Part 56. || Kebahagiaan Sesaat

21 1 0
                                    


"Kei masih bingung ini sebenarnya ada apa?"

Semua tampak berbeda. Tidak seperti sebelumnya atau bisa dikatakan tidak seperti semalam. Tiba-tiba semua berkumpul di rumah. Teman, sahabat dan semua yang mengenal Keisya hadir tanpa satu pun terlewati. Sepagi ini mereka harus datang? Tidakkah mereka pergi ke tempat kerja masing-masing atau melakukan aktivitas lainnya daripada berdiri di sebuah ruangan sembari memegangi berbagai macam benda yang mereka bawa? 

"Kami datang ke sini untuk menghiburmu, Kei. Walaupun calon keponakan kita sudah tidak ada lagi bersama ibunya, tapi kami yakin suatu saat nanti Tuhan pasti menggantinya dengan yang lebih baik lagi," ujar Madina—mewakili yang lainnya. 

"Kalian tahu Kei keguguran, dari siapa dan sejak kapan? Kok bisa?" 

Pandangan Keisya beralih menatap sang suami dan kedua orang tuanya. Satu per satu ia tatap sembari menyelidiki tingkah mereka. Namun, nahasnya ia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda jika dari orang tua Keisya yang memberitahu mereka dan jika sepeeti ini siapa yang harus ia tanya?

"Suamiku. Pasti kamu yang ngasih tahu mereka, kan? Pasti kamu juga yang suruh mereka buat dateng ke sini dan hibur aku. Iya, kan? Ngaku aja deh kamu, Sayang!" Pada kalimat terakhir Keisya memelankan suaranya, sehingga hanya Indra lah yang mendengarnya. 

"Cieee … ada yang malu-malu bilang sayang nih kayaknya," goda Indra setengah berbisik, "Iya. Aku yang meminta mereka dateng ke sini, kalau buat kenapa aku dan mami terlihat baikan. Aku bakal kasih tahu tapi nanti setelah kamu beritahu dari mana tahu soal rencana mami kamu, gimana? Adil, kan?" lanjut Indra, kemudian pemuda tampan penuh karisma itu mengedipkan matanya. 

"Cieee … ciee … jadi pengen cepet-cepet punya pasangan deh rasanya, kayaknya enak banget kalau kayak gitu, lebih sweet pacaran abis nikah kayaknya," celetuk Angel. 

Keisya menunduk malu-malu berusaha menyembunyikan wajahnya di balik postur suaminya yang tinggi ini. Sesekali terlihat ia seperti sedang menutup wajahnya, lalu mencuri-curi pandang ke arah sang suami. Akan tetapi, kebahagiaan atas Keisya yang mendapati kejutan teman-temannya berkumpul di rumah, hanyalah sesaat dan suasana mendadak hening sedikit menegangkan tatkala menemukan penjaga gerbang yang muncul di tengah-tengah kerumunan tamu. 

"Maaf semuanya mengganggu waktunya. Non Kei, Den Indra. Nyonya sama Tuan, saya lancang masuk kamar Non, tapi saya melakukan ini terpaksa." 

'Pak Badrun dateng tiba-tiba kenapa, ya? Dari gerak-geriknya kayak ada sesuatu yang ingin disampaikan, tapi apa?' pikir Keisya. 

Sebelum Keisya maupun Indra bertanya, Geisya lebih dulu menghampiri Pak Badrun dan bertanya pada lelaki dengan seragam putih hitam serta topi sebagai pelengkapnya. 

"Terpaksa karena apa, Pak? Memangnya di depan ada apa?" Begitulah pertanyaan yang dilontarkan Geisya—sebagai seseorang tertua di rumah ini. 

"Di-di luar ada Ibu-Ibu yang ngaku-ngaku sebagai mamanya Den Indra terus ada perempuan muda kayak usianya kayak Non Kei deh. Soalnya lebih muda dari si Ibu itu, Nyonya. Mereka mencari Non sama Den Indra," jawab Pak Badrun sembari menunduk.

"Hah?! Ngaku-gaku mamanya saya, Pak?" sambung Indra. 

Pak Badrun mengangguk, "Iya. Kalau nggak salah namanya itu Jessica Mishell yang satu dan yang satunya lagi itu siapa, ya? Hem … Bu Vina. Iya … Bu Vina, Den." 

'Jessica Mishell? Bukankah itu mendiang mantannya suami Kei dan Bu Vina kalau nggak salah Indra pernah sebut nama itu dan ya … nama tengah mamanya. Iya! Kei inget, tapi masa iya Jessica hidup lagi?' batin Keisya tak tenang.

"Daripada bengong di sini gimana kalau kita lihat aja, Kei?" Angel—kakak tingkat Keisya menyarankan. 

Ia menoleh ke arah Angel. Setelah memikirkan matang-matang saran dari Angel, ia pun mengangguk dan melangkah bersama sang suami keluar kamar diikuti oleh kedua orang tua Geisya dan teman-teman lainnya. Keisya dan Indra menuruni satu demi satu anak tangga. Dalam hati kecil Keisya, ia benar-benar tidak tenang dengan kabar ini. Rasanya baru semalam kehilangan calon anaknya.

Mengapa sekarang harus terjadi sesuatu yang sama sekali bahkan Keisya tidak mengharapkan bila yang datang nyata Jessica? 

"Mama," ucap Indra. 

"Mama?" Langkah Keisya terhenti dan ia melirik ke arah suaminya. 

"Dia mamaku, Sayang. Waktu itu aku pernah kasih tahu ke kamu dan sekaligus orang yang menginginkan aku mati. Kamu ingat, kan?" 

Keisya terdiam. Pikirannya mencoba mencerna apa yang diucapkan oleh suaminya. Sekilas bayangan akan malam di mana suaminya baru kembali dari luar negeri pasca menjalani perawatan karena kecelakaan, Indra memang pernah menceritakannya. 

"Kalian berdua pasti ngira aku udah mati beneran, kan?" 

Suara dan kalimat pertanyaan itu datang dari seorang perempuan yang raut wajahnya sama persis dengan mendiang Jessica. Sampai-sampai untuk memastikan bahwa apa yang Keisya lihat benar, ia mengucek-ngucek matanya dan ia bertanya pada Madina, Arken maupun Angel dan teman-teman yang lainnya. 

Dari jawaban yang didapat 99,9% menyatakan kalau memang penglihatan Keisya tidaklah salah. Perempuan di hadapannya itu jelas sekali Jessica dan mamanya Indra—mama kandung yang tidak mengharapkan keberadaan Indra di dunia ini. 

"Kalau memang iya ini kamu, Jessica Mishell. Lalu pas polisi kejar kamu terus tiba-tiba dinyatakan hilang. Selama ini kamu ke mana?" 

Perempuan yang persis dengan Jessica Mishell—mantan kekasih dari suaminya ini tertawa terbahak-bahak. Di sela tawanya bahkan ia tidak segan-segan menghina Keisya dengan mengatainya sebagai perempuan bodoh.

"Apa kamu ingat pas kemarin kamu sama suamimu tercinta dan mamimu datang ke rumah buat minta maaf?" tanyanya, "Hah, sok minta maaf padahal dalem hatinya pasti menginginkan aku meninggal. Iya, kan?" 

"Iya," jawab Keisya, "Kei inget. Apa hubungannya sama kejadian kemarin?" 

"Jelas ada dong. Kamu mikir nggak, sih? Hah, dasar bodoh! Padahal di situ aku yang beri minuman pas pertama kalian datang. Di dalam minuman tersebut pastinya sudah kutaruh racun supaya kamu cepet mati. Oh tapi rupanya bukan kamu yang mati, justru bayi yang kamu kandung. Iya, kan? Tapi … baguslah. Setidaknya sedikit keinginanku menghabisi janinmu waktu itu tersampaikan kemarin." 

Mendengar kalimat tersebut Keisya meneguk salivanya. Sekujur tubuhnya mendadak terasa melemah bahkan untuk berusaha berdiri sama sekali sulit. Alhasil, Indra—sebagai suaminya menggandeng Keisya supaya tidak terjatuh. 

"Lo bener-bener, ya, Jess! Wanita macam apa sih, sampai tega bunuh anak orang kayak gitu?" maki Angel. 

"Nggak usah ikut campur. Gue nggak ada urusan sama lo!" balas Jessica—tiba-tiba 'gue-elu.'

"Apa ini semua ada kaitannya sama Mama? Mama juga ikut terlibat dalam rencana perempuan itu, Ma?" tanya Indra. 

Wanita yang sejak tadi terdiam membisu, sama sekali tidak mengeluarkan suara itu kini mulai mengangguk. "Mama akan menerimamu sebagai anak Mama lagi, tapi kamu harus lakukan satu hal. Tinggalkan perempuan itu, menikahlah dengan Jessica! Perempuan yang cocok menjadi pendamping hidupmu bukan dia, tapi Jessica," tambah wanita itu. 

"Tidak ada yang boleh memisahkan Indra dan Keisya sekali pun itu kamu, Vina!" seru seseorang. 

"Pa-Pa—-" 

Bersambung

After Wedding [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang