Part 53. || Kehilangan

27 1 0
                                    


Lima bulan sudah Keisya menikah dengan seorang Trimo Indra Gunawan. Lima bulan sudah ia merasakan pahit manisnya kehidupan pernikahan dan kini ketika dirinya kembali dipertemukan setelah sebulan lamanya sang suami berada di luar negeri untuk menjalani pengobatan pasca kecelakaan tempo lalu, ia harus menghadapi sebuah ujian berat dalam hidupnya. Semua seakan berubah. 

"Dokter!" panggil Keisya lirih, "Apa Dokter yakin kalau Dokter sudah memeriksa bayi saya dengan benar? Dokter tidak salah memeriksa, kan, Dok?" 

Bulir-bulir air mata berhasil tumpah dan membasahi pelupuk matanya. Tangan kanannya memijat-mijat keningnya, sedangkan tangan kirinya memegangi perutnya yang kini sudah tak sebesar sebelumnya—sebelum Keisya memasuki rumah sakit itu. 

"Saya sudah memeriksanya dengan baik, Mbak. Memang ketika Anda memasuki rumah sakit ini, baik saya maupun perawat melihat bahwa keadaan Mbak sudah parah. Mbak mengalami pecah ketuban dan juga pendarahan, apa Mbak sebelumnya mengalami sesuatu yang membuat perut Mbak sakit atau mungkin ada hal lain?" 

Pertanyaan dari Dokter yang memeriksanya Keisya tak menjawabnya. Isak tangisnya semakin kencang dan ia memegangi terus perutnya yang sudah rata itu. 

"Terkadang orang yang tengah mengandung itu alangkah baiknya jangan terlalu banyak pikiran, Mbak. Nggak boleh capek-capek atau pun melakukan aktivitas sampai-sampai membuat janin dalam kandungan Anda kenapa-kenapa," nasihat Dokter. 

Setiap kalimat yang terucap dari wanita berjas putih dengan hijab segi empat bercorak bunga-bunga itu mengingatkan Keisya pada kejadian di rumah Jessica. Sebelum terjadi pertengkaran antara mami dan mama mendiang Jessica. Dirinya dan juga yang lain diberi suguhan tiga gelas jus mangga. Namun, warna jus yang dimunum olehnya berbeda dari dua gelas lainnya. 

Semenit selanjutnya seseorang datang ke ruangan tersebut membawakan sebuah surat yang berada dalam genggaman. Ya, perawat itu memberikan benda yang dibawanya kepada Dokter. 

"Permisi, Dok. Ini hasil lab atas pasien bernama Keisya Shakira Jasmine," ujarnya sembari menyodorkan surat tersebut. 

"Oh baik. Terima kasih banyak, ya!" seru Sang Dokter. 

"Sama-sama, Dok. Kalau begitu saya pamit dulu, permisi," balas perawat tersebut. 

Keisya mengusap sisa-sisa air mata yang jatuh membasahi pipinya. Ia hanya melihat apa yang tengah Dokter lakukan sesaat setelah mengambil surat dari perawat. Hampir sekitar lima menit lamanya Keisya memperhatikan Dokter. Sesaat setelahnya ia memberanikan diri untuk bangkit, Dokter itu baru mengatakan sesuatu. 

"Dari hasil lab yang saya dapatkan, selain Mbak Keisya tadi diketahui telah mengalami pecah ketuban. Di sini menjelaskan bahwa Mbak terkena keracunan, semacam Mbak memakan atau meminum sesuatu yang dapat menggugurkan kandungan," tutur Dokter. 

"Apa, Dok? Anak saya kenapa?" 

Geisya dan Indra muncul secara mendadak dari balik pintu. Entah bagaimana mereka berdua bisa masuk, sedangkan Dokter masih di dalam tengah berbicara dengan Keisya. Dokter mengulang kembali ucapan sebelumnya. 

Namun, ada yang aneh ketika kedua iris matanya tertuju pada sang mami. Pandangan wanita itu tampak sinis ke arah Indra. Keisya berusaha meraih genggaman maminya, tetapi untuk pertama kalinya Geisya menepis tangannya. Keisya tidak pernah mendapati perlakuan maminya seperti itu.

"Ini pasti gara-gara kamu tadi seret-seret Kei, kan, Indra! Kamu … kamu keterlaluan banget sih sama istri sendiri? Maumu apa, hah?" 

Bahkan saat Keisya meminta maminya berhenti menyalahkan suaminya. Geisya sama sekali tidak peduli. Geisya benar-benar meluapkan amarah serta kekesalannya pada Indra. "Mami! Mi, Mami nyalahin aku, sih? Apa nggak sebaiknya dengerin semua penjesalan Dokter dulu, Mi. Ma—" 

"Nggak usah! Nggak perlu dengerin Dokter, Mami yakin ini pasti karena ulah kamu. Kamu pasti kesel sama Keisya karena dia sering bikin kamu repot, kan? Ngaku aja kamu, ini kan, yang kamu inginkan?" 

'Ya Allah. Semua berubah! Kenapa saat aku mulai jatuh cinta dan menerima pernikahan ini, justru aku mendapatkan cobaan ini? Ya Allah kasihan banget suami aku,' lirihnya dalam hati. 

Tak kuasa lagi menahan segala kekesalan dalam hatinya. Keisya berteriak sangat-sangat kencang bahkan suaranya sampai terdengar ke luar. Keisya meminta semuanya untuk diam dan tak memperbolehkan satu orang pun berbicara selain dirinya. 

Ia mengembuskan napasnya perlahan, kemudian ia memejamkan matanya mencari kekuatan sembari berusaha menenangkan diri sejenak sebelum Keisya mengatakan apa yang ingin ia sampaikan. 

Keisya memang tidak menginginkan kejadian ini terjadi. Tidak ada seorang Ibu mengharapkan anaknya tiada, jauh sebelum lahir ke dunia ini. Seharusnya Keisya lah yang disalahkan, bukan suaminya. Geisya tidak berhak menghakimi menantunya sesuka hati, walau perempuan yang kini berada di atas ranjang kecil itu tahu, maminya pasti merasakan apa yang ia rasakan saat ini. 

 "Mami sadar nggak sih, kalau yang Mami lakukan itu nggak baik? Ini rumah sakit, Mi. Mami buat apa marah-marah sama suami Kei, buat apa? Mami belum tahu sebenarnya, kan, cuma dengerin perkataan Dokter dan itu pun baru setengah. Mami langsung potong," cerocos Keisya panjang lebar, "Kei saranin sama Mami kalau apa-apa jangan terlalu mengambil kesimpulan sendiri. Dengerin dulu!" 

"Tapi, Sayang. Mami kayak gini demi kamu, Nak! Mami awalnya respect sama Indra, cuma lihat kondisi kamu kayak gini ini pasti semua gara-gara dia. Pasti," wanita itu masih saja menyalahkan menantunya. 

Meski seperti itu, Keisya tak membiarkan semua berlarut-larut. Keisya meminta pada Dokter mengulang kembali penjelasan tadi tanpa satu kata terlewat.

"Baik, Mbak. Jadi begini, Ibu, Mas. Pasien atas nama Keisya Shakira Jasmine ini qodarullah mengalami keguguran di saat usia kandungannya baru menginjak tiga bulan," ucap wanita berjas putih, memakai kacamata, "saat Mbak Keisya dibawa ke sini pun beliau sudah mengalami pecah ketuban."

"Nah itu pasti gara-gara dia, suaminya tadi sempat narik-narik gitu, Dok. Ada kemungkinan kala—" 

"Mami!" sela Keisya, "Udah Keisya bilang Mami diem dulu, coba kita dengerin penjelasan Dokter, Mi." 

"Iya-iya." 

"Ibu mohon bersabar, ya. Biar saya jelaskan dari awal hingga sekarang saya memegang hasil lab yang menyatakan kalau ada sesuatu yang diminum atau dimakan oleh Mbak Keisya yang di dalamnya terdapat racun pembunuh kandungan. Dan di sini saya menyimpulkan penyebab dari kegugurannya Mbak Keisya ini kemungkinan ada dua, karena Mbak Keisya meminum atau memakan sesuatu yang mengandung racun pembunuh janin dan terlalu banyak pikiran, kedua antara Mbak Keisya mengalami kejadian seperti terjatuh entah di toilet maupun di tempat umum misalkan yang membuatnya jadi pendarahan?" 

"Ja-jadi anak saya keracunan makanan, Dok? Tapi siapa? Siapa yang udah berani kasih racun pembunuh janin itu?" tanya Geisya penuh penekanan. 

Suasana di dalam ruangan itu seketika sunyi. 

"Mami ingat nggak pas pertama kali sampai di rumah mendiang Jessica, kita bertiga dikasih minuman dan camilan, kan, sebeluma kalian bertengkar. Kalian berdua emang nggak minum jus itu, tapi Keisya. Apa karena itu?" 

"Maksudmu salah satu dari mereka yang kasih racun itu?" 

Bersambung







After Wedding [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang