8.1 Eye of The Storm

91 13 0
                                    

Mengingat masih di Bandung, Jinan kembali menghampiri Villa Yang dulu dihuninya di daerah Dago. Tepat dimana ia berpisah dengan Zee sebelum akhirnya bertemu lagi saat melawan Madame Manon untuk terakhir kalinya.

Setelah bilas, Christy nampak lebih rapih dan akhirnya tersenyum setelah ia percaya dengan sosok yang baru saja menolongnya. "Kak, laper!" ucapnya tersenyum sambil mengetuk-ngetuk kursi kayu di depan televisi yang sedang Jinan duduki.

Jinan lalu mematikan televisinya dan mengajaknya keluar untuk mencari makan di pinggir jalan. Mereka tiba di sebuah warung tenda yang menyajikan lalapan. Mereka duduk di pojokan dan saling berhadapan kemudian menanyakan latar belakang Christy.

"Kakak tahu aku disini dari mana?" tanya Christy yang masih polos.

Jinan menjawab, "Saat anak buah dia menyerangku di Jogja, aku tak sengaja melihat jurnal harian mereka dan mengetahui ada sesuatu yang tidak beres dan aku memutuskan untuk bertemu dengan dia!"

"Kakak kenal dengan dia?"

Jinan mengangguk sekaligus menutup pertanyaannya, "Dia dulu kakak kelasku yang bisa di bilang memang rebel dengan kami!"

Waktu yang di tunggu tiba, makanan mereka pun datang dan di sajikan disebuah tudung aluminium saat dihantarkan mereka. Mereka sedikit kaget, tak biasanya warung seperti itu menyajikan makan malam seperti itu. Mereka dengan cepat mengambil garpu dan sendok sebelum membuka tudung saji tersebut. Saat dibuka, bukannya nambah nafsu makan, makhluk  ungu kecil berkaki enam melompat dari piring mereka masing-masing ke arah wajah mereka.

Masing-masing dari mereka sigap menangkis Xeno, makhluk kecil itu yang hendak melekatkan diri dengan wajah mereka. Namun, penjual di tempat itu dan beberapa pengunjung dengan cepat merespon dengan menangkap mereka masing-masing dari belakang.

"Christy, pakai Rythm dan Beatmu!" pinta Jinan yang sangat sulit untuk melawan pada saat itu.

Namun, Christy masih sedikit trauma dengan alat itu, terutama apa yang Nadila dan teman-temannya lakukan kepadanya dengan alat itu.

"Christy!" Jinan menjerit saat salah seorang dari mereka hendak memasangkan makhluk kecil itu di wajahnya.

Christy telat bereaksi dan diapun masih enggan menggunakan Rythm miliknya. Hingga pada akhirnya, ia terpaksa menggunakannya saat Xeno yang dilepaskan mulai mengerubungi kakinya dan hendak mencapai wajahnya.

Seluruh tubuhnya kini dialiri listrik dan membuat Xeno disekitarnya mati karena tingginya arus yang diberikan. Ia juga berhati-hati saat ingin membantu Jinan khawatir akan menyetrumnya juga.

*****

Di sebuah sekolah swasta ternama di daerah Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah sekolah swasta ternama di daerah Bandung. Christy yang pada waktu itu terlihat masih sangat bersemangat untuk sekolah. Ya, momen itu terjadi sebelum ia mengetahui tentang Rythm dan Idol dan bagaimana ia tercebur disana.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang