1.1 Let The Music Lead The Way

970 50 29
                                    

"Lo lari aja, lo gak bakalan nyampe kalo gue masih ikut. Biarin gue disini!" ucap Aurora yang terluka parah. Jinan menggendongnya, satu-satunya yang masih sehat. "Jangan noleh ke belakang!" imbuhnya.

Jinan tak menghiraukan ucapannya dan melihat apa yang telah terjadi saat ia tidak melihatnya. Tiga orang berbaju zirah modern datang menghampiri mereka.
Seorang wanita berbaju khas negeri kincir angin membuatnya sangat takut dengan kengerian yang ditimbulkannya. Sahabatnya mendorongnya sekuat mungkin dan membuatnya terjatuh ke sebuah kapal yang terparkir di pinggir sungai itu. "Aurora!" teriaknya melihat temannya yang tersisa sendirian menghadapi tiga orang itu.

Perlahan, kulit Aurora terlapisi corak cahaya ungu yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Di sekeliling corak ungu itu, kulitnya berubah menjadi batuan hitam seperti obsidian. "Lo gak bakalan bisa!" pekiknya saat sebagian dirinya berubah.

Madame Manon hanya diam menyaksikan Aurora berubah menjadi patung batu obsidian. "Bawa dia, kita ada pekerjaan rumah untuk yang satunya lagi!" perintahnya.

*****

Jakarta, 17 Juni 2021.

Bel sekolah berdering, menandakan waktunya pulang. Zee, siswi kelas dua yang baru saja selesai ujian, bergegas mengganti seragamnya dengan baju street dance. "Guys, aku duluan ya!" pamitnya sambil berlari menuju mobil ayahnya.

"Radio udah nyala, kaset udah siap, dandanan udah keren, Zee udah cakep. Oke, ayo berangkat!" ucap ayahnya sambil menjalankan mobil.

"Adek gak balik ke rumah dulu?" tanya sang ayah yang berada di kemudi.

Zee menggelengkan kepalanya dan sibuk membuat mie instan dalam gelas untuk sedikit mengganjal perutnya. Setelah sampai, ia meletakkan hasil ujiannya beberapa hari yang lalu di atas meja makan kemudian turun menemui teman-temannya yang sudah menunggu di sana.

Lapangan juga terlihat ramai oleh beberapa orang yang ingin menyaksikan dance battle antara dua klub yang berada di sana.

Ditengah keseruan itu, Jinan salah satu anggota Rythm Idol tengah bersembunyi ditengah kerumunan penonton sambil melihat-lihat ke tengah sekaligus menghibur diri. Sebuah alat yang bernama 'Rhytm' terpasang di sisi kanan pinggangnya menandakan ia selalu bersiaga apapun yang terjadi. Mengingat dirinya yang terakhir, apapun dapat terjadi kapanpun dan di manapun.

 Mengingat dirinya yang terakhir, apapun dapat terjadi kapanpun dan di manapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Rythm saat tergantung dan mode pistol)

Jinan mendengus saat melihat orang-orang berseragam dengan logo yang dikenalnya berada di antara penonton yang sedang menyaksikan Zee tampil.

Zee sedikit kehilangan fokus saat melihat Jinan, tapi tubuhnya masih mengingat semua gerakan yang harus ia lakukan. "Eh, kayaknya kakak itu diikuti!" ucapnya dalam hati. Ia juga mendengar suara penonton yang kurang senang akibat Jinan dan orang yang mengejarnya.

Jinan tak melihat lantai dan terjatuh di ujung kursi tribun yang cukup tinggi. Orang-orang itu berhasil meraih outernya dan Jinan segera berbalik untuk melawan mereka. Namun, mereka berhasil merebut Rythmnya dan melemparnya ke tengah lapangan. Penampilan Zee pun sejenak terhenti dan menjadi pusat perhatian.

"Kau yang terakhir, dan sayang sekali teman-temanmu tidak bisa melihatmu bersama Madame Manon nanti!" ujar ajudan-ajudannya.

Lepasin gue!" gerutunya sambil mencakar dan menendang mereka.

Zee yang berada di paling depan langsung meraih Rythm yang terjatuh di lapangan. Ia tak percaya bahwa ia bisa memegang senjata yang legendaris itu. Ia melihat Jinan yang sedang ditarik oleh ajudannya, dan ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. Ia membidik ajudannya dengan hati-hati, memastikan bahwa ia tidak akan melukai Jinan. Saat yakin, ia menekan pelatuknya dan melepaskan peluru plasma dari ujung Rythm tersebut.

Peluru plasma itu melesat dengan cepat dan tepat mengenai ajudannya di dadanya. Ajudan itu terhempas ke belakang dan jatuh tersungkur di lantai. Jinan dengan lincahnya menjauh dan menatap Zee dengan heran. "Lu mau bunuh gue?" tanyanya.

"Maaf, kak!" balas Zee yang masih membantu Jinan melawan ajudannya yang tersisa. Ajudan itu menyerang Jinan dengan pedangnya, tetapi Jinan berhasil menghindarinya. Zee pun ikut menyerang, memukul ajudannya dengan sebuah botol plastik yang ia temukan di dekat sana. Ajudan itu terhuyung-huyung, tetapi ia segera bangkit dan menyerang kembali.

Suasana di sekitar menjadi kacau. Para pengunjung berlarian ketakutan, berusaha menyelamatkan diri. Beberapa orang mencoba merekam apa yang terjadi dari jauh, tetapi mereka juga takut untuk mendekat. Mereka khawatir akan menjadi sasaran serangan para ajudannya.

"Gak usah nembak, please. Balikin Rythm itu ke gua!" pinta Jinan sambil berlari ke arah Zee. Namun, ajudan lainnya datang dan menyerangnya dari samping hingga Jinan terjatuh dan kepalanya terbentur beton.

Zee terdiam memegang kaset dan Rythm sambil melihat Jinan yang kini sudah dilumpuhkan oleh sekumpulan orang-orang berpakaian seperti sekte gelap dengan corak ungu. Zee pernah melihat simbol yang sama di Internet.

Pemimpin kelompok kecil itu kemudian setengah berdiri di tanah agar sejajar dengan Jinan yang dipaksa berlutut di atas tanah. "Kenapa kamu susah sekali untuk menyerah, Gwydion?" tanyanya.

Setetes air mata keluar dari mata kanannya saat memori hari itu terlintas di kepalanya dan kini ia merasa harinya sudah tiba.

Setetes air mata keluar dari mata kanannya saat memori hari itu terlintas di kepalanya dan kini ia merasa harinya sudah tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zee yang masih penasaran, mencoba memasukkan kaset bertuliskan 'Itoshiki Natasha' ke dalam Rythm. Ia merasa kaset itu memiliki ukuran yang sama dengan Rythm. Setelah memasangkan kaset itu, sebuah musik terdengar dari Rythm. Zee yakin bahwa ia melakukan hal yang benar. Setelah menekan pelatuknya, sebuah plasma keluar dari Rythm dan musik pun berhenti. Pelatuk itu kini berbalik ke arah Zee dan memberikan sebuah pakaian baru seperti seragam untuknya.

 Pelatuk itu kini berbalik ke arah Zee dan memberikan sebuah pakaian baru seperti seragam untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang yang melihat bertepuk untuknya. Jinan yang melihat berkas cahaya itu takjub melihat sosok yang baru saja hadir di depan matanya.

"Lo, lo, lo punya Aura Idol?" ucap Jinan terbata-bata.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang