18.2 Ad Astra Per Aspera

63 9 0
                                    

Beberapa hari sebelumnya di dunia Erebos.

Jinan merasakan sakit yang luar biasa dari seluruh tubuhnya. Ia tergantung terbalik dengan kedua tangannya terikat ke atas kepala dan kedua kakinya terikat rapat di bawah. Sekilas, ia melihat Febi yang sedang menginterogasinya dengan nada serius di wajahnya. Tidak jelas apa yang dia inginkan, namun ia merasa tidak bisa mengungkapkan informasi apa pun.

"Jangan buang waktu kita, Jinan. Lo tahu persis apa yang gua inginkan," kata Febi dengan nada tegas.

Jinan hanya tersenyum tipis dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Febi mendekat dan memegang kedua pipi dengan jemarinya. "Kalau begini terus, gak akan ada kemajuan!" tambahnya. Ia marah dan terlihat sedikit frustasi, "Oke, emang gua harus lakuin cara ini!"

Jinan tersenyum dan membalas ucapannya, "Sampe gua matipun gua gak akan jawab!"

"Makanya gua gak akan buat lo mati sampe lo jawab." tegas Febi.

Tiba-tiba, ia terkejut saat melihat Zee dan Chika yang dibawa masuk oleh anak buah Febi. Mereka juga dalam tergantung seperti dirinya dan kini berada di sisi Febi. Ia terkejut karena tidak pernah menyangka bahwa dua temannya itu juga telah ditangkap.

"Lo pengecut!" ucap Jinan sambil berusaha untuk berbicara dengan jelas meski kepalanya terasa pusing.

"Lo bisa menyelamatkan mereka dengan memberitahu kami apa yang yang lo lakuin waktu itu," ucap Febi dengan nada dingin.

"Enggak akan!" sahut Jinan dengan tegas.

Febi tersenyum sinis sambil memandang ke arah Zee dan Chika yang masih tergantung dan merintih kesakitan. "Aku akan memperlakukan mereka dengan cara yang sama seperti yang aku lakukan padamu, kecuali jika kamu mau memberitahu kami rahasia itu, kenapa mereka bisa menggunakan kekuatan mereka lagi?" ucap Febi dengan tegas.

Jinan merasa terpukul mendengar ancaman tersebut, ia tidak ingin rekan-rekannya harus mengalami hal yang sama seperti dirinya. Namun, ia tetap teguh pada prinsipnya.

Saat Jinan tetap diam dan tidak memberikan informasi, Febi memerintahkan anak buahnya untuk melakukan apa yang Febi lakukan ke Jinan kepada Zee dan Chika. Mereka mulai menggunakan setrum dari ujung tongkat senjata mereka itu hingga mereka merintih kesakitan.

"Jauhin tangan lo dari mereka," tanya Jinan dengan nada tegas namun raut wajah yang khawatir.

"Jangan khawatir, kami tidak akan membunuh mereka. Kami hanya akan mengajarkanmu sebuah pelajaran," ucap Febi.

Mendengar ekspresi mereka, Jinan pun menyerah "Arghh, gua mengembalikan sebagai Idol Aura mereka yang sudah kunci kedalam diri mereka masing-masing," ucap Jinan akhirnya.

Febi tersenyum dengan puas saat mendengar ucapan Jinan. "Memang menggunakan anak-anak amatir tidak pernah gagal!"

Febi hanya menatapnya dengan tatapan dingin dan tajam, ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Lalu, Febi dan anak buahnya pergi begitu saja tanpa melepaskan mereka sesuai janjinya.

****

Kembali ke waktu sekarang, Freya masih terdiam saat melihat foto polaroid yang dilemparkan oleh Febi saat ia kabur. Tangan kanannya mengarahkan cahaya kepada Fiony untuk mengobati luka tusukkannya namun pandangannya masih berada difoto itu, seolah-olah ia dapat membagi dua pikiran sekaligus.

"Ummm, Fre?" tanya Shani yang melihatnya sedang serius melihat foto polaroid itu. Tampak Freya sedang membaca tulisan yang berada dibelakangnya. Shani perlahan mendekati dan ikut menurunkan lututnya. "Kalau tidak salah itu kakakmu ya?" ucapnya sambil mengelus rambutnya.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang