8.2 Eye of The Storm

74 10 2
                                    

"Jangan bilang lu manfaatin anak-anak Academy lagi?" ucap Jinan sambil mengetuk meja saat tak sengaja mendengar percakapan di telepon Nadila yang saat itu berada di depannya.

Nadila menggelengkan kepalanya dan menatap Jinan. "Kau tidak usah ikut campur, gen muda!" balasnya.

Jinan yang lihai, dengan segera merebut ponsel Nadila lalu berlari secepat yang ia bisa.

Nadila tidak tinggal diam, ia segera berubah menjadi sosok kucing yang biasa ia berubah. "Sekarang, lawanlah mimpi burukmu!" ucapnya yang menarik bayangan Jinan yang berada di bawah lampu. Bayangan tersebut lalu tumbuh dari tanah seperti sebuah tanaman dan membentuk hal yang tidak ia duga. Awalnya ia mengira akan membentuk monster yang menyerangnya seperti yang ia lakukan kepada Zee dan Marsha.

Saat Jinan menoleh kebelakang, dia memang terlihat sangat-sangat pucat. Ketakutannya itu bukan ketakutan akan dilukai oleh sesuatu, tetapi hal yang membuatnya sangat trauma. Bayangan itu membentuk sosok-sosok yang tidak lain adalah sahabat dan rekan-rekan setimnya yang kini telah tiada saat melawan Madame Manon dulu. Bayangan itu tidak menyerangnya sama sekali, tapi menampilkan reka ulang dimana hari kejadian itu terjadi. Dan juga sosok Madame Manon yang ia takuti juga terbentuk oleh bayangan itu.

Seluruh badannya seketika lemas dan membuat terjatuh di atas tanah dengan tangan dan kaki yang seluruhnya bergetar.

Nadila juga takut melihat kengerian yang terjadi pada saat itu. Reka ulang kejadian itu ternyata merupakan mimpi buruknya yang ia pun tak tahu kejadian setelah hari itu. "Itu, itu Aurora, sahabatmu bukan?" tanya Nadila yang ikut gemetar, walau itu hanya bayangan tanpa warna.

Jinan lalu terdiam dan juga melihat bayangan sahabatnya Aurora alias Cindy yang saat itu sudah hampir sekarat melepaskan gendongannya dan memilih berbalik untuk menahan Manon agar tidak dapat menghabisi Jinan.

Nadila lalu menghentikan kekuatannya dan tak sanggup melihat kelanjutan dari bayangan itu. Ia tidak menyerang Jinan lagi dan kemudian duduk merenung setelah melihat hal itu. "Kau temui Devils, dia pasti bersama mereka!" ucapnya.

"Kenapa, kenapa lu tiba-tiba seperti itu? Ayo sini kita berta..."

Nadila kemudian memotong ucapannya dan, "Gua udah lihat semua, gua bakal biarin kalian lakukan apapun untuk ngelawan mereka dulu!"

"Memangnya kau siapa ..."

"Gua gak peduli dan gak mau bahas hak itu sekarang, mereka pasti memburu kita Idol yang mereka anggap sebagai pelindung dunia ini. Walau gua bukan bagian dari Idol lagi, Aura ini tetap ada di diri gua dan pasti mereka bakal ngeburu gua!"

******

"Setrum gua sekarang!" teriak Jinan yang sudah tidak ada pilihan lagi kepada Christy agar mereka tidak memasangkan Xeno ke wajahnya.

Christy yang terpaksa, mau tidak mau menyetrum salah satu orang disana dan tak sengaja juga mengalirkan listrik itu ke badannya dan membuatnya tersetrum.

Setelah semua beres, Christy menghampiri Jinan yang setengah sadar dan menepuk-nepuk wajahnya. "Kak Ji, gak papa kan?"

Jinan kemudian memberikan jari tengahnya ke langit-langit tenda dan berkata, "Author sialan, gua kena sial mulu!" ucapnya.

Christy lalu menengok ke langit-langit tenda dan mencari-cari sesuatu, lalu menatapnya kembali. "Kakak ngomong sama siapa?"

Setelah ia siuman, Jinan menarik wajah orang-orang itu dengan paksa. Awalnya Christy takut, namun setelah mengetahui mereka mengenakan topeng, ia lebih takut lagi dengan sosok asli dari mereka. "Mereka kami sebut sebagai Host, anak buah mereka yang dibuat dengan cara menempelkan benalu Xeno itu ke Wajah mereka, dan dalam hitungan jam, Xeno sudah mengambil alih diri mereka!"

Jinan mencoba menempelkan tangannya yang memegang Beat ke arah wajah Host. Sebagian Auranya mengalir ke Beat yang sedang ia pegang dan membuat Xeno itu terlepas dari wajah mereka. "Ternyata masih bisa memperbaiki ya?"

Tidak jadi makan malam ditempat, mereka memutuskan untuk mengambil bahan makanan yang masih layak di rak display dan membawanya dalam plastik untuk kembali ke penginapan mereka.

🎶I left my home

to see the sun

but when i go

my world has changed

my momma gone

my daddy gone

my friends are gone

so with my life 🎶

Jinan mendengarkan Christy bersenandung dengan nadanya sedikit mengingatkan mereka semua yang ia temui dalam perjalanan. Semuanya berpisah dengan keluarga mereka, bahkan Christy yang baru saja ia temui.

"Ngomong-ngomong, kenapa kakak berniat sekali menyelamatkanku?" tanya Christy polos.

Jinan menjawab lagi, "Kalo kamu menjadi Idol, kamu akan menamai dirimu siapa?"

"Iona, mungkin?" balas Christy.

"Okay," balas Jinan.

*****

Di rumah, Shani kaget saat melihat sepucuk surat yang ditinggalkan oleh Jinan di kamarnya. Shani berlari ke lemari kaca dan melihat Rythm dan Beatnya masih terpajang rapih disana. "Dasar, anak itu!" bisiknya geram. Namun, laptopnya masih terbuka dengan sebuah kartu kredit miliknya yang juga berada di atas meja. Riwayat pemesanan dan perjalanan Jinan dapat ia lihat dengan jelas dan kapan ia akan kembali. Segera ia mengambil kertas dan mencari-cari informasi bila ia pergi kemungkinan akan berpapasan dengan Jinan di stasiun apa.

Ia sendiri yang bekerja saat itu, Zee dan lainnya masih berbaring di kamar mereka untuk beristirahat setelah apa yang monster itu lakukan. Terutama Zee dan Oniel yang masih menghangatkan tubuhnya setelah cukup waktu yang lama berada di dalam ruangan pendingin. Ia duduk di meja makan dan berpikir keras apa yang mungkin terjadi selanjutnya dan entah apa yang terjadi. Kepalanya tertunduk dengan kedua tangan di kepalkan di keningnya.

Salah satu pintu kamar terbuka, itu ternyata Fiony yang beranjak keluar dari kamarnya. Melihat Shani yang nampak seperti sedang stress, ia menghampiri dan menepuk-nepuknya dengan pelan. "Kak?" bisiknya pelan.

Shani tidak menoleh dan masih pusing memikirkan apa yang terjadi. "Apa, Pio?" balas Shani.

"Muthe, kemana?"

*****

Masih di sekitar Bandung, Jinan dan Christy memutuskan untuk turun ke Bandung yang saat ini nampak terlihat bersalju dari atas sana.

"Kayaknya tadi belum bersalju!" tanya Christy.

"Itu menara pengendali cuaca, Xeno dan Host gak kuat di suhu lebih dari 27 derajat!" ucap Jinan yang mengamati dari kejauhan.

"Lalu, sekarang apa?"

"Biasanya dulu kami akan mencoba melawan siapapun yang memegang kendali di Kota ini, sebelum mereka menjamur dan sulit untuk kita lawan!"

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang