9.0 Rythm Divergence

71 9 10
                                    

"Aku kembali, dasar orang-orang bodoh. Mereka kira aku dapat mati dengan begitu mudahnya? Orang bodoh mana yang mati dengan kekuatan serendah itu sementara kau memiliki kekuatan dari Erebos dan juga kekuatan dari Jeanne D'Arc!

Para Rythm Idol mengira mereka dapat membunuhku dengan mudah? Kali ini aku akan membunuh kalian seutuhnya. Terutama kau, Azizi Shafa Asadel. Keluarga mu yang lain masih hidupkan? Tentu kau akan melihat keluarga kau mati dibunuh oleh Rythm idol lagi, tapi kali ini semuanya!"

 Keluarga mu yang lain masih hidupkan? Tentu kau akan melihat keluarga kau mati dibunuh oleh Rythm idol lagi, tapi kali ini semuanya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Matron)

"No more Manon. Now, returning to Matron!" ucap siapa lagi kalau bukan sosok yang di takuti oleh Jinan yang kini bangkit kembali. Namun bukan dengan bentuk yang menakutkan sebagai Madame Manon, yakni kembali sebagai Matron, sang Idol Generasi pertama.

Dari reruntuhan kantor kedutaan yang dulu ia gunakan untuk melawan para Rythm Idol, ia memanggil burung elangnya untuk membawanya pergi kembali ke mansion miliknya dan mempersiapkan segalanya untuk balas dendam kepada mereka.

****

Nadila, saat itu baru kembali berbelanja dan tiba di tempat tinggalnya sekaligus laboratorium miliknya untuk bereksperimen. Saat ia tiba, ia kaget melihat Rachel, temannya saat itu terkapar di lantai dengan darah yang masih segar mengalir dari tubuhnya. Melihat bekas luka terdapat tanda yang ia familiar dengannya, nyalinya seketika menciut. "Ma, ma, Matron..." bisiknya.

Nadila dengan cepat berlari ke kamarnya dan mengambil Beat dan Rythm dari bawah kasurnya. Belum sempat berubah, seseorang menusuknya dari belakang lalu menendangnya ke lantai. Ia terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Dimana mereka?" tanyanya siapa lagi kalau bukan Matron yang sudah menunggunya sedari tadi.

"Jog, jogja!" ringkihnya seiring mencoba meraih Rythm miliknya.

Namun, Matron yang melihat hal tersebut, mencabut pedangnya lalu menusuk Rythm milik Nadila hingga hancur berkeping-keping. "Kau sekarang milikku, Canens!"

Nadila berteriak seiring tubuhnya berubah menjadi batu obsidian dengan corak ungu yang perlahan terukir di wajahnya, sama seperti dahulu ia menghabisi Aurora di depan Gwydion. Nadila mengingat bayangan itu yang ia lihat saat mencoba melawan Jinan di kafe kecil itu.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang