15.3 Boundless Huntswoman

75 9 2
                                    

"Zee! Zee! Zee! Lu kenapa tiba-tiba begini?"

Dini hari, terlihat Jinan berlari menuju lift di lorong apartemennya. Ia masih mengenakan piyama dan Beat miliknya juga tertinggal di kamarnya. Di belakangnya, Zee juga mengejarnya namun ia telah berubah dan menembaki Jinan terus menerus dengan es. Pintu lift tak kunjung terbuka dan pintu tangga darurat seketika terasa begitu berat. Saat berbalik badan untuk mengecek, ia melihat Zee sudah ada dihadapannya.

Tangan Zee perlahan terlapisi oleh es menjadi sebuah sarung tinju. Setelah merasa cukup menarik tangannya untuk mengumpulkan tenaga, ia melepaskan seluruh tenaganya dengan mengarahkan tinjunya ke wajah Jinan.

Jinan berhasil menghindari dan sarung tinju itu hancur akibat menghantam dinding dan membuat lapisan keramiknya pecah.

Zee juga mengerti, ia lalu memegang wajah Jinan dengan tangan yang ia gunakan untuk meninju tadi karena berada di sampingnya. Hanya perlu menggerakkannya sedikit dan sudah cukup untuk mulai membekukannya.

Fiony dan Shani lalu muncul dibelakang Zee yang sedang mengamuk untuk menghentikannya. Shani lalu mengeluarkan berlian dari lantai yang tumbuh dengan cepat untuk mengunci kaki Zee disana. Kemudian, Fiony mengeluarkan piringan mana dari kedua telapak tangannya yang membuat semacam lembaran tipis nan kokoh untuk mengikat Zee agar dapat melepaskan Jinan.

Kekuatan mereka berdua cukup untuk melawan Zee yang tengah mengamuk dan lupa ingatan pada saat itu. Namun, Febi yang tidak senang akan kehadiran mereka, menggunakan kekuatan milik Rayet untuk memasuki pikiran mereka dan membuatnya di dalam kendali dirinya. Setelah mereka terdiam beberapa saat, ia memasangkan mereka masing-masing topeng miliknya yang digunakan untuk mengendalikan para Idol. "Kalian tak seharusnya mengganggu, Jinan seharusnya sudah mati sejak lama, biarkan dia mati disini!"

Bayangan Rayet memasuki pikiran mereka berdua melalui telinga mereka seakan-akan sebuah perintah memasuki kepala mereka. Sekitar mata mereka menghitam menandakan mereka tak dapat mengendalikan tubuh mereka pada saat itu.

Chika pada saat itu datang tepat pada waktunya dan segera menyerang Febi dengan kedua bola api dari tangannya. "Febi! lo mau bunuh Kak Jinan?" ucapnya sambil menyerang Febi berkali-kali.

Febi terkena beberapa bola api tersebut, namun masih dapat bertahan akibat Seifuku yang melindunginya. Febi lalu membalas serangan Chika dengan mengendalikan Zee untuk membekukan api miliknya. "Kita gak jauh beda, Chika! Lo nge bunuh mereka karena mereka berbuat jahat dengan orang-orang yang lo peduliin! Dan gua juga ngebunuh orang-orang yang sebenarnya bisa bertindak tapi mereka memilih untuk tidak perduli!" ucapnya.

Chika mengumpulkan lebih banyak bola api pada kedua tangannya dan mempersiapkan ancang-ancang untuk menyerang Febi. Namun, Febi menggunakan Shani sebagai tameng saat Chika menembakan apinya dan sedikit melukai wajahnya. Ia mengembalikan kesadarannya setiap bola-bola api dilempar oleh Chika, kemudian mengendalikannya kembali untuk menjadi tameng.

"Pengecut, lo pengecut!" bentak Chika yang emosinya mulai membara. Api mulai mengalir dari tangan menuju sekujur lengannya serta sepatu putihnya mulai berapi-api. Rambut hitamnya kini terlihat mulai membara seperti arang yang dibakar bersiap untuk menyala.

Fiony, Shani, dan Zee terus menerus dijadikan tameng oleh Febi selama Chika masih menyerang dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fiony, Shani, dan Zee terus menerus dijadikan tameng oleh Febi selama Chika masih menyerang dirinya. Tiga melawan satu, rasanya sudah cukup untuk membuat Chika kewalahan menghadapi mereka semua.

Shani yang dikendalikan oleh Febi, menumbuhkan berlian dari lantai untuk menangkap kedua kakinya  membuatnya terkunci di lantai. Chika hendak kembali melontarkan bola-bola apinya, namun dengan cepat Fiony menutupi kedua telapak tangannya untuk membuat telapaknya tidak melakukan kontak dengan udara sekitar. Terakhir, Zee yang sedang menggunakan kekuatan es nya, menetralisir panas darinya hingga akhirnya ia kehabisan energi untuk mengeluarkan api dari tubuhnya.

Begitu juga dengan Zee yang terkuras habis energi miliknya untuk menetralisir panas dari Chika dengan es-nya.

Chika tersungkur ke lantai dengan keadaan setengah sadar. Ia masih dapat melihat sekitar namun samar-samar buram untuk sesaat. Ia dapat melihat kedua kaki Febi berjalan mendekati dirinya sembari berkata, "Segampang ini ngalahin lu?" sebelum ia memasangkan topeng putihnya ke wajah Chika.

Setelah Chika dibawah pengaruhnya, ia mengambil topeng lainnya dan berjalan ke arah Jinan yang membeku di dinding dengan nada yang sama. Bola mata Jinan masih dapat bergerak, namun tanpa Beat, ia tak bisa melawan pada saat itu.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang