17.1 Must Be Now

46 9 2
                                    

Jakarta Selatan, tepatnya di sebuah Stasiun Bawah Tanah yang dulunya merupakan jalur metro aktif melayani pinggiran ibu kota, kini terbengkalai. Stasiun itu memiliki empat tingkatan pada lantai atas yang mulai terlihat tak terawat sementara pada dua tingkatan basement-nya masih menyala.

Di gedung yang menapak tanah, seseorang ditemani beberapa orang terlihat sedang memperbaiki panel-panel surya yang dibuat agar berkamuflase layaknya benda yang sudah lama ditutupi tanaman. Gedung tersebut dulunya merupakan Stasiun Metro Layang yang kini sudah tidak terpakai. Kini mereka menggunakan Stasiun Metro di bawah tanah sebagai tempat tinggal mereka, seperti pengungsi yang lain.

Gracia yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya, duduk bersandar di puing-puing beton sisa atap bangunan yang runtuh. Dari lantai atas itu, ia melihat pemandangan gedung pencakar langit yang dulu gemerlap, sekarang berubah menjadi menara-menara yang dikuasai bangsa Erebos untuk mengaktifkan semacam kekuatan besar dari sana.

Tiba-tiba, dirinya mengerang kesakitan sembari memegang pergelangan tangan kanannya yang terdapat corak kutukan, persis seperti apa yang berada di tangan Shani.

"Gre, kamu kenapa?" tanya teman-temannya yang lain melihatnya meringkuk dipojokan.

Salah satu dari mereka lalu mengeluarkan peralatan medis dan segera memeriksa kondisinya. Ia melihat rambatan seperti akar berwarna ungu di nadi pergelangan tangannya. "Tahan!" ucapnya sambil menekan bagian yang terdapat bekas tersebut dengan kedua jemarinya. Sebuah cahaya muncul dan bekas kutukan itu lalu mengecil dan pudar untuk sementara waktu.

 Sebuah cahaya muncul dan bekas kutukan itu lalu mengecil dan pudar untuk sementara waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gracia | source: twitter @271098

Gracia Kemudian menenangkan dirinya setelah kejadian tersebut. Setelah keadaan membaik, ia terlintas pikiran mengenai gadis yang baru saja membantunya. Gracia lalu duduk kemudian menarik lengannya, "Bagaimana kamu bisa melakukan itu?"

Gadis itu tersenyum dan menjawab, "Kakakku memberi tahuku bahwa aku sama sepertinya!"

"Kakakmu?"

Gadis itu menangguk, "Tapi yang terakhir aku ingat dia menitipkan ku di Panti dan tidak pernah kembali lagi. Dia bilang dia ada urusan sebentar."

"Kalau boleh tahu, siapa namanya?" tanya Gracia halus.

"Namanya, Jinan Safa!"

Gracia tersentak, "Jinan Safa? Apa kau tahu dimana dia sekarang?" hanya untuk memastikan.

"Sayangnya tidak," jawab gadis itu sedih, "Aku sudah mencari kemana-mana tapi tidak berhasil menemukannya. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orang-orang ini."

Gracia merenung sejenak, mencoba mengingat-ingat kejadian itu, tentu ia tidak lupa akan rekannya itu. Namun, pikirannya tiba-tiba terganggu oleh suara aneh yang terdengar dari lorong dekat sana. Suara itu semakin dekat dan terdengar seperti suara laba-laba yang besar.

"Ada apa?" tanya salah satu temannya, yang kemudian mengalihkan perhatian Gracia.

"Ssst, ada suara aneh di sana," bisik Gracia.

Mereka segera bersiap-siap, mengambil senjata yang ada di tangan mereka dan bergerak menuju suara itu. Saat mereka sampai di lorong yang sepi, tiba-tiba dari atas, terdengar suara melolong dan sekelompok makhluk mirip laba-laba turun dari langit-langit. Di luar gedung, terlihat banyak dari mereka memanjat gedung tersebut untuk mengepung mereka.

"Kalian tidak membawa obatnya!" bentak Gracia sambil menoleh ke rekan yang bertanggung jawab atas hal tersebut. "Segera lari, kita harus keluar dari sini!" tambahnya.

Mereka segera berlari, tetapi Arachnids mengejar mereka dengan cepat. Sementara mereka berusaha untuk melepaskan diri dari serangan laba-laba raksasa itu, Gracia teringat tentang sebuah pintu maintenance yang terkunci dan berada di lorong dekatnya. Mereka mencoba memecah pintu tersebut tetapi tidak berhasil, jadi Gracia memutuskan untuk memancing Arachnids ke arah pintu itu.

Setelah berhasil menarik perhatian Arachnids, mereka berhasil memasuki pintu yang terbuka setelah melepaskan kode aksesnya. Namun, Arachnids tetap mengikuti mereka dan berusaha masuk ke dalam pintu.

Mereka segera memasuki ruangan tersebut dan menutup pintu, tetapi Arachnids terus menyerang pintu dan mencoba membobolnya. Setelah beberapa saat, pintu itu akhirnya pecah dan Arachnids berhasil masuk ke dalam ruangan tersebut.

Arachnids semakin dekat dan mereka tidak punya banyak waktu lagi. Gracia mencoba menghubungi temannya yang lain dengan komunikator, tetapi sinyalnya terputus. Mereka benar-benar sendirian dan tidak memiliki bantuan dari siapapun.

"Sekarang apa yang kita lakukan?" tanya salah satu temannya dengan ketakutan.

Gracia mencoba berpikir dengan cepat dan kemudian berkata, "Kita harus mencari tempat berlindung!"

Mereka berlari ke arah lorong yang lebih gelap dan berusaha mencari tempat yang aman. Namun, Arachnids terus mengejar mereka dengan cepat dan semakin dekat.

Saat mereka mencapai sebuah lorong buntu, mereka menyadari bahwa mereka sudah terjebak. Arachnids sudah mengepung mereka dan tidak ada jalan keluar yang bisa mereka temukan.

Mereka segera mengambil posisi untuk melawan, namun Arachnids terlalu kuat. Salah satu dari teman Gracia terluka dan mereka akhirnya terdesak ke sudut ruangan. Arachnids mengelilingi mereka dan mulai mengepung mereka dengan jaringnya.

Dengan peralatan seadanya, mereka akhirnya melawan dan melindungi mereka yang tidak dapat bertarung ditempat itu.

Namun jumlah mereka semakin banyak dan mengalahkan jumlah mereka dengan begitu cepat. Sebuah jaring tiba-tiba ditembakkan dan merekat di lengan kanan gadis kecil itu yang merupakan adik dari Jinan. Gracia menyadari dan hendak memotongnya, namun mereka sudah lebih dulu menariknya dan memisahkannya dari kelompok, "Freya!" teriaknya. Sebuah Rythm dan Beat kemudian ia keluarkan, berharap masih dapat menggunakan benda tersebut. Nihil, sebuah loncatan energi keluar dari alat tersebut dan membuatnya seperti tersetrum dan tergeletak di lantai.

Teman-temannya yang masih bertahan, berusaha melawan Arachnids, tetapi semakin mereka melawan, semakin sulit mereka untuk bertahan. Arachnids terlalu kuat dan terlalu cepat. Jaring-jaring yang dikeluarkan oleh Arachnids semakin rapat, dan Gracia yang masih siuman menyadari bahwa mereka akan segera tertangkap.

Teman-temannya berusaha melepaskan diri dari jaring Arachnids, tetapi mereka tidak berhasil. Arachnids memelintir mereka dengan cepat dan membalut mereka dengan jaring yang kuat dan lengket. Gracia berusaha melawan tetapi semakin dia bergerak, semakin dia terperangkap dalam jaring-jaring tersebut.

Arachnids akhirnya berhasil menangkap mereka semua, dan mereka terbungkus erat dalam jaring Arachnids. Gracia mencoba untuk melawan, tetapi semakin dia bergerak, semakin rapat jaring-jaring tersebut. Dia merasakan tangannya terikat kuat oleh jaring Arachnids, dan dia menyadari bahwa mereka akan dibawa ke sarang Arachnids.

Mereka berjuang sekuat tenaga, tetapi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Jaring Arachnids terlalu kuat dan terlalu lengket. Mereka merasa terikat dan terjebak dalam jaring tersebut, dan mereka merasa tidak ada harapan untuk bisa melepaskan diri. Arachnids menyeret mereka ke sarang mereka yang gelap dan menyeramkan, dan Gracia tahu bahwa mereka tidak akan bisa melarikan diri dari sarang Arachnids tersebut.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang