~ Part 17. Dua Garis ~

77 18 0
                                    

~ Happy Reading ~

|
|
|
|

"Apa Kei cek aja ke dokter biar tahu hamil atau tidak?" tanya Keisya saat ia telah tiba bersama mami dan papinya.

"Nggak. Mami tahu cara lain untuk mengecek kamu hamil atau tidak, Sayang. Sebelum ke dokter, coba kamu pakai testpack dulu sana." 

Senja telah hilang dan malam datang menyapa. Sebenarnya jauh dalam lubuk hati Keisya, ia tengah berpikir tentang suaminya yang sengaja ia tinggal di kampus. Apakah Indra masih di sana dengan tetap berdiri dan memberi hormat? Ataukah dia justru pergi bersenang-senang dengan wanita itu? Huft, Keisya bahkan tidak tahu harus apa sekarang. Perihal suaminya ia hanya dapat menerka-nerka saja.

Sedikit beruntung tadi sore di tepi jalan komplek perumahan sebelah ia bertemu dengan mami dan papinya. Beberapa jam lalu kondisi Keisya sudah tidak kuat lagi untuk berdiri dan hampir tidak sadarkan diri lantaran ia menahan mual yang terus saja dirasakan.

"Kamu lagi mikirin apa, Sayang?" tanya Geisya sembari mengusap puncak kepala putri kesayangannya. 

"Assalamualaikum," sapa seseorang dari pintu depan.

Wilan meminta Geisya—sang istri menjaga putrinya. Biarlah dia yang menemui siapa yang mengucap salam. Namun, baru saja pria tua berkacamata satu itu bangkit dari tempat duduknya. Keisya menyebut suaminya dengan tangan menunjuk ke samping kanan.

"Assalamualaikum, Mi, Pi. Hmm, maafin Indra, Mi, Pi. Sebagai suami Indra nggak bisa jaga Keisya." Indra menggaruk tengkuknya, lalu ia melanjutkan kalimatnya yang sempat terhenti dan meminta maaf, " … tadi Indra sudah coba cari Keisya kok, Mi. Ta—-" 

"Cari Keisya atau jalan-jalan sama mantan PACARMU itu yang kegatelan?" sindir Keisya.

Indra menatap istrinya dengan tatapan antara kesal dan pasrah. Pasrah kalau-kalau gadis itu hendak mengata-ngatai apa saja tentang dirinya. Pasrah kalau saja kedua mertuanya akan memarahi bila nantinya percaya akan omongannya.

"Sayang sudah dong. Suami baru pulang bukannya jawab salamnya, cium tangan malah sindir kayak gitu." Geisya kembali duduk di samping putrinya, "Lagian ya, Kei. Dengerin Mami, Sayang. Indra nggak salah. Indra memang seharian cariin kamu dan emang kamu nggak kasihan atau ngerasa iba atau ucapin terima kasih gitu sama dia. Karena suamimu kamu nggak jadi di hukum dan malah dia yang gantiin." 

'Kenapa Mami bisa tahu soal Kak Indra yang gantiin Kei waktu dihukum, ya? Terus kenapa Mami tahu kalau Kak Indra seharian cariin Kei? Aneh banget sih, ini,' bisiknya. 

Selang beberapa lama kemudian azan isya berkumandang. Rasa mual terus saja dirasakan Keisya seharian ini. Geisya bahkan Wilan telah memberikan berbagai macam vitamin berikut makanan kesukaannya supaya rasa mual itu hilang dan tak lagi dirasakan. Anehnya malah semua tidak berpengaruh. 

Keisya kehilangan selera makannya dan ia menginginkan sesuatu yang sulit sekali ditemukan. Meski begitu Indra berjanji akan memenuhi apa pun yang menjadi keinginan istrinya. 

"Sebelum wudu kamu coba pakai testpack ini, ya, Sayang. Kamu tahu cara gunainnya, kan? Ya … berharap kamu segera dapat momongan, sih. Kalau seandainya mual itu diakibatkan dari tanda-tanda kamu hamil." 

Keisya yang manja, Keisya yang keras kepala masih saja menyanggah bahwa dirinya tidak mungkin bisa hamil. Pasalnya pernikahannya seingat Keisya baru menginjak dua minggu lebih dan baru semalam ia dan suaminya melakukan hubungan suami istri. Itu pun tanpa sepengetahuannya. 

"Bukannya bulan ini kamu telat datang bulan, ya, Sayang? Dan seingatku juga kita lakuin hubungan suami istri, kan, udah dua kali. Pas malam pertama sama kemarin malam. Masa nggak ingat, sih? Hm, aku tahu apa kamu pura-pura lupa, ya?" goda Indra. 

Rona wajah Keisya merah merona kala sang suami coba-coba menggodanya di depan kedua orang tuanya. Lantaran merasa malu dan tidak tahan ingin muntah, Keisya lekas beranjak dari tempat duduk dan pergi ke lantai atas. 

Geisya dan Wilan hanya menggeleng melihat kelakuan putrinya yang belum menunjukkan tanda-tanda kedewasaannya. Selalu saja bergantung pada mereka dan tidak pernah sekali pun bersikap atau menyadari kalau dirinya sudah seharusnya mandiri. Meskipun begitu Geisya dan Wilan tetap menyayangi, serta terkadang keduanya selalu kepikiran Keisya tatkala di rumah.

Ya, mau bagaimana lagi. Sejak kecil hingga Keisya sebelum menikah dan masih tinggal di rumah sebelum tidur selalu saja ingin ditemani menonton film drama korea, film-film remaja yang membuatnya senyum-senyum sendiri saat melihatnya. Tidak hanya itu saja Keisya dari mulai sekolah TK hingga SMA ke sekolah diantar kedua orang tuanya. Semua tidak pernah lepas dari pengawasan Geisya dan Wilan.

"Gimana cara gunain ini benda, ya?" Keisya bolak-balik kamar mandi dan ia berpikir cara menggunakan benda kecil itu. 'Apa Kei minta Kak Indra buat jelasin, ya? Atau masa iya cari di internet sendiri? Aduh, gimana ya?' Keisya kebingungan sendiri. 

"Lagi ngapain, sih? Udah belum, aku mau mandi juga! Bau keri … ternyata nggak dikunci rupanya," gumam Indra dari luar sembari memperlihatkan senyum jahilnya. 

Lelah terus mondar-mandir tanpa bisa mendapatkan cara jitu, Keisya mengambil langkah lain yaitu dengan mencari jawaban di internet. Ia menggerutu sendiri kala kebingungannya telah sirna. 'Nah ketemu nih caranya. Ihhh, Kei dodol deh, kenapa gak sedari tadi aja cari di internet jawabannya. Kan kalau gini caranya nggak usah bolak-balik nggak jelas kayak tadi dong. Ya udahlah Kei coba gunain dan apa iya hamil?' pikirnya.

Kurang lebih sekitar tiga puluh menit Keisya mencoba memakai benda itu. Kini tinggallah menunggu hasilnya sambil ia berpikir perihal ucapan Indra di bawah tadi.

"Ekhem. Asyik bakalan jadi bapak nih bentar lagi," ucap Indra berhasil mengagetkan Keisya. 

Untung saja Keisya tidak menjatuhkan benda kecil itu saking terkejutnya menemukan suami sendiri masuk tanpa mengetuk pintu. "Astagfirullah. Kak Indra! Kak Indra apaan, sih, main masuk segala bukannya ketuk pintu atau tunggu sebentar di luar kek. Nggak sabaran banget jadi orang. Nyebelin deh," gerutu Keisya. 

"Sejujurnya sih dari tadi aku udah coba ketuk pintu, teriak pula. Tapi lihat pintu kebuka dan ya … kamu nggak perlu panik kayak gitu lah. Kita kan dah suami istri. Sah-sah aja dong ada di dalam toilet berdua. Iya, gak?" 

Kali ini Keisya kehabisan kata-kata. Ia terdiam sembari memandangi benda kecil di tangannya. Menanti apakah benar dirinya dinyatakan positif hamil ataukah mual-mual tadi efek Keisya selalu terlambat makan?

Semenit dua menit masih belum terlihat tanda-tanda terdapat dua garis. Sampai-sampai Indra pun penasaran dan pemuda tampan dengan senyum manisnya itu melangkah mendekati Keisya. "Ya Allah semoga penantian ini tidak sia-sia dan hamba bisa segera dikaruniai momongan. Aaamin, ya Allah," ucap Indra penuh harap.

"Yah. Doa dia terkabul, garisnya ada dua." 

"Serius, Kei?" tanya Indra penasaran.

~ Bersambung ~

After Wedding [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang