~ Happy Reading ~
|
|
|
|Hingga malam tiba seluruh teman Keisya masih setia berada di rumah dan jangan salah. Betapa beruntungnya gadis manja itu memiliki teman seperti mereka. Ramah dan saling menyayangi satu sama lain. Keisya bak ratu dalam sehari, begitu pun dengan Bi Ani—pelayannya. Rumah yang sesungguhnya diberikan mertua Keisya teruntuk putra tercinta Indra dan dirinya teman-teman Keisya yang membersihkannya.
Semua kinclong, bersih sempurna tidak ada debu sedikit pun dan pukul 19.00 WIB mereka baru menyelesaikan semuanya. Keisya yang merasa tak enak dengan dibantu Bi Ani pun menyiapkan sajian untuk bisa disantap malam ini.
"Sayang! Boleh aku bantu, gak? Bosen aku ngerjain tugas kantor terus," ujar Indra, tiba-tiba datang dan sudah berada di depan meja dekat kompor.
Madina dan yang lainnya mendengarkan percakapan antara Keisya dengan suaminya. Terlebih ketika Indra tiba-tiba saja memanggil Keisya dengan sebutan 'Sayang', mereka serempak mengerjai gadis itu sampai-sampai pipinya merah merona. "Cieee … Sayang. Uhuy, enak ya kalau udah menikah. Apa-apa dibantuin sama suami," ujar Madina.
"Tiba-tiba aku jadi pengen cepet nikah, deh. Nikah muda juga nggak apa-apa deh. Daripada pacaran, terus malah dikit-dikit ada masalah atau apa, kan? Nggak seru. Iya, gak?" tambah Karin.
"Eh, Karin. Mana ada nikah muda enak? Jangan mau mending, Kei juga sebenernya o … hm, nggak jadi deh. A-an—-"
"Anu apa hayo?" potong Tomi, " … gue tahu maksud si Kei anu itu kali, ya? Nikah muda itu enak apalagi pas cobain malam pertama. Iya, gak, sih?"
Tomi yang tampan, Tomi yang malang. Pemuda itu mendapatkan pukulan ringan dari teman-temannya. "Pikiranmu ke sana, sih, Tom? Astaga. Parah banget dah lu."
"Ya elah. Cuma ngomong nikah ntu enaknya pas malam pertama, gitu aja kok pada repot sih," dengkus pemuda itu.
"Omes otak lu!" ejek Karin.
"Sama kayak bini gue," tambah Indra.
Keisya menghentikan aksinya menggoreng ayam crispy, ayam yang hampir sedikit lagi matang dan lantaran merasa tersindir oleh Indra. Jadilah Keisya memelototi Indra sembari mengangkat pisau dan diarahkan ke Indra.
"Weh, Bang. Ntu bininya ngamuk, tuh. Wah bahaya mana pake melotot segala terus pisau diangkat kayak gitu. Hilih, takut gue," goda Tomi.
"Non Kei sama Tuan Muda emang kadang suka kayak gitu, ribut-ribut kayak orang lagi ada masalah besar. Tapi jauh dari lubuk hatinya pasti mereka mesem-mesem deh. Kadang pura-pura nggak saling suka terus nggak terima perjodohan paksaan ini. Tapi nyatanya mereka punya anak, kan, ya?" papar Bi Ani sembari senyum-senyum.
Gelak tawa memenuhi isi ruangan itu. Dari makanan belum tersaji sampai selesai acara makan malam bahkan tak terasa waktu telah memisahkan mereka dari Keisya dan Indra. Senyum serta canda terus terjadi. Keisya malah bermuka masam.
"Titip Keisya, ya, Bang. Kalau dia masih aja manja, Abang Indra boleh kok uwel-uwel aja dia. Ya!" titip Tomi.
"Sekali lagi ngatain Kei manja awas aja kamu, Tom! Dasar Tom and Jerry. Sama aja kayak Kak Indra."
"Emang manja kamu," goda Indra membuat suasana hati Keisya benar-benar kalut.
"Au ah. Kak Indra mah nyebelin."
Sementara itu Keisya meninggalkan Indra di depan rumah seorang diri dan memasuki kamar langsung tanpa menuju ke ruang tamu untuk sekedar membersihkan sisa makanan. Ya, kadang kalau lagi rajin ia pasti akan melakukan itu. Akan tetapi, jika tidak. Ya seperti sekarang contohnya. Malas.
Di dalam kamar yang hanya seorang diri, Indra masih berada di luar mengantar teman-temannya pulang. Sudut bibir Keisya membentuk sebuah senyuman yang terkadang senyuman itu tidak pernah ia perlihatkan walau di depan Indra sekali pun. Bayangan-bayangan tentang kehadiran teman-temannya, usaha Indra yang membuat Keisya tak menyangka akan senekat itu tadi siang.Membuat aneka makanan, membantu pelayan rumahnya membersihkan rumah. Merupakan suatu kebanggan sekaligus rasa bersalah di hatinya saat ini.
"Omong-omong, Kei udah nikah aja masih belum bisa beresin rumah, beresin kamar apalagi masak, ya? Cuma bisanya makan, dah. Hum, nggak mungkin juga seumur-umur Keisya ngandelin Bi Ani. Kalau sewaktu-waktu nggak ada Bi Ani dan Kei sendiri terus Kak Indra gak ada?" pikirnya. Ia mengembuskan napasnya pelan, " Apa Kei minta ajarin aja sama Kak Indra, ya? Dia jago masak, tapi aaaargh. Kei gengsi."
"Ada apa nih? Kok ngelamun sembari nyebut-nyebut namaku, Kei? Apa kamu kesurupan?" celetuk suami tak tahu diri itu.
Menyadari adanya sang suami yang selalu saja datang tanpa diundang, pulang tak diantar seperti halnya jelangkung. Keisya menoleh dan menatap Indra sinis. Tatapan sinis tersebut mendapatkan imbalan berupa kecupan mesra di keningnya. Degup jantung Keisya pun seakan berhenti mendadak.
Keduanya terdiam untuk beberapa menit. Keisya dan Indra saling tatap satu sama lain. Tangan kiri Keisya perlahan terangkat memegangi jidatnya, lalu dadanya terus saja berdegup tak tentu. Semilir angin berembus menerpa keheningan. Pemuda tinggi, jangkung berlesung pipi itu makin mendekatkan tubuhnya ke arah Keisya.
'Wah-wah. Kak Indra mau ngapain Keisya, ya? Hum, jangan dong kalau mau minta itu. Kei belum siap, Kei capek lah.'
Jarak antara keduanya hanya terpaut beberapa senti saja. Keisya kebingungan.
"Lanjut part tiga, ya, Kei?"
Otak Keisya mendengar ucapan suaminya mengenai part-3 tiba-tiba melayang membayangkan sesuatu yang tak seharusnya dibayangkan pun terjadi. Tak ingin hal negatif menguasai pikirannya. Keisya cepat-cepat mengucap kalimat istigfar, lalu ia mendorong suaminya. Bersyukur tidak sampai tersungkur ke belakang.
"Astagfirullah. Kei! Kamu ini sama suami kayak gitu amat, sih. Galak!" seru Indra setengah menaikan nada bicaranya. "Lama-lama capek aku dekat-dekat kamu terus. Kalau nyatanya kamu masih aja judes begitu. Aku … udah susah payah berkorban buat kamu, mengubah sikap dinginku sama kamu. Tapi buktinya apa? Kamu masih belum bisa romantis sedikit dan terima pernikahan ini."
"Ya Allah. Astagfirullah, Kak Indra. Ma-maafin, Kei, Kak. Kei nggak bermaksu—-"
Indra melemparkan selimut ke sembarang tempat. Tampaknya ia benar-benar marah dengan yang telah dilakukan Keisya untuknya.
"Kak! Kak Indra maafin, Kei, Kak. Kak Indra, Kei tahu kalau Kei salah dan nggak seharusnya mendorong Kakak kayak gitu. Setelah apa yang Kakak lakuin hari ini, Kei benar-benar minta maaf dan Kei janji nggak akan jahat lagi dan mau—-"
"Sudahlah, Kei. Tutup saja mulutmu," potong Indra. "Mending tidur aja sana, kasihan anakmu di kandungan pasti lelah!"
Namun, kalimat perintah itu tidak juga dilakukan Keisya. Ia terduduk di samping sofa dekat jendela di mana Indra tengah berbaring sembari menutup matanya.
"Sikap Kei memang keterlaluan, tapi berikanlah kesempatan buat Kei bisa memperbaiki semuanya, Kak," ucapnya lirih.
~ Bersambung ~
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding [ Revisi ]
RomancePernikahan adalah hal yang menakutkan menurut Keisya. Dengan alasan itulah, ia selalu menolak untuk berpacaran. Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, bisnis keluarganya mengalami kebangkrutan. Tidak ada pilihan, kedua orang tua Keisya berniat menj...