"Mati lu, Jinan!" teriak Zee dari lantai tiga sebuah kafe dimana kakaknya dibunuh. Kekuatan yang sebelumnya dipakai oleh Jinan kini dipakai olehnya. Namun, Beat Cross yang telah di utak-atik oleh Madame Manon memiliki efek samping terhadap orang yang berada di bawah mantera nya. Namun secara alami, Beat tersebut akan terus menekan penggunanya untuk mengeluarkan emosi yang sama hingga tiada emosi yang tersisa darinya. Sebuah trisula ia buat dari bayangan yang kini berada di genggaman tangan kanannya. Setelah mengambil ancang-ancang, trisula itu ia lempar kearah Jinan yang masih tidak sadarkan diri di bawah pohon beringin itu.
Sebuah panah plasma melesat sehingga membelokkan trajektori dari trisula tersebut dan membuat targetnya meleset.
Zee melihat kebawah dan ternyata Marsha, teman sekelasnya yang memanah trisula miliknya dengan sebuah busur yang entah dari mana ia dapatkan.
"Lu gak usah ganggu gua!" ucap Zee kepada Marsha yang berada di bawah sana. Dari belakang punggung Zee, sebuah sayap dari bayangan terbuka lebar dan mengangkatnya mulai mengangkatnya tinggi layaknya elang.
Zee lalu melesat seperti burung dari atas kebawah untuk menangkap Jinan yang baru tersadar setelah tubuhnya dihantamkan ke sebuah pohon. Dari belakang sayapnya, keluar lengan dari bayangan yang mulai memeluk erat Jinan dan ia bawa kedepan wajahnya. "Halo kak, ingin rasakan apa yang kakak aku rasakan?" Zee berbicara padanya dengan tertawa girang saat Jinan kini sudah berbicara di depan matanya.
Mata Jinan sayu, begitu juga tenaganya tidak sekuat kemarin.
Setelah mengamankan Amanda ke tempat yang sekiranya tidak akan ada mengincar dia, Marsha mencoba menghalau Zee yang sedang diluar kendali dengan menembakkan anak panah ke arahnya.
Zee terusik dengan anak panahnya, sedikit perih namun tidak membuatnya terluka saat mengenai kulitnya.
Tak sadar, bayangan hitam keluar dari tanah lalu mengikat Marsha agar tak dapat menembakkan panah plasma nya lagi. "Kerensa!" panggilnya lantang kepada Zee dengan nama samarannya saat berada di publik untuk menutupi aslinya.
Zee lalu mengarahkan tangannya ke wajah Marsha, lalu menutup mulutnya agar dia tidak berbicara. Kini, ia kembali dengan urusannya. Jinan yang berada dalam genggamannya terlihat memejamkan kedua matanya untuk menahan sakit. Ia hanya mampu melirih sepatah dua patah kata saat itu.
"Zee!" lirihnya.
*****
Amanda yang duduk di kursi roda, mencoba berdiri walau kaki kanannya masih terluka parah akibat sebuah peluru di kaki kanannya yang sudah Marsha angkat dengan kekuatannya. Tongkat jalan yang berada di belakang kursi rodanya ia ambil sebagai alat bantu kemudian mencoba naik ke lantai atas.
Di atas sana, ia melihat Rythm milik Jinan serta Kakak Zee yang sudah tak bernyawa berada di sana. Saat hendak mengambilnya, ia melihat Jinan tiba-tiba dihempaskan oleh Zee ke dalam bangunan itu hingga membuat sedikit lubang dan retak pada tembok di dalamnya. Amanda pun merunduk agar tidak tertimpa olehnya.
Sekujur tubuh Jinan lecet dan banyak bekas luka akibat serangan Zee yang membabi buta. Tangannya bergetar saat ia hendak bangun dan terjatuh kembali di antara puing-puing bangunan.
Amanda dengan sigap, membuka Rythm milik Jinan dan menyetel nya dengan memasukkan Beat yang tergantung dengan sebuah gantungan kunci di ikat pinggang Jinan. Setelah itu, ia berikan Rythm itu kepada Jinan dan ia bantu jemarinya untuk menekan pelatuknya.
Jinan berubah menjadi Idol, namun sama saja ia tak bertenaga pada saat itu. Akan tetapi seifukunya dapat memberikan sedikit perlindungan.
"Oh, lu mau mati juga, Amanda?" ucap Zee yang baru saja mendarat di ujung lantai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMONEGIX [Completed]
Fantasi1st Season of Super Idol Series Zee, seorang street dancer di Ibu Kota yang terkenal di antara mereka. Tiada yang tidak mengenal dirinya bagi kalangan pecinta dance di sana, lagipula ia juga memiliki banyak wilayah walupun ia bukan ketua geng dari k...