19.3 Gate

50 7 5
                                    

"Christy, bangun!" ucap Feni yang berhasil mengangkatnya dari sungai. Ia melakukan beberapa tindakan darurat seperti menekan dadanya untuk mengeluarkan air dari sistem pernapasannya.

 Ia melakukan beberapa tindakan darurat seperti menekan dadanya untuk mengeluarkan air dari sistem pernapasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah beberapa saat, Ia dapat melihat tarikan nafas di dadanya menandakan ia masih hidup. Feni meminta Amanda and the gang untuk membawanya ketempat yang lebih aman sementara ia bersama Shani dan Gracia mencoba memisahkan Chika dari Zee yang saat itu sedang bertarung satu sama lain.

Febi yang masih disana, tertarik dengan seseorang yang belum pernah ia temui, siapa lagi kalau bukan Freya. "Kalian yang rekrut dia?" tanya Febi sambil menunjuk ke arahnya.

Zee menengok sejenak dan kembali melindungi dirinya dari serangan Chika.

Febi lalu mendekatinya saat melihat Freya satu-satunya di antara mereka yang masih dapat berdiri. Yang lain terlihat bergerak terbata-bata akibat kutukan yang ada di pergelangan tangan mereka. "Lo siapa?" tanya Febi.

Freya diam tidak menjawab, tatapannya kuat dalam posisi bertahan, berjaga-jaga bila tiba-tiba ada yang menyerangnya dari segala arah.

"Pas ya kalian semua bersembilan lagi, tapi sayang si Jinan udah bye-bye?" celetuk Febi. Ia semakin memaksa Chika untuk menggunakan kekuatan dari Idol Auranya agar kutukan mereka menyala dan tidak ada yang dapat bangkit.

"Jinan?" lirih Freya.

Febi yang mendengarnya lalu menepuk pundaknya seraya berkata, "Kau harus tahu anak baru, betapa senangnya diriku saat menghabisi dirinya. Belum pernah aku menikmati perburuan ini. Aku bisa saja tidak membunuh dia, tapi inilah keinginan dari sosok dendam yang kini berada di tubuhku!"

Saat Febi lengah, Freya mengarahkan satu pukulan kencang dari kepala tangan kearah wajahnya. Namun Febi dengan mudah menahan pukulan itu dengan satu tangan. "Panggil gua, Freya!" ucapnya dengan tarikan napas cepat. Wajahnya kini memerah panas menandakan ia mulai benci dengan perkataannya.

Febi dengan mudah membanting Freya dengan satu tangannya, namun Freya dengan sigap memposisikan badannya kembali berdiri setelah salto di udara. "Sepertinya kau orang yang menarik, mungkin aku akan menghabisimu sama sepertinya!"

Freya menaikan alis kanannya. Kedua telapak tangannya lalu bersinar sebelum ia menembaki Febi dengan sinar cahaya.

Febi berhasil menghindar lalu membuat perisai dari bayangannya. "Kalian memberikan kekuatan Jinan kepadanya?" celetuk Febi. "Akan ku habisi dia sama sepertinya!" sambungnya. Febi sepertinya tidak tahu bahwa ia adalah adik dari Jinan, mengingat dia hanya mengetahui seluruh keluarganya telah mati pada waktu itu.

Freya memutar otaknya dan mencoba melawannya dengan fisik. Kaki kanannya menyapu tanah dan menendangnya ke salah satu kaki Febi dan membuatnya terjungkal. Dengan cepat, ia duduk di atas Febi untuk menahan badannya, kemudian meletakkan kedua telapak tangan di depan matanya.

Mata Febi lalu terpejam rapat melihat cahaya yang membutakan keluar dari kedua tangannya. "Silau bangsat!" teriaknya. Tangannya lalu bergantian mencekiknya dan keadaan kini seimbang. Freya kesulitan bernapas dan Febi matanya masih beradaptasi dengan gelapnya langit malam. "Kuat banget sih lo anak baru!" bentak Febi.

Seperti dua perempuan sedang bertengkar, mereka kini hanya adu pukul dan saling jambak-jambakan di atas tanah.

"Haduh, padahal gua mau liat si Freya hajar si Febi," celetuk Marsha.

*****

Dalam pertarungan yang berkecamuk, Freya dan Febi saling melancarkan serangan tanpa henti. Mereka bergulat dengan kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki, menciptakan suasana yang penuh ketegangan di sekitar mereka. Tapi walaupun Febi memiliki kekuatan dari sosok dendam yang ada di dalam dirinya, Freya dengan keberanian dan keahliannya berhasil menandinginya.

Setelah beberapa saat pertarungan sengit, Freya menemukan celah di pertahanan Febi. Dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, ia mengarahkan serangan terakhirnya ke tubuh Febi. Pukulan itu mengenai sasaran dengan tepat, membuat Febi terjatuh ke tanah dengan nafas yang tersengal-sengal.

Dalam keadaan yang rumit ini, perasaan dendam dan kebencian masih menguasai Freya. Walaupun Febi sudah kalah dan tak berdaya, Freya merasa dorongan kuat untuk melampiaskan kemarahan yang ia simpan selama ini.

Dengan kecepatan dan kekuatannya, Freya memutuskan untuk melancarkan serangan terakhirnya. Ia mengarahkan pukulan mematikan ke arah Febi, yang tak dapat berbuat banyak dalam keadaannya yang lemah.

Namun, tiba-tiba Feni, yang sebelumnya membantu Christy, datang melintang di antara mereka. Dengan tangkas, Feni berhasil memisahkan Freya dari Febi. Dia menahan serangan Freya dengan kekuatan yang tak terduga.

"Frey, berhentilah!" seru Feni dengan suara lantang. "Ini bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah. Kau tidak bisa membalas dendam dengan dendam!"

Freya terdiam sejenak, tatapannya penuh amarah. Namun, kata-kata Feni mulai menembus hatinya. Dia menyadari bahwa kebencian dan dendam hanya akan memperburuk situasi dan tidak akan membawa keadilan.

Feni meraih tangan Freya dengan lembut, berusaha menenangkan dirinya. "Mari kita berhenti di sini," ujarnya dengan lembut. "Kita bisa menemukan cara yang lebih baik untuk mengatasi masalah ini. Jangan biarkan kemarahan menguasaimu."

Tiba-tiba, Marsha melompat kearah Feni dan menariknya agar menjauh dari Freya. Dengan kekuatan technopath-nya, ia membuat sebuah borgol energi untuk mengunci salah satu tangan Feni ke sebuah tiang. "Frey, Lanjutkan! Habisi saja bocah itu!"

"Frey, jangan!" seru Feni.

Marsha pun mengeluarkan pistol laser dari kedua sakunya dan ikut menghabisi Febi. Setelah itu, dua buah sarung tangan besi ia buat dengan merubah pistol lasernya dan ia gunakan untuk menghajar Febi lebih dalam ke tanah. "Mampus lo!" teriaknya.

Shani dan Gracia datang mencoba menahan Marsha yang saat itu sedang mengamuk. Shani melindungi Febi dengan berliannya sementara Gracia segera mengunci Marsha dengan membekukannya di dalam waktu.

Tiba-tiba sebuah teriakan kencang terdengar, "Mosasaurus Rex!" Ternyata itu Zee dan Chika yang bersama-sama membuat sebuah benda sangat besar. Mosasaurus Rex yang terbuat dari api dan diselimuti air diluarnya jatuh dari udara dan mengarah ke Febi yang terkunci di tanah.

Marsha segera mundur dan melompat untuk menghindari hantaman air tersebut.

Blarrrr

Air pun terhempas kuat dari sekitarnya dan menyiram orang-orang disekitar. Febi masih sadar namun tubuhnya terlalu sakit untuk digerakkan.

Freya menghampiri lalu menghancurkan Beat yang ia miliki. Febi hendak mengelak namun ia tahu kini dia sudah kalah. "Lo udah kalah!"

Ekspresi Febi berubah 180 derajat, ucapannya serasa orang yang benar-benar berbeda kali ini. "Kalian, lari! Vendrax ada disini!"

"Tungg...," belum selesai Shani berbicara, sebuah ledakan muncul ditengah mereka dan menghempaskan mereka semua ke sekitar. Freya dan Febi kini tercebur ke kanal sementara yang lainnya masih berada di plaza sebelah kanal.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang