11.1 Aftermath

56 12 2
                                    

Jadi, masih ingat dengan Zee berubah di dalam kereta dan menunjukkan identitasnya di depan penumpang? Video itu kini menyebar dengan cepat dan menjadi buah bibir masyarakat. Dimana-mana membicarakan Zee yang menyelamatkan para penumpang saat kereta itu anjlok dan tenggelam di sungai.

Kemanapun ia pergi, siapapun akan berlarian unuk berusaha salaman dan juga berfoto dengan dirinya. Namun, Jinan dan Shani yang menjaganya sebisa mungkin memberinya ruang untuk bergerak. Karena kemanapun ia pergi, selalu banyak kerumunan.

Agenda hari ini benar-benar tak terduga. Berkat aksi heroiknya, Ia bersama rekan-rekannya di panggil ke Departemen Pertahanan untuk dimintai bantuan. Kini, mereka kembali bertujuh dengan salah satu Idol lama yang telah bertemu kembali dengan Shani, yaitu Feni.

Sementara Zee, dan empat lainnya sudah dapat berdiri. Akibat luka yang cukup berat, Feni dan Jinan masih berada di rumah sakit militer untuk mendapatkan perawatan intensif setelah Shani bercerita apa yang terjadi dengan mereka.

Di ruangan rapat itu, kini hanya ada Shani, Zee, Fiony, Christy, dan Marsha sementara Amanda mendapatkan tur khusus ke bagian teknologi dari departemen pertahanan.

Tak hanya uang, berbagai fasilitas penunjang lainnya juga disediakan oleh pemerintahan untuk mereka seperti apartemen pribadi, kendaraan, dan akses gratis ke seluruh fasum di Indonesia sebagai bentuk terima kasih untuk membebaskan Jakarta. Aksi heroik Zee kemarin di kereta memberikan pemahaman pada mereka mengenai keberadaan mereka, para Idol.

"Jadi, kamu sebagai Kapten dari remaja-remaja tangguh ini?" ujar seorang yang nampaknya sebagai salah satu petinggi di Departemen Pertahanan. Ia mengenakan seragam jendral dengan banyak ornamen yang menggambarkan prestasi dan pangkat. Wanita itu cukup tua, rambutnya sebagian memutih dengan ciri khas bondol khas tentara wanita. Ia tak terlalu tinggi, lebih rendah dari pada Zee dan membawa tongkat.

Shani merendah saat ia menghampirinya dan mengelus kepalanya seperti mendekati anaknya. Seketika Shani teringat akan Ibunya yang telah tiada dan matanya mulai basah.

"Kamu kenapa?" tanya Bu Kejora, sang jenderal.

"She, lost her family!" balas Marsha kepada Bu Kejora.

Bu Kejora menatapnya, "Nanti saja, baru saja ibu mau bertanya kalian selama ini kemana? Dulu, setelah monster-monster itu kalian kalahkan, kalian menghilang begitu saja, nama lengkap mu kalau boleh tahu siapa?"

"S... S... Shani, bu," balasnya.

"Shani aja?"

"Shani Indira Natio," celetuk Zee.

Mata Bu Jendral membesar, langsung ia mengeluarkan foto dari saku bajunya dan memperlihatkannya pada Shani. "Kamu keluarga Natio? Ibu dulu sangat dekat dengan ibu mu!" balasnya.

Shani mengambil foto itu dan tersenyum tidak percaya, orang yang sering ibunya ceritakan kini berada di depan dirinya. Shani kembali berdiri kemudian memeluk Bu Kejora.

Setelah itu ia menanyakan kepada mereka terutama Fiony, Christy, Zee, dan Marsha. "Kalian?"

"Umm, aku Boarding School di Jogja dan orang tua ku masih ada!" balas Fiony.

"Kami dulu satu sekolah. Tapi saat Jakarta diserang pada waktu itu, kami terpisah dengan masing-masing keluarga kami!" ujar Zee sambil merangkul Marsha.

"Bangsa Monster itu menguasai sebagian Kota Bandung dan keluargaku telah menjadi Host dari parasit-parasit itu!" balas Christy.

*****

"Jadi, bagaimana pasien kita?" ucap seorang dokter yang bekerja di Rumah Sakit Pusat milik Departemen Pertahanan. Berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya di rumah sakit biasa dimana kedua pasien dibaringkan seperti biasa, namun kali ini terdapat banyak kabel terpasang di tubuh mereka seperti mengukur denyut listrik yang mengalir di saraf-saraf mereka.

"Kenapa, kedua anak ini memiliki hasil yang berbeda?" ucap sang Dokter saat memberikan listrik kepada mereka untuk melihat reaksi di dalam tubuhnya. Sang Dokter tidak mengetahui Idol Aura milik Jinan masih berada di Shani dan belum di kembalikan ke tubuhnya.

"Sebelah kiri hanya manusia biasa, balikin dia ke mereka. Kita hanya butuh si rambut pirang ini!" ucap sang Dokter.

Asistennya mendekatinya dan bertanya kembali untuk memastikan, "Kau yakin anak ini tidak menguping?" sambil menunjuk ke arah Jinan.

Sang dokter tertawa dan berkata, "Kalau mulut dia ember. Aku tahu, siapa yang akan menjadi tumbal untuk kelakuannya!"

*****

"Cie, yang udah sembuh!" sambut Fiony saat melihat Marsha mendorong kursi roda Jinan keluar dari kamarnya.

Marsha yang mendorongnya lalu memeluknya erat dari belakang dan senang melihat sosok yang menjaganya sudah kembali. "Kak Jiiiiiiii!!!!" serunya riang.

"Hoek!" balas Jinan yang memukul tangan Marsha yang sedang memeluknya. "Lepasin, gak bisa nafas gua!" balasnya.

Jinan menatap Shani yang berada disana. Ia ingin berdiri dan menghantamnya, namun tubuhnya belum terlalu kuat untuk berdiri. "Balikin Aura gua!" ucapnya. Ia mencoba mendorong dirinya dengan kedua tangannya, namun kedua saraf nya masih sakit.

Shani menatapnya dengan tertawa menganggapnya tidak serius. "Matron udah tewas! Tinggal masalah Vendrax aja dan kita dibantu militer kali ini!" balas Shani. Setelah percakapan singkat, ia berjalan memimpin tim kecil itu menuju lift.

Di lantai dasar, sudah ada Amanda dan teman barunya, yakni cucu dari Bu Kejora yang seumuran dengannya. "Ci, kenalin, Indira!"

Shani dan yang lainnya kaget mendengar nama itu karena namanya yang mirip dengan nama lengkap Shani.

"Halo, Indira. Aku Shani Indira!" ucap Shani memberikan lambaian tangan kepadanya.

*****

Dari atap gedung, nampak seseorang yang familiar tengah mengawasi mereka yang berjalan bersamaan menuju mobil yang dikendarai oleh Shani. Tangan kanannya yang terdapat sebuah string musik panjang, ia kibaskan seperti memecut udara dan melontarkan setiap tangga nada yang berada di sepanjang string tersebut.

Fiony yang merasakan sesuatu dibelakangnya, menengok dan melihat benda-benda mirip nada melayang ke arahnya. Tangannya ia gunakan untuk melindungi jantung dan wajahnya. Namun, musik itu tidak memberikan luka atau goresan kepada tubuhnya, tapi perlahan masuk kedalam tubuhnya seperti benda yang tenggelam di air.

Saat Fiony menurunkan tangannya, ia tidak melihat siapa-siapa disana dan sebagian orang memperhatikannya dan bertanya kepadanya. Ia menjawab, "Tadi aku lihat orang disana!"

"Mana, halusinasi mu kali!" balas Zee.

Mereka lalu kembali berjalan dan menceritakan apa saja yang telah dilewati oleh Jinan selama ia koma.

"Maaf, Jinan. Gua terpaksa menahan Idol Aura lu, udah cukup lu menderita gara-gara Aura itu. Biarkan generasi baru yang akan mengurus ini!" bisik Shani dalam Hatinya.

Zee yang berjalan dibelakang Shani sambil memegang kedua sisi bajunya untuk berlindung dari sinar matahari, tak sengaja membaca pikiran tersebut. "Ci?" bisiknya dalam hati.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang