(82) Sepeda Malam

17 0 0
                                    

HAIIII

-HAPPY READING-

"Lau gue kangen lo yang dulu..." Lirih Maureen.

"Bukan urusan gue!"

"Gue kangen lo panggil gue adek,"

"Lo bukan adek gue!"

"Diakhir hayat gue juga gapapa, Lau."

"Gak ngurus!"

"Kenapa sih lo kayaknya benci banget sama gue?!"

"Karena lo hidup gue hancur! Dan lo masih nanya?"

Maureen menunduk kemudian kembali mendongak, "Balik kayak dulu lagi ya?" Ucapnya lirih, "gue kangen lo yang dulu." Sambungnya.

"Ada masalah?" Tanya Rayyan membuat Laureen tersadar akan lamunannya.

Tempo hari ini hubungan Laureen dan Maureen semakin jauh, itu yang membuat Laureen terus kepikiran.

"Jalan yuk," Ajak Rayyan.

Laureen menatap dinding di kamarnya kemudian kembali menatap Rayyan, "Tumben banget ngajak jalannya malem."

"Gapapa sekali-kali," Santai Rayyan. "Mau gak?" Tanyanya.

Laureen dengan antusias mengangguk, "Mau banget malahan!"

"Yaudah hayoo,"

Laureen dan Rayyan berjalan keluar dari rumah, mereka menuju garasi untuk mengambil kendaraan.

"Pake sepeda?" Kaget Laureen melihat Rayyan yang mengeluarkan dua sepeda.

"Iya, gak keberatan 'kan?" Pasti Rayyan.

Laureen mengangguk kaku, ia menggigit bibir bawahnya gugup. "Tapi... Aku gak bisa bawa,"

"Hah? Gak bisa bawa sepeda?" Kaget Rayyan.

Laureen mengangguk pelan, "Oke, aku ajarin, malu dong sama umur udah gede gak bisa bawa sepeda."

Laureen menggerutu pelan membuat Rayyan terkekeh, "Ayo naik," Suruhnya.

"Pak Umar, ini sepeda nya bawa ke taman deket komplek ya." Suruh Rayyan membuat supir keluarga nya itu mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Naik." Suruh Rayyan.

"Naik apa?"

"Becak!"

"Ish," Dengus Laureen.

"Ya naik sini lah sayang," Lembut Rayyan.

Laureen terkekeh kemudian menaiki sepeda Rayyan dibagian depan, ia memegang stir sepeda gugup.

"Ren jangan digituin, oleng nih kita."

"Maaf, hehe." Cengir Laureen.

"Hehe," Cibir Rayyan memutar bola mata malas.

PERGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang