~ Part 15. Efek Cemburu ~

69 19 0
                                    

~ Happy Reading ~

|
|
|
|

Hanya pernah bertemu satu kali dan itu pun ketika di rumah saat Keisya tersadar dari pingsannya sebelum memutuskan pergi ke rumah kedua orang tuanya. Siang ini wanita itu—-wanita yang Keisya ketahui 'katanya itu pun' mantan kekasih suaminya tiba-tiba datang dan mengungkapkan ke semua orang jika Keisya dan Indra telah resmi menikah. Namun, bukan itu yang menjadi permasalahannya sekarang. 

Wanita yang tak lain adalah Jessica seenak jidatnya mendekati suami orang bahkan tak malu-malu mengecup pipi Indra tatkala Indra masih menjalani hukuman di mana pemuda itu menggantikan istrinya. 

'Ya Allah. Betapa perihnya hati Kei lihat suami sendiri dipeluk, dicium sama wanita lain. Dia padahal udah Kak Indra putusin, tapi kenapa harus banget dekati Kak Indra lagi? Apa maunya? Haruskah Keisya dekati mereka?' pikirnya dalam hati.

"Keisya!" panggil Madina.

Bulir-bulir air mata membasahi pipinya, sudah ia mencoba supaya tak mengeluarkan air mata untuk seorang Indra. Namun, tidak ada yang bisa tahan 'mungkin' melihat pemandangan tak enak tersuguh di depan mata sendiri. 

"Di saat Keisya memantapkan hati untuk menerima pernikahan ini, ikhlas kalau Keisya nikah muda. Kenapa? Kenapa Kak Indra dekat-dekat lagi dengan wanita itu?" ucapnya lirih. 

Madina yang sama-sama berada di tempat yang sama pun menyodorkan sapu tangan berwarna biru untuk Keisya melap air matanya. Keisya memang meraihnya, tetapi tangisan itu malah semakin nyaring dan membuat Madina terkejut. 

Sebagian mahasiswi-mahasiswa lain melirik ke arah Keisya. Ada dari mereka yang berhenti dan bertanya apa yang terjadi. Tak banyak juga yang menyangka jika Keisya sedih lantaran pemuda di ujung sana memilih wanita lain daripada dirinya. "Masih banyak pemuda tampan di dunia ini yang bisa kamu kagumi, Keisya. Kamu, kan, cantik. Soleha, pinter dan ya … kaya juga," begitu katanya.

'Tapi bukan masalah banyak pemuda lain di luar sana atau apa, Gina. Masalahnya pemuda di tengah lapang itu suami Kei dan dia di sana karena gantiin Kei, kalian pada nggak akan ngerti dengan kondisi yang Kei rasain sekarang, makanya pada bilang aneh-aneh tentang Kei sama pemuda itu,' batinnya

Istri mana coba yang tahan melihat suaminya dirangkul seperti itu? Ya, bukan Keisya enggan mendekati mereka dan menghentikan aksi mereka. Hanya saja jelas terlihat olehnya jika Indra di sana pun tidak menyukai kehadiran wanita itu. Maka dari itu Keisya tak mendekat dulu sampai ia menemukan wanita itu berhenti dan pergi.

Nyatanya yang diharapkan tidak sesuai dengan yang dia inginkan. Wanita itu tak jua menghindar apalagi berhenti menggoda sang suami. Alhasil, ia memutuskan untuk pergi dari tempat itu dan meminta pada Madina untuk tidak mengabari siapa pun ke mana dirinya pergi. 

"Tapi, Kei! Kamu mau pergi ke mana? Keisya!" teriak Madina. 

Keisya tidak mengindahkan panggilan dari sahabatnya. Ia terus melangkah sembari air mata yang tak pernah berhenti mengalir bak air sungai saja. Lama ia menanti kendaraan umum datang, selang beberapa lama kemudian Keisya memilih untuk menaiki angkutan umum dibanding taxi. 

Sedikit ragu mulanya untuk menaiki angkutan umum tersebut. Pasalnya ini baru pertama kali pergi menggunakan kendaraan umum. Sebelum menikah jika Keisya ingin mengunjungi tempat yang baginya menarik, selalu ditemani supir pribadinya. Lain lagi dengan sekarang memang. 

'Semoga dia nggak cari aku,' gumamnya dalam hati. 

***

"Madina, ya?" tanya Indra. 

Pemuda itu masih saja diikuti oleh Jessica bahkan saat tengah berada bersama dengan Madina—-sahabat sekaligus teman satu kampus istrinya. Ia mendekati sahabatnya lantaran sebelum itu ia mendengar Madina berteriak-teriak memanggil Keisya. Begitu ia mendekati Madina, Indra tidak menemukan adanya sang istri di sana. 

"Aduh, Indra sayang. Ngapain coba kamu harus cari istri kampunganmu itu, sih? Mending kita nonton aja atau nggak hm … hari ini aku belum shopping, sih, temani aku, ya? Plis!" pintanya seraya memohon. 

"Sudah kubilang sama kamu, ya, Jes! Aku sudah menikah dan jangan dekati aku lagi," tolak Indra dengan sengaja ia mendorong tubuh wanita itu. 

"Indra!" teriak Jessica sembari berpura-pura kesakitan. 

Di balik itu Madina melihat wanita yang sedari tadi nempel bak perangko ke Indra, senyum-senyum sendiri. Amarah akan Indra sesaat menghilang dan tampaknya gadis itu merencanakan sesuatu. Sampai-sampai Madina berbisik pada Indra.

"Saranku mending sekarang Kakak cari Keisya, deh. Madina takut kalau Keisya kenapa-kenapa di jalan, Kak. Soalnya selain pergi naik angkot, tadi Keisya nangis terus. Biar tuh cewek Madina yang urus, gimana?" 

"Memangnya kamu mau ngapain dia, Madina?" 

Indra sedikit penasaran, tetapi penting baginya bukan apa yang akan dilakukan Madina terhadap Jessica. Namun, Keisyalah. Ia harus mencari Keisya dan entah pergi ke mana sekarang istri manjanya itu.

"Yakin, nih?" tanya Indra memastikan. 

"Kakak tenang aja, Madina bakal urus dia supaya nggak ganggu lagi kalian berdua. Keisya sahabat Madina satu-satunya. Madina nggak akan rela lihat Keisya terluka karena Kakak didekati wanita itu. Jadi sekarang pergi, ya!" titah gadis itu. 

Usai saling berbisik dengan Madina, Indra lekas berlari ke parkiran dan bersiap mencari Keisya. Bersyukur ada Madina yang mencegah Jessica, sehingga Indra bisa lepas darinya.

Azan telah berkumandang di beberapa masjid. Tidak bisa dipungkiri jika raut wajah Indra sedikit berubah. Antara cemas, kesal dan khawatir bercampur menjadi satu. Dalam pikirannya ia terus bertanya-tanya ke mana Keisya pergi? Apa mungkin gadis itu pergi ke rumah mama dan papanya? Ataukah ada tempat lain yang tak ia tahu dan itu merupakan tempat yang sering Keisya kunjungi selagi kondisi hatinya tidak baik-baik saja?

Ah, sial. Indra lupa bertanya kepada Madina mengenai tempat-tempat mana saja yang selalu dikunjungi istrinya ini. Sekarang, ke mana ia harus mencari gadis itu?

"Sepertinya aku mesti salat dulu, biar agak tenang pikiranku." 

Ia menghentikan kendaraannya di depan masjid, tetapi dering ponsel berbunyi membuat Indra mengurungkan niatnya turun dari mobil. 

"Papi Wilan? Astaga, gimana kalau seandainya mertuaku itu tahu anaknya kagak ada, ya?" 

Selama Indra tidak menjawab sambungan telepon tersebut, dering telepon itu terus menghasilkan suara. Alhasil, Indra mengangkat telepon itu. "Halo, Pi? Hm, ada apa, ya?" tanyanya gelagapan. 

"Halo, Nak Indra. Maaf ganggu waktunya, ya. Hm, sebelumnya Om mau bilang makasih karena selalu jagain anak Papi, Keisya yang manjanya nggak pernah ketulungan itu," ujar sang mertua basa-basi, lalu Indra tak banyak bicara dan hanya mengiyakannya saja. "Tapi tadi Mami Geisya sempat vidio-call sama sahabatnya, Keisya. Madina. Tapi tiba-tiba terputus dan Madina nyebut-nyebut Keisya di akhir sambungannya. Apa Keisya baik-baik saja, Nak Indra?" 

'Aduh. Harus jawab apa, ya, sama mereka?' 

~ Bersambung ~

After Wedding [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang