~ Part 14. Demi Istri ~

79 22 1
                                    

~ Heyooo ... selamat malam semuanya. After Wedding Part 14 telah update. Silakan dibaca, ya! Happy reading. ~

~ ♡ ~

Betapa beruntungnya seorang Keisya tatkala mendapatkan perlakuan istimewa dari seorang Indra—-suaminya sendiri. Seharusnya Keisya yang berdiri di bawah terik mentari di tengah lapang sembari tangan kanan diangkat ke atas memberikan penghormatan. Akan tetapi, Indra menggantikan posisi Keisya dan pemuda itu memohon supaya sang istri dapat mengikuti mata kuliahnya meski terlambat beberapa menit. Ah, jika melihat kejadian seperti ini seketika Keisya teringat akan masa SMA-nya dulu. 

Segala upaya telah dilakukan oleh Indra. Alhasil, dosen setengah baik itu pun mengabulkan permintaan Indra dan dengan berat hati Keisya memasuki kelas bersama sahabatnya—Madina Andini. 

"Kamu semenjak masuk aku lihat murung terus, Kei. Ada apa?" Madina menuliskan sesuatu di sebuah kertas kecil, kemudian dilipat dan ia lemparkan ke meja sahabatnya. Keisya.

Sekali hingga ketiga kalinya Madina tidak mendapatkan tanggapan, Keisya tampak melamun dan sepertinya gadis itu tengah memikirkan sesuatu sampai-sampai mata kuliah pertama tidak ia perhatikan dengan seksama. 

"Ssstt … ssstttt … Keisya!" panggil Madina berkali-kali. 

Entah berapa kali Madina memanggil Keisya, tetapi ketika Pak Bahri mengetahui Madina berbisik-bisik, mengganggu konsentrasi belajar teman-temannya. Barulah Keisya berhenti dari lamunannya. 

Ia menemukan gulungan kertas di hadapannya, lalu ia raih dan membukanya dengan tetap memperhatikan dosen di depan. Takut-takut ia mendapatkan teguran seperti yang dialami Madina. Yah, sudah cukup untuk hari ini rasanya Keisya memperoleh masalah. Ia ingin dirinya tenang. Kertas tersebut telah dibuka dan dibaca olehnya, ia menoleh ke arah sahabatnya. 

"Aku nggak apa-apa, Madina. Aku baik-baik saja, hanya saja … aku nggak tahu bagaimana Kak Indra di luar. Berdiri di bawah terik matahari buat aku jadi gelisah," ujarnya.

"Baiklah anak-anak. Sepertinya sampai di sini dulu pertemuan kita, ya! Jangan lupa untuk tugasnya, minggu depan harus selesai. Tapi untuk Keisya kamu besok tugasnya berikan kepada Bapak, ya! Sebagai hukuman karena kamu ngobrol terus di jam mata kuliah Bapak. Sudah mah telat dan sekarang malah ngobrol." 

Ada apa dengan hari ini sebenarnya? Rasanya Keisya tak akan sanggup kalau harus mengalami keadaan begini. Namun, mau tak mau Keisya menerima hukuman dari dosen itu dan selesai mata kuliah pertama. Keisya melihat jam di tangan sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Gadis itu bergegas pergi keluar tanpa peduli apakah semua buku-bukunya telah dimasukkan ke dalam tas semua atau justru ada yang tertinggal.

Keluar kelas sembari terus berlari tanpa henti menuju lapangan demi menemui sang suami. Alih-alih ingin segera sampai, Keisya hampir saja terjatuh lantaran kecerobohannya. Beruntung ada orang baik yang membantunya, sehingga kaki jenjangnya tersebut tak terluka sedikit pun. 

"Sebenarnya kamu mau ke mana, sih, Kei? Harus banget memangnya pake lari-larian segala kayak tadi, kalau jidatmu kepentok, kan, sayang." 

Keisya melanjutkan perjalanannya usai seseorang itu menyelesaikan kalimatnya. Sebuah teriakan 'terima kasih' terucap dari mulutnya kala Keisya hendak berbelok ke kanan.

"Itu anak sebenarnya mau ke mana, sih? Mencurigakan sekali," gumamnya.

Akhirnya lama Keisya berlari, gadis itu telah tiba di lapangan. Sebelum menghampiri sang suami, Keisya melirik ke kanan dan ke kiri. 

After Wedding [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang