikan Indra yang juga tampak mengulas senyum, sembari mengusap-ngusap puncak kepalanya dengan tangan sebelah.

Cuaca di Kota Bandung hari ini cukup cerah. Tidak terlalu panas pun tidak terlalu terang. Keisya meminta Indra untuk membuka bagian atap mobilnya, Indra pun menuruti.

"Sayang!" panggilnya. 

"Hem?" 

"Makasih, ya." Hanya dua kata yang terucap dari mulutnya. 

"Makasih buat apa? Yang jelas dong, Kei nggak paham loh, Kak. Sumpah," protes Keisya.

"Aku mau bilang makasih karena kamu udah mau terima aku jadi suamimu, aku mau bilang terima kasih karena kamu terima kekuranganku, terima semua masa laluku dan sama sekali nggak marah saat mertua perempuanmu meminta anaknya pisah." 

Sejenak senyuman yang sedari tadi terlukis di wajahnya perlahan memudar. Ditatapnya kedua netra Indra baik-baik. Keisya mengelus pipinya pelan, kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Indra. 'Setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, Sayang. Kei sama sekali tidak mempermasalahkan soal itu, meskipun pada awalnya hati Kei rasanya perih banget. Mertua perempuan Kei nggak terima Kei jadi istrimu. Tapi semua itu nggak ada bandingannya sama apa yang udah kamu beri ke Kei, Sayang. Kamu mau menikahi Kei yang jelas-jelas dari sifat dan sikapnya aja nyebelin, hem, Kei sebenarnya yang harus bilang makasih,' batin Keisya. 

"Sayang!" panggil Indra lagi. 

Saking terlalu larut dalam lamunannya. Keisya tidak menyadari jika dirinya sudah dipanggil beberapa kali oleh Indra. 

"Keisya, Sayang. Kamu ngapain sih? Tidur, ya, hem?" 

Indra menepuk-nepuk pipi Keisya, lalu mencolek-coleknya lantaran ditepuk beberapa kali tak mempan. Indra pun melakukan itu. 

"Ihhh! Diem napa, biarin Kei kayak gini. Kamu nyetir aja fokus, Kei lagi nyaman nyender gini. Nggak berat, kan, tapi pala Kei kayak gini?" Akhirnya perempuan satu ini bersuara.

"Dibilang berat iya, sih, berat. Tapi—" 

"Jahat banget, sih. Seberat apa emang kepala Kei?" 

"Hahahaha. Nggak-nggak ada kok! Aku cuma godain kamu aja, ya udah boleh nyender lagi aja." 

Sekilas Keisya melihat sesuatu di tengah-tengah perjalanan menuju ke Cigondewah, tepat saat dirinya menghadap ke samping kanan. Masih terekam jelas diingatan Keisya mengenai seseorang yang berdiri tegap di samping halte bus. Sosok itu memakai jaket berwarna coklat dengan kaos hitam di dalamnya, serta celana jeans dengan warna coklat muda daripada jaketnya.

'Orang itu … kenapa rasanya tidak asing? Kei berasa sungguh-sungguh pernah melihat dia. Tapi di mana?' pikirnya. 

After Wedding [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang