20.3 Final Blow

51 8 2
                                    

Di lorong lain yang posisinya terbilang agak jauh dari pertarungan, Freya sedang mencoba melelehkan es yang dibuat oleh Zee untuk membekukan dirinya. Setelah beberapa menit, ia pun berhasil keluar darinya.

Febi yang juga telah siuman, nampak telah menunggunya disana dengan membawa Beat yang dahulu dipakai oleh Jinan untuk bertarung. "Gua baru tahu dia punya adik. Tapi muka lo gak ada mirip-miripnya!" ucapnya seraya berubah menjadi Idol, namun kostum yang dikenakannya kali ini persis seperti Jinan, hanya saja beda orang.

Freya tanpa basa-basi juga berubah dan berada dalam posisi bertahan. "Kenapa lo gak make Beat lo sendiri?" sindirnya seraya membuka pertarungan dengan menembakkan sorot cahaya kepada Febi.

Dengan kekuatan yang sama, tentunya Febi dapat menyerap Cahaya yang dipantulkan dan membuat pergelangan hingga sikutnya bercahaya menandakan energi yang masuk kedalam tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan kekuatan yang sama, tentunya Febi dapat menyerap Cahaya yang dipantulkan dan membuat pergelangan hingga sikutnya bercahaya menandakan energi yang masuk kedalam tubuhnya. Setelah itu, ia kembalikan tembakan tersebut kepada Freya. "Gua bakal buat lo ketemu sama kakak lo disana!" ucapnya. Febi lalu berlari dengan kencang dan meninju tepat dibawah dagu Freya.

Freya yang belum siap akan serangan fisik, terlempar ke udara kemudian terjatuh ke tanah. Belum sempat ia mencoba berdiri, Febi menarik rambutnya lalu menembakkan sebuah cahaya bewarna hitam dengan outline putih hasil campuran dengan kekuatan yang dimilikinya. Cahaya itu ia tembakkan dari telapak tangannya tepat di dada Freya dan membuatnya terpental cukup jauh akibat serangan itu. Febi tidak memberikan nafas sama sekali, cahaya itu ia tembakan hingga membuat Freya terguling berkali-kali akibat dorongan cahaya tersebut. "Saat cahaya itu hilang, hanya kegelapan yang tersisa!"

Freya mencoba bangkit dengan salah satu tangannya, namun Febi menembaknya kembali dan membuatnya terhempas beberapa meter.

"Lo mau liat bagaimana kakak lo mati kan?"

Kali ini, Freya mencoba menyilangkan kedua tangannya dan seperti membuat sebuah perisai dengan warna seperti kristal warna-warni yang berkilau. Tembakan demi tembakan ia tahan walau meretak, namun perisai itu ia perbaiki terus dengan kekuatannya yang tersiksa.

"Bagaimana kalo lo rasain sendiri biar cepet ketemu kakak lo itu!"

Freya dari balik perisainya bertanya, "Kenapa lo benci sama gua? Harusnya gua yang benci lo karena udah bunuh kakak gua!"

"Karena kalian gak pantes buat disebut Idol!" balas Febi.

****

Di sisi lain, Vendrax berhasil memukul mundur Marsha dan Zee, kini tinggal dia bertarung dengan Christy. Christy dengan dua pedang yang ia buat dari listriknya ia gunakan sebagai senjata untuk mencoba melukai tubuh Vendrax.

 Christy dengan dua pedang yang ia buat dari listriknya ia gunakan sebagai senjata untuk mencoba melukai tubuh Vendrax

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vendrax menahan kedua belasahan pedang listrik itu den berhasil mematahkannya. Dengan teknik pertarungan yang bagus, ia mengubah gerakan tangannya dari posisi bertahan dan melakukan gerakan untuk menjauhkan kedua tangan Christy dengan mendorongnya keluar pada arah berlawanan. Posisi terbuka itu memberinya kesempatan untuk melakukan pukulan balik berkali-kali. Pukulan dari kanan, kiri, kanan, kiri bergantian secara terus menerus.

"Zee, Marsha! Gua gak bisa tahan ini lebih lama!" ucapnya yang mulai kehilangan keseimbangan dan pola untuk melindungi dirinya dari serangan Vendrax.

Tangan kanan Vendrax lalu berubah menjadi berlian padat yang sangat tebal. Christy tak bisa melihat hal tersebut akibat ia menutupi wajahnya dengan kedua lengannya, sehingga satu pukulan yang cukup keras dari Vendrax mampu membuatnya terpental jauh.

Vendrax memiliki suara yang cukup unik, bukan suara asli melainkan suara-suara yang familiar ditelinga mereka. Perpaduan suara para Idol yang sudah ia serap membuat lapisan-lapisan suara yang terdengar berpadu. "Aku memiliki kekuatan kelima teman kalian, kalian harusnya mengerti bahwa diriku tidak terkalahkan!"

Zee dengan ambisi yang tinggi, kembali bangkit dan mengeluarkan dua buah bola air raksasa dari kedua tangannya. Dirinya kemudian melompat tinggi dan bersiap menghantam Vendrax dengan air itu.

Warna hijau pada tubuh Vendrax seketika berubah menjadi oranye dan ia mulai mengeluarkan sebuah tembakan api dari tangannya yang membuat bola-bola air itu menguap. Kini ia berubah warna menjadi hijau dan menjebak Zee pada sebuah bola yang membuat waktu menjadi lambat. Disaat itulah, Vendrax mengeluarkan seluruh macam kekuatan dari para Idol yang telah ia serap kedalam bola tersebut, memberikan serangan bertubi-tubi.

Zee dengan gerakan super lambatnya, hanya bisa melihat puluhan elemen ofensif berada di depannya dan mungkin akan membunuhnya saat itu juga. Akan tetapi, ia menggunakan iRythm miliknya sebagai pelindung.

Blarrrr

Ledakan hebat terjadi dan Zee terjatuh di samping Marsha. iRythm nya rusak dan seketika ia kembali ke wujud tanpa ishou Idol miliknya.

"Zee!" Marsha yang melihat Zee terluka disampingnya, segera ia bopong dan berusaha untuk dibawa sedikit menjauh seraya ia membetulkan alatnya.

Namun, akar-akar tanaman dengan cepat tumbuh dan mengikat kedua kaki mereka ke atas tanah. Mereka berdua terjungkal dan iBeat milik Zee terjatuh ke tanah. Warna birunya berubah menjadi gelap dengan sedikit-sedikit pantulan cahaya.

Mereka segera membalikkan badannya dan menghadap ke arah Vendrax yang kini berjalan kearah mereka. "Kalian selalu menjadi benalu!" ucapnya dengan suara dari para Idol yang terdengar jelas saling sahut menyahut mengulang perkataannya. Seperti paduan suara namun suaranya saling sahut menyahut, dengan lead pada suara Fiony, disusul suara Chika hingga Shani yang semakin belakang semakin pudar suaranya. "Gwydion selalu berbicara ramalan bahwa kau yang akan mengakhiri ini semua, dan akui dia memang benar!"

Vendrax lalu mengeluarkan dua buah bola energi dari kedua telapak tangannya yang semakin lama semakin membesar.

Zee dan Marsha hanya bisa sedikit memejamkan matanya menahan silau hal tersebut dan juga menggunakan salah satu tangan mereka untuk mencoba melindungi diri.

"Dia memang benar, saat kau tiada, semua rencana kami untuk mengambil alih sisi dunia ini akan berjalan dengan sangat lancar!" sambungnya. Vendrax lalu mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, lalu mendorong kedua bola energi tersebut ke arah mereka.

Zee dan Marsha memejamkan matanya. Terdengar suara menggelegar, namun mereka masih dapat merasakan udara disekitar mereka. Saat mereka membuka matanya, Christy menggunakan punggungnya untuk memberikan mereka perlindungan terakhir darinya.

"Christy!!"

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang