4.2 Kerensa's Journey

95 16 10
                                    

"Dimana gua?" bisik Azizi di dalam hatinya. Saat hendak bergerak, tangannya tak dapat digerakkan seperti ditahan sesuatu, ia juga tak dapat menundukkan kepalanya dan juga menggerakkan kakinya. Didepannya terlihat seperti ada lapisan tebal namun sangat transparan yang membelokkan cahaya dari segala penjuru dan membentuk seperti pelangi di depan matanya. Di seberangnya, ia melihat seluruh Beat yang ia miliki serta Rythm-nya berada di sebuah koper kaca.

Dari belakangnya, ia merasakan hawa seseorang masuk ke ruangan tersebut yang tak lain tak bukan adalah Nadila yang berhasil melumpuhkannya di terminal dan membawanya ke tempat entah berantah.  Ia menyalakan lampu sorot ke arahnya yang lalu memperlihatkan seseorang lain yang berada di depannya. Hanya terpisah oleh sebuah meja dengan dua buah Rythm dan Beat di atasnya.

"Jadi, bagaimana rasanya terkurung dalam kotak akrilik?" tanyanya sambil mengetuk-ngetuk kotak kaca dimana Zee berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, bagaimana rasanya terkurung dalam kotak akrilik?" tanyanya sambil mengetuk-ngetuk kotak kaca dimana Zee berada. "Kau seharusnya tidak berpikir untuk berangkat ke Jakarta!" sambungnya. Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah dek kartu dan mengambil lembar paling atas. Selembar kartu itu lalu dilemparnya dari himpitan jari telunjuk dan tengahnya ke kaca akrilik dimana Zee dikurung.

Perlahan, kaca itu retak dan Zee terjatuh ke lantai akibat tak siap dengan apa yang terjadi. Tenaganya tergores beberapa serpihan kaca dan ia kesulitan untuk berdiri saat serpihan kecil-kecil melukai telapak tangannya saat hendak mendorong tubuhnya. "Gua cuma mau keluarga gua balik!" lirihnya yang saat itu benar-benar lemah. Tanpa Seifuku-nya, semua sakit yang dirasakan akibatnya benar-benar tidak teredam.

Nadila tidak peduli, dengan sekali ayunan dari tangan kanannya, Zee terhempas cukup jauh hingga membuat tembok sedikit retak. "Tanpa Beat dan Rythm, kau bukan siapa-siapa!" ucap Nadila.

Belum sempat berdiri, Nadila menarik kerah hoodie yang dikenakannya dan mengangkatnya. Tenaganya yang sangat kuat membuat Zee kalah saat ia mencoba menarik diri.

"Ayo berdiri! Bagaimana kau mau melawan Manon kalau kau lemah seperti ini?" tambahnya. Setelah melepas Zee dan menjatuhkannya, tepat saat sebelum menyentuh lantai, ia menendang cukup keras sisi jantungnya dan menyeretnya ke bawah Meja dimana Beat dan Rythm-nya berada.

Nadila kini menggunakan kekuatan gelombang suaranya dan menembakan sonic boom yang membuat Zee terhempas menjauh dari meja tersebut.

"Hentikan, lu malah nge bunuh dia!" ucap sosok lain yang masih berada di dalam kotak akrilik di ruangan itu.

"Diamlah, Xhante. Kau yang kuat saja kalah melawanku, apalagi anak kencur ini!" balas Nadila. "Lagipula, anak kencur ini sok-sokan mau lawan si brengsek Manon sendirian?" tambahnya.

Zee ketakutan, dan pikirannya mulai kabur. Kini ia hanya memikirkan bagaimana caranya agar tetap hidup.

"Woy, fokus!" teriak Nadila yang memberikan tinju di perutnya hingga ia sedikit muntah darah dan tak sanggup bangkit. Hingga akhirnya, ia berada pada titik menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk bangun. Melihat kondisinya sekarang, wajahnya tampak tak berharap banyak darinya. "Kalo lu lawan gua masih segini doang, pas lawan Manon jadi apa lu tanpa kekuatan lu?" tambah Nadila.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang