- Selamat Membaca -
Acara pernikahan dadakan itu telah selesai tepat pukul sebelas malam lebih dua puluh menit. Bahkan kini pengantin baru itu sudah berada di sebuah tempat di mana di dalamnya sudah ada seseorang pemuda tampan yang statusnya telah berubah, bukan lagi sosok senior menyebalkan atau cowok nomor satu yang akan Keisya hindari, tetapi pemuda itu ialah suaminya.
Jadi, ini … artinya Keisya sudah punya suami, kan?
“Aaarghh!” seru Keisya setengah menjerit histeris, kedua tangannya menutup wajahnya rapat-rapat berusaha menyembunyikan dari suaminya.
Bagaimana tanggapan Indra?
Tak …
“Biasakan mulai dari sekarang, jangan suka teriak-teriak, Sayang! Perlu kamu tahu, suara perempuan itu bisa mengundang malapetaka, loh.”
Bukan menakut-nakuti, tetapi memang kenyataannya begitu, kan? Indra sendiri tidak tahu penjelasannya seperti apa, hanya dia selintas tahu saja. Bagaimana cara mengetahuinya? Ah, hanya Indra lah dan Tuhan yang mengetahui.
“Malapetaka, malapeta. Sok iye jadi orang,” dumel Keisya, lalu membuka kedua tangannya dan berakhir dia memutuskan untuk duduk di sofa saja.
Ingatannya tertuju pada saat sang mami mengatakan, ‘Jadilah istri yang penurut, ya, Sayang! Jangan pernah menolak permintaan suami, selama itu baik. Kecuali kalau Indra nyuruh kamu nyolong mangga tetangga, nggak boleh. Nggak baik!’ begitulah kata-kata terakhir yang dia ingat, sebab hal lainnya Keisya bahkan sebisa mungkin dirinya menghilangkannya.
“Jangan duduk di situ, ayok, ke kamar, Sunshine! Ini malam pertama kita loh kalau kamu lupa, hem?” ajak pemuda itu seraya menaikturunkan alisnya.
Keisya bukannya menyambut uluran tangan suaminya malah dia sekarang langsung ngacir, pergi meninggalkan Indra yang berdiri di ruang tengah tanpa peduli dan dia tahu ke mana arah tujuannya saat ini, tetapi di atas lantai dua di rumah yang isinya hanya dia serta Indra. Keisya memutuskan untuk memasuki sebuah kamar yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Di belakang sana, Indra menarik sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman miring, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana, kemudian memutuskan untuk melangkah menyusul istrinya ke kamar.
Tahukah apa yang dilakukan gadis cantik yang telah dia nikahi ini? Bukannya melepaskan gaun pengantin itu, tapi malah langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size tanpa memedulikan make-up masih menempel di wajahnya, gaun belum dilepas bahkan heels masih terpasang di kakinya.
“Beneran, nih, ini bini gue? Hem, cantik-cantik selain suaranya kayak toa, tapi kelakuannya random banget, ya?” pikirnya.
Mau tidak mau Indra sebagai seseorang yang masih tersadar juga tidak ingin melihat gadis kecil ceriwisnya itu tidur dalam keadaan tidak nyaman. Indra mengambil sesuatu di atas nakas yang mana, di sana sudah terisi berbagai macam skincare yang biasa istrinya pakai bahkan sangat lengkap. Jangan tanyakan dari mana tahu atau mengapa sudah ada di sana.
Jawabannya sudah pasti karena dirinya sendiri yang mencaritahu melalui seseorang.
Siapa dia?
Ah, ya, intinya bukan siapa-siapa karena nyatanya Indra begini juga demi gadis kesayangannya. Bukan dia selingkuh atau melakukan hal lain.
Usai membersihkan sisa make-up yang ada di wajah gadis itu, Indra berinisiatif melepaskan pelan-pelan hiasan di kepalanya sampai hijab segi empat putih itu telah dilepas memperlihatkan rambut panjang, indah nan bergelombang. Degup jantung Indra benar-benar tidak karuan sekarang, kedua tangannya malah bergetar ditambah jakunnya naik turun.
Padahal Indra tidak melakukan apa-apa, hanya melepas hijab serta membantu membersihkan sisa riasan di wajah kesayangannya tapi berhasil membuat Indra panas dingin.
Tahu, kan, bagaimana rasanya di posisi Indra saat ini? Di hadapkan dengan seorang gadis yang tengah tertidur sembari terlentang, kemudian dalam keadaan yang sangat dekat sekali menjadikan Indra perlahan memundurkan langkahnya sejenak.
Pikirannya malah terbayang akan bagaimana Keisya yang mengenakan gamis panjang, lalu mahkota berupa rambutnya tertutupi oleh kain bernama hijab itu, kemudian melakukan hal tersebut setiap hari.
Apa bisa membuat Keisya mengubah penampilannya? Tapi, jika tidak? Rasanya sayang sekali, bila wajah secantik Keisya yang memiliki bentuk tubuh serta wajah yang sempurna harus diumbar ke mana-mana. Akan tetapi, ia cemas kalau sampai permintaannya ini ditolak.
“Baiklah pelan-pelan. Intinya, gue harus bisa pisahin dulu Kei dari teman-temannya. Mereka nggak ada yang bener-bener mau jadi sahabatnya.”
“Sayang banget, sih, Kei, cewek secantik elo harus punya temen freak kayak mereka. Gue nggak rela bahkan,” gumamnya, lalu mendekat ke arah lemari mengambilkan pakaian tidur beserta dalamannya dan membawakannya ke dekat sang istri.
Malam ini seharusnya menjadi malam untuk Indra sebagai suami melakukan ibadah malam pertama bersama istrinya. Akan tetapi, nyatanya ia malah berakhir membantu istrinya melepas pakaian pengantinnya tanpa berniat macam-macam atau bahkan mengambil kesempitan dalam kesempatan.
Kebalik, ya? Ah, biar begitu saja terserah Indra saja maunya bagaimana.
Usai mengganti pakaian istrinya, Indra membenarkan posisi Keisya yang terlentang di tepi ranjang ke arah atas, kemudian menyelimuti sampai sebatas leher. Indra meninggalkan Keisya seorang diri di sana, ia berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket. Meski sebenarnya, dia sendiri ingin mengguyur tubuhnya dengan air dingin sebab melihat pemandangan di depannya tadi membuat jiwa kelelakiannya muncul.
Bohong kalau Indra, sebagai seorang laki-laki tidak merasakan gelenyar aneh pada dirinya. Bisa saja, Indra merampasnya ketika sosok yang menjadi istrinya tidur dengan gampangnya. Tetapi, kembali lagi Indra tidak mau menjadi orang egois, mementingkan keinginan dirinya sendiri tanpa melihat bagaimana keadaan istrinya.
“Ssssh … mana dingin banget, tapi males pake baju. Gimana, ya? Apa tidur nggak pake baju aja? Um … tapi kalau misalkan tidur nggak pake baju pas bangun tuh bocah ngereog gimana? Repot entar, mana suaranya kayak toa masjid lagi.” Berpikir demikian, tetapi setelahnya Indra memutuskan untuk naik ke atas ranjang, lalu ikut tidur di samping istrinya.
Baru saja hendak memejamkan matanya, terdengar suara dering ponsel mengganggu gendang telinganya.
“Ah elah, baru aja mau mimpi indah sambil pelukan, malah nggak jadi. Ckk … siapa yang ganggu coba?”
Indra terpaksa menggerakkan tangannya ke arah nakas guna mengambil ponselnya, kemudian menyalakan tombol di samping kanan, menggerakkan ibu jarinya ke arah aplikasi berwarna hijau. Bola mata Indra membelalak melihat sebuah pesan yang diterima. Ia mengumpat merasa kesal atas kiriman pesan yang dia peroleh.
“Shit. Bener-bener nyebelin, sok perhatian padahal nyatanya ada maunya. Dasar,” umpatnya.
Tidak membalas, ia hanya membacanya saja setelah itu dia menyimpan ponselnya kembali ke atas nakas dan menengok wajah Keisya yang sudah berganti posisi menjadi menyamping. Sudut bibir Indra berkedut tak tahan untuk tidak tersenyum.
“Nggak nyangka bocah galak ini jodoh gue ternyata bahkan kita sudah resmi jadi pasangan halal.”
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding [ Revisi ]
RomancePernikahan adalah hal yang menakutkan menurut Keisya. Dengan alasan itulah, ia selalu menolak untuk berpacaran. Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, bisnis keluarganya mengalami kebangkrutan. Tidak ada pilihan, kedua orang tua Keisya berniat menj...