14.2 Fire In The Sky

65 9 3
                                    

Di sebuah pelabuhan, sebuah kapal pengangkut kontainer raksasa terlihat sedang berlabuh. Terlihat tiga buah kontainer dengan jendela kaca sedang dijaga ketat oleh beberapa anak buah siapa lagi kalau bukan Pak Hartawan. Ketiga kontainer itu terletak di tengah-tengah kapal dan terhubung dengan banyak kabel dan pipa yang nampaknya menjaga ketat apa yang ada di dalam sana.

Tantenya Chika yang semalam di sergap oleh Vanagloria dan rekan-rekannya, duduk di alas kontainer tersebut dengan meringkuk dan memeluk seluruh tubuhnya karena kedinginan.

Di kontainer lain, Jessi menggedor-gedor kaca plastik di jendela kontainer tersebut. Ia dapat mendengar suara dari luar, namun suaranya sama bila orang dari luar mendengarnya. Sekeras apapun ia berteriak, hanya terdengar gumam dari luar.

Pak Hartawan ditemani 'Veranda' menunggu kedatangan Chika disana, di tempat orang-orang kesayangannya dijadikan tawanan. "Setelah aku membunuhnya, kau boleh mengambil mereka!" ucapnya.

Veranda berbalik badan dan menunjuk ke arah hati Pak Hartawan dan menegaskan kembali perjanjian yang sebelumnya telah disepakati, "Asalkan anak buahmu menjamin Idol yang lain tidak ada yang datang kesini!"

*****

Di langit Semarang, terlihat api merah melesat di langit. Siapa lagi kalau bukan Chika alias Navi yang sedang terburu-buru menuju lokasi yang dikirim oleh Pak Hartawan. Ajudannya melapor kepada Pak Hartawan posisi Chika saat lewat di depan mereka dan mengabarinya untuk bersiap-siap.

Dalam hitungan menit, Chika telah sampai di hadapan Pak Hartawan yang sedang bersama beberapa makhluk dari Bangsa Erebos yang menyamar menjadi manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam hitungan menit, Chika telah sampai di hadapan Pak Hartawan yang sedang bersama beberapa makhluk dari Bangsa Erebos yang menyamar menjadi manusia. Chika had no idea tentang siapa mereka dan menganggap mereka adalah orang-orang Pak Hartawan. Saat hendak mendarat, kakinya disambut oleh berlian yang tumbuh dari bawah kakinya gang segera menahannya.

Kinal dengan tenaga super nya berhasil menahan kedua tangan Chika dari belakang, memaksanya untuk mengepalkan tangannya agar tidak dapat menggunakan kekuatannya.

Api yang hendak dikeluarkan dari telapak tangannya kini tersumbat akibat tidak ada ruang untuk api itu keluar. Setelah mereka mengambil Rythm miliknya, terlihat wajah aslinya yang tidak tertutupi visor saat ia seifuku Idol-nya menghilang.

"Urusan lu sama Gua, gak usah bawa-bawa keluarga sama temen gua, dasar pengecut!" gerutu Chika. Ia meludahi Pak Hartawan tepat di wajahnya.

Setelah membersihkannya dengan sapu tangannya, ia mengambil Beat milik Chika yang dipegang oleh Ve disana. "Jadi benda ini yang membunuh anakku ya?"

"Anak lu memang pantas menerima itu!"

Pak Hartawan tetap tenang dan memerintahkan ajudannya untuk membawanya ke salah satu kontainer yang berisi peralatan berat. "Jika anakku mati terbakar lalu menjadi abu, maka kau akan mati menjadi es dan hancur berkeping-keping!" ucapnya.

***

"Ci, lo tau kan Beat Minnasan mo Go Issho ni?" tanya Jinan yang kala itu berada di apartemen Shani menunggu kembalinya adik-adik kelas mereka.

Shani menangguk lalu duduk di sofa depan lawan bicaranya.

"Bagaimana kalau kita memalsukan kematian kita, dengan begitu pasti mereka akan lebih agresif dan menanggap anak-anak baru ini seperti bayi!" sambungnya.

Shani terlihat setuju dan berdiskusi lebih dalam dengan wakil kapten tim kecilnya itu. Setelah dirasa matang, Shani menutup diskusi tersebut dengan sebuah pertanyaan, "Kapan kita jalankan rencana ini?"

****

Kembali di Semarang, di dalam kontainer berpendingin itu, Chika telah membeku seutuhnya. Terlihat ia sedang memeluk dirinya sendiri seperti sedang menghangatkan tubuhnya sendiri saat es-es mulai menggerogoti tubuhnya. Setengah jam berlalu dan kulitnya terlihat sudah mengeras, kedua matanya benar-benar terpejam dan tiada sama sekali gerakan.

Dengan pakaian tebal bak di musim dingin, Pak Hartawan masuk membawa palu godam. Sambil mengangkatnya tinggi, ia kemudian menjatuhkannya dan menghantamkannya kepada Chika yang kini seutuhnya menjadi es. Seketika, ia hancur berkeping-keping seperti bongkahan es yang dihancurkan.

Vivi dan yang beberapa yang dekat dengan Chika, menunjukkan ekspresi terkejut melihat orang yang ia kenal dalam hitungan menit menjadi beku seutuhnya, kemudian hancur berkeping-keping secepat itu.

Vivi yang tidak terima, kemudian mengambil pistol dari saku salah satu bodyguard ayahnya. Setelah dia buka pengamanannya, ia tembaki ayahnya yang berada di dalam kontainer tersebut.

Kontainer itu tahan dengan tembakan peluru dan membuat ayahnya selamat di dalam sana. Saat anak buahnya ingin menangkapnya, ayahnya membiarkannya untuk pergi dengan memberi isyarat melalui tangannya.

Saat Vivi pergi, ia mengambil Rythm dan Beat milik Chika dan pergi membawanya pergi bersama Jessi dan Tantenya Chika yang kini sudah di bebaskan. Saat mereka berlari, salah satu ajudan ayahnya memanjangkan kakinya dan membuat Vivi terjungkal. Rythm dan Beat milik Chika terlempar dan terhempas beberapa meter di lantai sebelum akhirnya direbut oleh orang tersebut.

Orang itu lalu mengangkat Vivi dan mendorongnya untuk meninggalkan tempat itu sambil menunjuk arah keluar. Wajahnya tak dapat dikenali karena seluruh anak buah Pak Hartawan mengenakan jubah hitam dengan tudung dan juga topeng.

Melihat anak buah pak Hartawan sedang beberes membersihkan kepingan-kepingan yang beberapa mulai mencair. Anehnya, mereka menguap setelah es es itu mencair.

"Pak, kok ini gak ada bekasnya sama sekali?" ucap Ajudannya.

Para Erebos merasa ada hal yang aneh pada saat itu. Seharusnya jika Idol mati, maka akan terlihat Aura-nya keluar dari tubuh mereka dan menguap ke langit. "Dimana Auranya?"

Saat suasana sedang menjadi bingung, tiga ajudan yang tersebar secara acak diam-diam mengeluarkan Rythm dan Beat yang seharusnya para Erebos familiar dengannya.

Suara Beat yang terpasang dengan Rythm mengundang perhatian mereka semua. Setelah cahaya dengan tiga warna berbeda bersinar di kegelapan malam itu, munculah kembali tiga sosok yang mereka kira sudah mati. "Gwydion? Xhante? dan Navi? Bukannya kalian telah tewas?" ucap 'Ayana' yang terkejut melihat mereka bertiga.

"Surprise, bitch!" ucap Jinan dengan wajah angkuh seperti meledek para Erebos yang mengira telah berhasil membunuh mereka.

"Miss us?" timpal Shani yang kini berdiri di belakang mereka.

Vanagloria alias Erebos yang menyamar dengan tubuh Ve mengangkat alisnya terheran-heran. "Bagaimana bisa, kau Gwydion bukankah telah menyatu denganku?"

"Merge with my dust!" balas Jinan.

Dengan salah satu dari Erebos menyerang mereka terlebih dahulu, pertarungan kembali dimulai dengan bertambahnya satu Idol baru ke dalam kelompok Kamonegix.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang