Cantik. Berhijab dan memiliki pemikiran yang cukup bisa dibilang telah 'dewasa' dibanding dengan seorang Keisya. Madina Andini namanya. Salah satu sahabat Keisya sejak TK hingga sekarang berada di kampus yang sama. Namun, antara keduanya tersimpan satu rahasia besar yang menjadikan Madina bertanya-tanya mengapa tingkah Keisya akhir-akhir ini terlihat berbeda.
Contohnya seperti sekarang ini, ketika jam mata kuliah pertama baru saja di mulai. Sedang Keisya malah diam-diam berdiri di balik tembok yang posisinya mengarah ke parkiran. Madina tahu di ujung sana terdapat seorang pria tampan tengah berdiri sembari memainkan ponselnya. Akan tetapi, apa hubungannya dengan Keisya?
Inikah rahasia besar yang Madina tidak tahu? Keisya tahu siapa pemuda di ujung parkiran sana?
"Astagfirullah, Madina. Kamu ini bikin aku kaget saja, deh," ketus Keisya.
Gadis manja ini mengelus dadanya, ketika teriakan Madina mengganggu gendang telinganya.
"Ya lagian kamu di sini lagi ngapain, Keisya Shakira Jasmine? Ini sudah waktunya masuk kuliah loh, jam pertama udah di mulai sejak lima menit lalu. Hayo, lagi lihatin siapa sebenarnya?"
Walaupun sebenarnya Madina sudah tahu siapa yang tengah Keisya perhatikan, Madina berpura-pura tidak tahu dan ia menengok ke samping. "Lihatin siapa sih, sebenarnya?" tanya Madina sembari senyum-senyum sendiri. Dengan cepat Keisya menutup kedua mata sahabatnya, kemudian menarik sahabatnya untuk memasuki kelas.
"Tanpa kamu kasih tahu pun aku sudah tahu kali, Kei siapa yang kamu perhatikan. Pasti pemuda itu, kan? Kamu menyukainya atau jangan-jangan kamu jatuh cinta sama dia terus kamu malu buat ungkapin semuanya?"
Berbagai macam pertanyaan Madina lontarkan untuk sahabatnya. Jari jemari Keisya mendadak bergetar bahkan seketika sekujur tubuhnya melemas kala Madina menuduh dirinya jatuh cinta dengan pemuda yang tak lain merupakan suaminya sendiri. 'Apa Kei bisa terus menyembunyikan ini semua dari Madina. Sedangkan setiap kali Madina memiliki masalah sekecil apa pun itu dia selalu berbagi sama Kei. Apa Kei sejahat itu sampai tidak mau berbagai cerita kalau pemuda itu suami Kei dan kami sudah menikah? Lalu, apa jadinya nanti kalau Kak Indra tahu soal ini? Nggak mau akui suami sendiri di depan teman-temanku?' pikirnya.
Tidak ingin larut dalam rasa bersalah dan ketidakenakan karena telah menyembunyikan pernikahannya dengan Indra. Keisya berusaha mengalihkan perhatian Madina supaya sang sahabat tak lagi membahas seputar Indra.
Namun apa daya, saat harapan tak sesuai kenyataan dan ketika itu pula seseorang yang tengah membuat dirinya berada di antara dua pilihan sulit ini tiba-tiba datang dan menjadikan Keisya makin gugup berdekatan dengan Madina. 'Ya Allah, Kak Indra ngapain harus ngikut sampai ke sini juga, sih? Apa jangan-jangan dia tadi tahu kalau Kei merhatiin dia?' tanyanya pada diri sendiri.
Suasana di kampus Putra Bangsa semakin siang sudah mulai sepi. Tidak terlalu banyak mahasiswa maupun mahasiswi yang masih berkeliaran di luar kampus. Mungkin sebagian besar dari mereka memiliki kelas pagi sehingga jam sembilan lewat pun hanya ada dua mahasiswi nakal di luar.
Keisya dan Madina.
"Akui saja kalau aku ini suamimu, Sayang. Temanmu, juga, kan harus tahu kalau kita berdua ini sudah menikah. Iya, gak?" Tanpa malu-malu pemuda itu menggandeng Keisya, " … oh iya bahkan kita berdua sudah ngerasain gimana nikmatnya malam pertama. Uh … aaawww aduh."
Keisya menginjak kaki Indra dengan heels-nya. Manik mata indah milik Keisya tiba-tiba membelalak seakan hendak keluar, rona wajahnya yang semula putih bersih bak kertas tanpa pena itu sekarang ini memerah. Keisya semakin menajamkan penglihatannya tatkala Indra hendak berbicara sesuatu lagi.
"Jadi kalian sudah menikah, tapi sejak kapan? Kok aku nggak tahu, sih?" tanya Madina.
Keisya menoleh jam di tangannya. Dua puluh menit waktunya terbuang hanya karena pembahasan yang tidak penting. Keisya mengajak Madina lekas memasuki kelas sebelum dosen mereka menemui mereka di sana. "Din, ayo masuk yuk! Kita udah telat ini, gimana kalau Pak Bahri tahu kita masih di sini?" Pak Bahri—-dosennya itu sebenarnya orangnya baik, lemah lembut dan selalu memberikan toleransi pada anak didiknya.Hanya saja Keisya melakukan itu supaya Madina berhenti meneror dirinya terkait pertanyaan-pertanyaan soal Indra.
"Bentar-bentar, Kei. Aku masih penasaran loh, kalian udah menikah? Sejak kapan dan kenapa aku sebagai sahabatmu nggak kamu undang?"
"Kei! Durhaka kamu, ya, injak suami sendiri kayak tadi. Sakit lah!" dengkus Indra seraya mengelus kakinya.
Mulut Keisya mengomel-ngomel tak karuan, kondisi wajahnya terlihat seperti tak nyaman dengan keberadaan Indra di dekatnya. "Bukan suami, tapi kaki kanan Kak Indra yang Kei injak. Kalau semisal Kei injak Kak Indra, ya itu nggak mungkin juga lah. Kaki doang yang diinjak masa lebai kayak gitu."
"Aduduh. Kalian ini, ya! Kei apa yang dibilang sama dia itu bener loh, kamu nggak boleh injak-injak kaki suamimu kayak tadi. Kasihan lah, terus nggak perlu malu buat akui kalau memang kalian berdua telah menikah, aku … Madina sebagai sahabat Keisya ngerti kok."
Madina memegangi pundak sahabatnya, "Aku paham kenapa kamu nggak undang aku atau teman yang lain ke acara pernikahanmu. Aku ngerti itu pasti ada alasan yang kuat kenapa kayak gitu. Iya, kan?" tambah Madina lagi.
"Ta-tapi, Madina. A-aku sama dia ngg-nggak …."
"Durhaka tahu nggak akui aku sebagai suamimu. Bisa aja aku aduin ke papa kamu sebagai menantu mendolimi suami sendiri," sela Indra.
Keisya menarik lengan tangan Indra. Ia menjauh dari sahabatnya dan mereka berdua berbincang-bincang serius. "Kak Indra apaan, sih?! Seharusnya Kakak jangan sok jadi orang. Untung tadi cuma Madina yang tahu kalau aku sudah menikah. Coba kalau orang lain," katanya.
"Lagian apa salahnya, sih, kalau sudah menikah meski lagi kuliah?" Indra kali ini mulai berbicara dengan nada serius, tidak sekali pun terbersit dalam benaknya untuk menggoda istrinya lagi. "Dengerin aku, ya, Kei! Awalnya memang aku menolak juga sama kayak kamu. Nggak mau adanya pernikahan ini, apalagi tahu jodohku kamu mending mikir dua kali lah. Tapi-tapi jangan dulu marah. Seiring waktu berlalu masing-masing dari aku atau kamu pasti ujungnya nikah juga, kan?"
"Oke kalau kamu memiliki impian besar dan ingin lakuin hal yang kamu sukai. Aku sebagai suamimu, insyaallah bakal dukung apa itu cita-citamu dan cukup sudah berpikir kekanak-kanakan, ubah pemikiranmu buat bisa lebih dewasa lagi dan so —-"
Seorang pria tua dengan kacamata hitam nan besar berjalan ke arah Keisya dan Indra. Entah apa yang terbersit dalam pikirannya tiba-tiba pria tua itu memarahi Indra tanpa tahu salahnya di mana.
"Pak! Pak! Tunggu, Pak. Jangan marahi dia lagi, kasihan."
"Mahasiswi pintar sepertimu tidak pantas berdekatan dengan pemud—-"
"Tapi dia suami Keisya, Pak!"
~ Bersambung ~
Jangan lupa baca, komen, vote and share, ya!
Salam sayang🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding [ Revisi ]
RomansaPernikahan adalah hal yang menakutkan menurut Keisya. Dengan alasan itulah, ia selalu menolak untuk berpacaran. Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, bisnis keluarganya mengalami kebangkrutan. Tidak ada pilihan, kedua orang tua Keisya berniat menj...