~ Selamat Membaca ~
Saat suatu keinginan untuk pergi ke suatu tempat yang sudah sejak lama diinginkan berubah begitu saja dengan alasan jarak dari Lembang ke Cigondewah cukuplah jauh. Keisya meminta Indra untuk memutar kendaraannya dan berhenti di sebuah rumah makan. Entah apa alasannya Keisya mengubah rencananya.
"Bolehkan, Sayang?" tanyanya sedikit ragu.
Sekitar sejam lebih dua puluh menit memutar-mutar Kota Bandung, begitu banyak tempat yang Keisya coba sebut dan ingin dituju olehnya sedari kemarin. Pada akhirnya Keisya memilih tempat lain—rumah makan khas sunda di dekat halte bus yang beberapa menit lalu dia melihat jelas seorang pria tengah menanti kendaraan umum.
"Yakin cuma makan doang abis ini pulang?" Indra balik bertanya.
Keisya mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Tampak dia seperti sedang memperhatikan sesuatu di sekitar sana. Dia merasakan sesuatu memegangi pundaknya.
"Eh, Sayang? Iya, tadi kamu nanya apa?"
"Lagi mikirin apaan, sih? Kelihatannya kek gelisah gitu, kenapa?" tanyanya lagi.
Keisya dan Indra masih berada di dalam mobil. Keduanya saling bertatap-tatapan satu sama lain. Keheningan pun terjadi, tetapi hanya sesaat dan selepas itu Keisya melepaskan seatbelt-nya mengajak Indra untuk keluar. Namun sebelum Keisya membuka pintu, Indra mencengkeram tangannya.
Pemuda tampan dengan segala prestasi dan usaha yang dimilikinya ini menarik sang istri, sampai-sampai Keisya dan Indra saling berdekatan—lebih dekat bahkan mungkin bisa dibilang tidak ada jarak antar keduanya. Indra menatap kedua netra sang istri lekat-lekat. Tangannya mengusap pipi cabi Keisya membuat perempuan itu memejamkan matanya.
"Aku nggak bakal beri izin kamu keluar lebih dulu sebelum kamu menjawab jujur pertanyaanku. Plis, aku mohon jangan ada yang disembunyikan meski itu satu kalimat atau apalah namanya. Ya, Sayang?"
'Andai kamu tahu alasan Kei nggak jadi ke sana, cuma kayaknya ini belum waktunya kamu tahu. Sebab Kei rasa suasana hati suami Kei sendiri lagi nggak baik,' batinnya, 'tapi suatu saat nanti kamu akan tahu. Kei hanya nggak mau suami Kei tercinta mesti lihat seseorang yang pernah jadi masa lalu Kei sekarang.'
"Hei, Sayang?" panggilnya, "mikirin apaan? Kamu udah sering loh tiap ditanya apa pun itu aku sulit dapat jawaban darimu. Ada apa? Masa sekarang aku nggak bisa dapat jawabannya lagi?"
Keisya yang selalu pintar mengalihkan topik pembicaraan. Terbukti dengan hari ini dan hasilnya mau tak mau Indra menuruti. Namun, tetap saja selepas makan dia akan menagih janji sang istri.
Mereka berdua saling bergandengan tangan. Berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih yang baru saja jadian. Tersenyum bersama seakan sebelumnya tidak pernah memiliki suatu kejadian yang menyebabkan kondisi hati masing-masing berantakan. Baik Kei maupun Indra keduanya sama-sama menikmati acara makan siang di rumah makan khas sunda.
Sepasang suami istri ini tidak langsung pergi begitu selesai makan. Keisya dan Indra memilih duduk-duduk di sana sembari menatap pemandangan dari balik jendela.
"Permisi, Teteh, Aa. Apa kalian mau pesan makanan penutupnya untuk menemani waktu kebersamaan kalian sebelum pulang?"
Si pelayan yang sama kembali datang menawarkan sesuatu kepada mereka. Keisya tiba-tiba merengek ingin memesan lagi, tetapi dengan porsi yang cukup membuat bola mata Indra seketika membelalak lantaran tidak percaya. Perempuan bertubuh mungil sepertinya ingin makan-makanan manis dalam porsi lumayan.
"Sayang-sayang! Kamu nggak salah, kan, mo pesan makanan tiga porsi gitu?"
Keisya memasang wajah terburuknya. "Tapi Kei mau, ayolah cuma tiga porsi aja!" pintanya setengah memaksa.
Alhasil, Indra menuruti demi keinginan sang istri jika tidak dia tidak akan mendapatkan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah dia tanyakan beberapa hari ke belakang ini.
"Apa pun yang dia minta, Mbak beri aja. Asal jangan kasih istri saya racun," ucap Indra pada si pelayan.
"Hahaha. Si Aa aya-aya wae. Baik, A, Teh, kalau begitu mohon ditunggu sebentar."
Kei dan Indra mengangguk.
Saat suasana seperti inilah yang diinginkan oleh Keisya. Jauh dari orang-orang yang mengganggu setiap kebersamaan antara dirinya dan sang suami. Tidak ada Jessica—sang mantan kekasih dari Indra, Vina—mertua Keisya, Zhico Neofrandika.
Zhico Neofrandika? Siapa laki-laki dengan nama itu?
"Ada sesuatu yang kamu nggak tahu tentang Kei di masa lalu, selain Kei manja dan super merepotkan. Tapi sebelum itu, Kei mau jawab dulu pertanyaan yang seminggu lalu belum Kei jawab."
"Yang mana? Kok seminggu yang lalu?" tanya Indra tak paham.
"Duh ganteng-ganteng pelupa sih?" ejek Keisya, "itu loh yang waktu Kei bilang tahu semua rencana Mami kalau tujuan utamanya mereka jodohin kita itu bukan karena mau bangkrut. Tapi pengen Kei gimana caranya supaya lebih dewasa dan tahu sendiri mungkin Mami pernah bilang?"
Indra mengangguk-angguk. "Terus kok bisa tahu? Dari mana coba?"
"Papa Sam," jawab Keisya mantap.
Sebelum dilanjut pesanan terakhir Keisya datang. Tiga porsi cheesse cake dan lemon jus telah tersaji di atas meja, siap disantap. Menemukan pesanannya telah datang Keisya begitu semangat untuk menyantapnya. Sesekali Kei menyuapi suaminya, tetapi untuk keempat kalinya Indra menolak—pemuda itu kurang menyukai makanan yang ada keju di dalamnya. Apa pun itu.
"Makan dulu abisin, nanti kamu baru lanjut lagi, ya?"
Keisya mengangguk.
Beberapa lama kemudian … lebih tepatnya ketika suara azan berkumandang Kei dan Indra dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang sedari tadi sejujurnya Kei hindari. Karena Kei tahu siapa dan di mana tempat tinggal orang tersebut—seseorang yang dua jam lalu dia lihat tengah menunggu kendaraan umum.
Keisya menurunkan tangannya. Dia berhenti mengunyah tatkala pandangannya bertemu dengan sosok itu.
"Ke-Keisya?"
Keisya membalas, "Zhi-Zhico? Bu-bukannya tadi kamu lagi nunggu angkutan umum? Bisa ada di sini?"
"Hai, Kei. Hem … sebenernya aku kerja di sini. Tadi keluar cuma izin sebentar doang, aku ta-tadi niatnya cuma mau bersihin meja sebelah sana," tunjuk pemuda itu, "tapi pas ke sini aku kek mencium parfum yang sama. Dan dirasa kenal dengan si pemilik parfumnya. Eh nggak nyangka kamu ternyata."
Indra berdiri. Dia mengulurkan tangannya mengajak pemuda bernama Zhico Neofrandika ini berkenalan. Sayangnya, justru sama sekali tidak mendapatkan respons dari lawan bicaranya.
"Eh, Cho! Kenalin ini suami Kei namanya Trimo Indra Gunawan, seorang suami terhebat sekaligus pengusaha muda di Jakarta. Dia juga punya cafe loh di sana," sahut Keisya saat menyadari suaminya tidak mendapat respons.
"Hah? Ka-kamu sungguh udah menikah, Kei? Sejak kapan, bukannya mau nerusin kuliah sampai S3 terus kepengen jadi Dokter?" Zhico terlihat kaget menemukan Keisya telah menikah.
Apa yang sebenarnya terjadi antara Keisya dan Zhico di masa lalu, ya? Mengapa sampai begitu tahu semua tentang Keisya? Bukankah dulu Keisya sulit didekati atau berdekatan dengan lelaki manapun?
"Kalian saling mengenal?"
~ Bersambung ~
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding [ Revisi ]
RomancePernikahan adalah hal yang menakutkan menurut Keisya. Dengan alasan itulah, ia selalu menolak untuk berpacaran. Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, bisnis keluarganya mengalami kebangkrutan. Tidak ada pilihan, kedua orang tua Keisya berniat menj...