16.3 The Virtuoso

69 9 2
                                    

Jinan merasa tubuhnya terikat rapat, dengan matanya yang tertutup kain hitam. Ia tidak tahu berapa lama ia telah menjadi tawanan Febi, tapi ia yakin bahwa waktu yang ia habiskan di dunia Erebos ini adalah waktu yang sangat panjang. Selama itu, ia selalu diminta untuk mengungkapkan rahasia yang ia pikir tidak akan pernah ia bicarakan. Febi memasang sebuah bola kristal yang menghiasi meja di depannya dan dengan dingin mengajukan pertanyaan pada Jinan.

"Katakan apa yang lo lakuin?" Tanya Febi dengan nada tegas.

Jinan diam. Ia tahu bahwa jika ia memberikan informasi itu kepada Febi, maka hal itu akan menjadi bencana besar bagi teman-temannya. Jinan memilih untuk tetap diam dan mempertahankan rahasia itu untuk dirinya sendiri.

Febi melihat ke arah Jinan dengan tatapan tajam. "Kamu tahu apa yang bisa ku lakukan padamu jika kamu tidak berbicara, bukan?" ancamnya.

Jinan hanya mengangkat bahunya dan tetap diam. Febi menarik napas panjang dan tiba-tiba memukul meja dengan kekuatan yang sangat besar. Jinan terkejut dan merasakan bahwa kursi yang ia duduki mulai goyah.

"Jangan berpikir kamu bisa melindungi orang-orang di dunia kamu jika kamu tetap diam!" teriak Febi.

Jinan merasa takut dan khawatir, tapi ia tetap tidak mau berbicara. Febi tersenyum sinis dan mengeluarkan sebilah pisau kecil yang terbuat dari sebuah mineral khusus dari dunia Erebos dari saku bajunya. Ia memegang pisau itu dengan erat dan mendekati Jinan.

"Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir. Katakan padaku apa yang kau lakukan atau kau tahu sendiri apa yang akan terjadi padamu," ujar Febi sambil menodongkan pisau ke arah leher Jinan.

Jinan merasa panik dan takut. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Tapi ia tidak mau mengkhianati stasiun tempat ia berasal. Ia merenung sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk mengambil risiko. Ia mengangkat kepalanya dan dengan tegas berkata, "Gua gak akan memberitahu lo apa pun!"

Febi tertawa sinis dan melambaikan tangannya. Beberapa pengawal langsung mendekat dan membawa Jinan. Jinan meronta-ronta dan mencoba melepaskan diri, tapi ia tidak bisa melawan kekuatan mereka. Ia ditahan dengan ketat dan dibawa ke tempat yang tidak diketahui olehnya. "Kuat juga lo. Lihat aja, lo gak akan bertahan lama!"

*****

Setelah berhasil melepaskan diri dari lilitan makhluk, Shani merasa sangat lelah dan lemas. Ia merasa bahwa kekuatannya belum cukup untuk melawan makhluk itu. Namun, teman-temannya masih bertekad untuk membantu Shani mengalahkan makhluk itu.

Mereka berusaha mencari cara untuk mengalahkan makhluk tersebut, dan akhirnya mereka menemukan sebuah petunjuk di internet. Mereka menemukan bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan makhluk tersebut adalah dengan menggunakan kekuatan Shani yang disebut diamantikinesis.

Shani masih belum yakin bahwa dia bisa menggunakan kekuatannya dengan baik, tapi teman-temannya meminta dia untuk mencobanya. Dengan penuh tekad, Shani mulai mengumpulkan kekuatannya dan mencoba untuk menggunakan diamantikinesis-nya..

Saat melihat makhluk itu kembali mendekat, Shani merasa gugup. Dia belum pernah menghadapi makhluk sebesar ini sebelumnya, dan dia tidak yakin apakah kekuatannya cukup untuk mengalahkannya. Ia juga masih belum paham, apakah akan berbeda saat ia mencoba mengontrol kekuatannya dengan alat yang baru ini.

Namun, teman-temannya memberinya semangat dan meyakinkannya bahwa dia mampu melakukannya. Mereka semua berdiri tegak, siap untuk melawan makhluk itu. "Lo pasti bisa!" seru Zeina yang juga sudah siap dengan peralatannya.

Makhluk itu mulai menyerang mereka dengan kecepatan yang luar biasa. Shani dan teman-temannya berusaha untuk menghindari serangan itu, tetapi makhluk itu terlalu cepat dan terlalu kuat.

Shani merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk menghentikan makhluk itu. Dia memusatkan kekuatannya dan mulai memanggil diamantikinesis-nya. Dia merasakan sebuah energi yang kuat mengalir dalam dirinya, dan dia merasa lebih percaya diri.

Dia mengarahkan kekuatannya ke arah makhluk itu, dan tiba-tiba sebuah kristal besar muncul di tangannya. Kristal itu berkilau seperti berlian dan terlihat sangat indah.

Makhluk itu terkejut melihat kristal itu, dan Shani memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerangnya. Dia melompat ke arah makhluk itu dan menyerangnya dengan kristal itu.

Makhluk itu mencoba menghindar, tetapi Shani terus menyerangnya dengan cepat dan tangkas. Kristal itu menghasilkan sinar yang menyilaukan, dan membuat makhluk itu terganggu.

Teman-teman Shani juga membantu dengan menyerang makhluk itu dengan senjata mereka. Mereka bekerja sama dengan Shani dengan sangat baik, dan mereka berhasil membuat makhluk itu semakin terdesak.

Makhluk itu akhirnya jatuh ke tanah dan mengeluarkan suara yang mengerikan. Shani dan teman-temannya mengepung makhluk itu, dan akhirnya berhasil mengalahkannya.

Mereka semua merasa sangat lega setelah berhasil mengalahkan makhluk itu. Shani merasa bangga dengan kekuatannya, dan teman-temannya sangat terkesan dengan kemampuannya.

Mereka semua berpelukan dan berterima kasih satu sama lain. Mereka menyadari bahwa hanya dengan saling bekerja sama dan saling mendukung, mereka dapat mengalahkan makhluk itu.

KAMONEGIX [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang