"Kalau kamu ingin menyerah karena mereka yang membencimu maka kamu harus mencoba bertahan untuk mereka yang menyayangimu"
***
Hujan sudah sedikit redah, Laureen dengan nafas yang tidak beraturan kini sudah sampai di depan pagar rumah nya. Baru ia melangkahkan kakinya di di depan pagar, kepala nya yang terasa pusing membuat nya tumbruk.
Brughh!
"NON!" Teriak dua satpam yang berada tak jauh dari Laureen.
Mata Laureen mengerjap-rejap kepala nya yang masih terasa pusing reflek memegang kepala nya, ia tidak sengaja megegang jidat nya yang sudah tertempel pereda panas.
"Eh udah bangun dek?" Tanya Devano cikuk.
"Kalo bukan bangun apa lagi, bang?" Tanya Laureen jengkel.
Devano terkekeh geli saat mendengar Laureen memanggilnya dengan sebutan 'bang' sangat gemas.
"Kamu masih sakit aja random dek" Ujarnya menggeleng-gelengkan kepala.
Laureen terkikik, "papa sama mama mana?" Tanya nya membuat senyum di bibir Devano luntur.
"Maaf yaa.. Abang gak bisa mencegah mama sama papa pergi keluar negeri" Ujarnya menundukkan kepala.
Laureen tersenyum tipis, "gapapa kok, udah biasa" Ujarnya simpele membuat Devano mendongk.
"Kamu sering di tinggal ya?" Laureen balas mengangukkan kepala, "bahkan saat sakit?" Tanya Devano lagi.
"Bahkan kalo Laureen mati pun kalo mereka mau nya pergi ya pergi" Ujarnya di akhiri kekehan miris.
Devano duduk di samping Laureen mendekap tubuh adiknya, "sabar yaa, kamu sering di bedain yaa?" Tanya nya begitu pelan.
Laureen sontak mendongak, "abang lupa ya? Kan prinsip keluarga ini kalo bisa nerusin bisnis, dia yang di ratu kan, Laureen mah terlalu ngarap di ratu kan ampe lupa Laureen kan bodoh, boro-boro nerusin bisnis otak aja gak nyampe" Kekehnya di akhir kalimat.
Entah kenapa mendengar penuturan dan kekehan adik nya membuat hati nya tergores bukan hanya tergores bisa saja hati nya hancur, ia sampai menitikkan air mata.
Devano mendekap adiknya, sungguh ia tidak menyangka orang tua nya melakukan ini pada saudara kembar Armaghan.
"Treat me like a queen" Lirih Laureen di dekapan Devano.
Devano mengusap kepala Laureen yang berada di dada bidangnya, "pasti" Ujarnya menyodorkan jari kelingking nya, Laureen dengan senang hati mengaitkan jari kelingking nya.
"Janji!" Seru keduanya kompak, dan berakhir kekehan.
"Yaudah makan dulu yaa" Ujarnya mengambil mangkuk yang berisi bubur.
"Aaa" Satu suapan masuk dengan sempurna.
"Aaa"
"Aaa"
"Bang,"
"Hm?"
"Jangan pernah tinggalin Lau yaa" Pintanya dengan wajah penuh harap.
"Gak akan" Ujar Vano membuat Laureen berbinar.
"Aaa" Kali ini Vano yang mengode Laureen, agar membuka mulutnya.
"Udah" Ujar Laureen simpul.
"Yaudah, minum dulu" Ujarnya menyodorkan gelas berisi air putih di sana.
"Laureen.."
Laureen mendongak menatap Vano, "kenapa?" Tanya nya.
"Abang gak janji bakal terus ada disini" Ujarnya jelas terpaksa, ia tidak mau memberi harapan palsu pada adiknya.
"Kenapa?"
Vano terkekeh, "kehadiran abang aja gak dia anggap, gimana mau bertahan?"
Laureen menggenggam tangan kakaknya, "pokoknya gimana pun caranya abang tetap disini, temenin lau, kali ini lau maksa!" Ujarnya seperti tak meminta penolakan.
Vano mentap nyalang Laureen, "Laureen berhak bahagia, 'tanpa abang', abang gak mau kehadiran abang disini membuat keluarga Armaghan hancur" Ujar Vano menekankan kata tanpa abang.
Laureen terkekeh miris, "ternyata semua sama aja ya?" Laureen terkekeh dengan menitikkan air matanya, tentu membuat Devano sakit.
"Mama, Papa, Rayyan, bahkan abang mau ninggalin Laureen juga? Laureen minta maaf kalau Laureen berbeda sama yang lain, lau bisa perbaiki jangan tinggalin Laureen lagi, Lau gak mau" Ujarnya menangis sesenggukan tanpa disangka Devano, Laureen mendekap kaki jenjang nya membuat nya kaget bukan main.
"Sekarang Lau cuma punya abang, kalo abang pergii.." Laureen menggantung ucapan nya, "Lau juga bakal pergi jauh sampai gak bisa balik lagi" Sambung nya.
Hancur sudah, Devano hanya tau Laureen yang keras kepala, tomboy, tak pernah mengeluh, tak pernah menangis, garang, kini? Begitu terpukul nya dia.
Devano memegang bahu Laureen yang bergetar hebat, dan langsung memeluk nya erat, erat sekali.
"Pokoknya dimana ada abang disitu ada kamu" Ujarnya tersenyum manis, ia merasa kini hidup nya yang hampa, sudah berguna buat seseorang.
"Abang kalo di usir papa, kita cari rumah baru aja yaa" Pinta Laureen.
Devano terkekeh, "iyya, ihh kok adik tomboy nya abang nangis sih?" Ujarnya membuat Laureen terkekeh.
"Bobok yaa.. Kan masih sakit" Ujarnya.
Laureen merebahkan tubuhnya di atas ranjang, dengan kepala bersandar di kepala ranjang, "Tidur yang nyenyak" Ujar Vano.
Sebelum akhirnya semua menjadi gelap, Laureen jatuh, jatuh ke alam mimpi.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI
Diversos⚠️PROSES PERBAIKAN⚠️ kisah sepasang gadis kembar yang banyak perbedaan. Dari perbedaan itulah membuat mereka membenci satu sama lain. Dan semesta menakdirkannya menyukai satu laki-laki yang sama. Akankah mereka mau mengalah? Dua gadis yang dekat ta...